1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Konflik

Berlanjut, Serangan Roket di Kabul Bayangi Evakuasi AS

30 Agustus 2021

Lima roket yang ditembakkan ke bandara Kabul sukses dicegat sistem pertahanan udara AS yang sedang bergegas menyelesaikan evakuasi warganya dari Afganistan, menandai akhir perang terpanjangnya.

https://p.dw.com/p/3zfEV
Mobil rusak akibat serangan roket di Kabul, Senin (30/08)
Pejuang Taliban menyelidiki mobil yang rusak setelah beberapa roket ditembakkan, Senin (30/08)Foto: Wakil Kohsar/AFP/Getty Images

Pasukan militer Amerika Serikat dan sekutu bergegas mengevakuasi warga mereka dan warga Afganistan sebelum melampaui tenggat waktu pada Selasa (31/08) yang disepakati Taliban dan Washington.

"Kami mencoba setiap opsi karena hidup kami dalam bahaya. Mereka (Amerika atau kekuatan asing) harus menunjukkan kepada kita cara untuk diselamatkan. Kita harus meninggalkan Afganistan atau mereka harus menyediakan tempat yang aman bagi kita,” kata seorang wanita di luar bandara.

Dua pejabat AS mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa evakuasi tetap berlanjut pada Senin (30/08), dengan memprioritaskan orang-orang yang dianggap berisiko tingi. Negara-negara lain juga telah mengajukan permintaan untuk mengeluarkan orang-orang di bawah kategori itu, kata para pejabat.

Sementara itu, laporan media Afganistan menyatakan serangan roket ke bandara Kabul pada Senin (30/08) pagi ditembakkan dari bagian belakang kendaraan. Kantor berita Pajhwok juga melaporkan beberapa serangan itu menghantam wilayah lain di ibu kota Afganistan.

Gedung Putih mengkonfirmasi serangan roket tersebut, seraya mengatakan bahwa operasi evakuasi yang dilakukan pasukannya "tidak terganggu". "Presiden ... telah menegaskan kembali perintahnya agar para komandan melipatgandakan upaya mereka untuk memprioritaskan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi pasukan kami di lapangan," bunyi pernyataan Gedung Putih.

Marinir AS dan Jerman berjaga selama proses evakuasi
Marinir AS dan Jerman mengawasi pintu masuk selama proses evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai, KabulFoto: Davis Harris/U.S. Marine Corps/Handout/REUTERS

Seorang pejabat Taliban di tempat kejadian menyakini lima roket telah ditembakkan dan semuanya dihancurkan oleh sistem pertahanan rudal bandara. Meskipun tidak ada laporan korban jiwa atau kerusakan akibat serangan roket, insiden itu menyebabkan kecemasan yang lebih besar bagi penduduk setempat yang sudah trauma dengan perang selama bertahun-tahun.

"Sejak Amerika menguasai bandara, kami tidak bisa tidur nyenyak," kata Abdullah, yang tinggal di dekat bandara, kepada AFP. "Baik tembakan senjata, roket, sirene, atau suara pesawat besar mengganggu kami. Dan sekarang mereka menjadi sasaran langsung, itu dapat membahayakan nyawa kami."

Kandasnya mimpi warga Kabul yang tewas di luar bandara

Mohammed Jan Sultani membawa serta sertifikat kejuaraan Taekwondo nasionalnya saat ia mengarungi kerumunan orang yang berusaha masuk ke bandara Kabul pada akhir pekan lalu. Atlet berusia 25 tahun itu tidak ada dalam daftar evakuasi. Namun, dia berharap prestasinya akan membuat dia dan keluarganya cukup istimewa untuk diizinkan masuk ke bandara dan ke salah satu penerbangan.

Ayah Mohammed Jan Sultani, Ali Rahmani (kanan)
Ayah Mohammed Jan Sultani, Ali Rahmani (kanan) menunjukkan sertifikat kejuaraan Taekwondo putranya saat diwawancarai AP di Kabul, Minggu (29/08)Foto: Kathy Gannon/AP Photo/picture alliance

Namun nahas, saat ia berusaha masuk, seorang anggota IS-K melakukan bom bunuh diri di tengah kerumunan hingga menewaskan 169 warga Afganistan, termasuk Sultani dan 13 anggota militer AS. Istri dan dua anaknya, Zahid yang berusia 4 tahun dan Zahra yang berusia 2 tahun selamat dalam tragedi itu.

Ayah Mohammed Jan Sultani, Ali Rahmani
Ali Rahmani memegang sejumlah medali yang pernah diraih putranya, Mohammed Jan SultaniFoto: Kathy Gannon/AP Photo/picture alliance

Ayah Sultani, Ali Rahmani, mengatakan putranya berharap memiliki masa depan yang cerah di luar negeri. "Dia tidak tahu ke mana dia akan pergi,” ujarnya, Minggu (29/08). "Amerika Serikat, Eropa, itu tidak masalah,” kata Rahmani, sambil memegang beberapa medali putranya.

ha/hp (Reuters, AP, AFP)