1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bekas Presiden Ahmadinejad Maju Sebagai Bacapres Iran

3 Juni 2024

Bekas Presiden Mahmud Ahmadinejad dan tokoh moderat Iran Ari Larijani bersaing sebagai bakal calon presiden untuk menggantikan mendiang Ebrahim Raisi. Belum jelas siapa yang akan diloloskan oleh Dewan Wali

https://p.dw.com/p/4gZQa
Mantan Presiden Mahmud Ahmadinejad
Mantan Presiden Mahmud AhmadinejadFoto: Vahid Salemi/dpa/AP/picture alliance

Bursa bakal calon presiden Iran diisi sejumlah muka lama, antara lain bekas Presiden Mahmoud Ahmadinejad, 67, yang dikenal kontroversial dan bekas ketua parlemen Ali Larijani. Daftar kandidat juga mencakup Saeed Jalili, diplomat dan loyalis Revolusi yang meyakini kedaulatan Iran untuk mengembangkan teknologi nuklir secara mandiri.

Pendaftaran bacapres di Iran dibuka setelah tewasnya Presiden Ebrahim Raisi dalam sebuah kecelakaan helikopter 19 Mei silam. Penggantinya akan ditentukan melalui pencoblosan yang jatuh pada tanggal 28 Juni. Serupa pemilu sebelumnya, kali ini pun tingkat partisipasi pemilih dipercaya akan rendah.

Menurut laporan kantor berita Qatar Al-Jazeera, sebuah jajak pendapat terbaru memperkirakan sekitar 53,4 persen responden mengaku akan memilih, sementrara 28,9 persen belum memutuskan.

Sebagai perbandingan, cuma 48 persen pemilih yang mencoblos pada pilpres tahun 2021, dan 42 persen mencoblos pemilu legislatif pada Maret silam.

Iran's President Ebrahim Raisi laid to rest

Kembalinya penyangkal Holocaust

Keputusan Ahmadinejad mengajukan pencalonan diri diyakini akan menambah tekanan terhadap Ayatollah Ali Khamanei. Selama masa jabatannya antara 2005 hingga 2013, dia berulang kali menentang instruksi pemimpin spiritual di muka publik.

Khamanei pernah memperingatkan Ahmadinejad pada 2017 bahwa pencalonannya akan "semakin memperkuat polarisasi" yang berpotensi "merugikan bagi negara". Atas perintah Khamenei pula, Dewan Wali Iran menggagalkan pencalonannya pada Pemilu Kepresidenan 2017 dan 2021.

Sosok yang mendulang kontroversi karena menyangkal Holocaust itu ingin kembali ke panggung politik Iran di tengah kebuntuan perundingan program nuklir Iran dan eskalasi dengan Israel di Timur Tengah. Ahmadinejad sejauh ini adalah tokoh paling populer yang mendaftarkan diri untuk menggantikan mendiang Raisi.

"Masalah ekonomi, politik, kebudayaan dan keamanan melampaui apa yang kita alami pada tahun 2013," kata dia, merujuk pada akhir masa pemerintahannya. "Hiduplah musim semi, hiduplah Iran," lanjutnya di hadapan jurnalis ketika mendaftar di Kementerian Dalam Negeri di Teheran, Minggu (2/6)

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Kandidat pengusung keterbukaan

Serupa Ahmadinejad, Ali Larijani juga dilarang mencalonkan diri dalam pemilu 2021, yang kemudian dimenangkan mendiang Raisi. Sosok berusia 66 tahun itu termasuk tokoh paling populer di Iran. Pandangan politiknya berdekatan dengan bekas Presiden Hassan Rouhani yang moderat dan mendukung perundingan nuklir pada 2015.

Larijani berasal dari salah satu dinasti paling berpengaruh dalam tradisi teokrasi di Iran. Kepada jurnalis, dia mengklaim misinya adalah untuk "mengakhiri masalah terkait sanksi melalui keterbukaan ekonomi yang akan menjadi prioritas dalam program diplomasi bagi Iran," kata dia seusai pendaftaran, Jumat (31/5).

Fokus serupa juga diemban bakal capres lain, Abdolnasse Hemmati, yang merupakan bekas gubernur Bank Sentral dan pernah mencalonkan diri pada 2021. "Hari ini, saya masih bisa berharap untuk masa depan," kata dia. "Tidak ada yang lebih penting ketimbang kesejahteraan masyarakat," imbuhnya.

Setelagh periode pendaftaran selama lima hari, semua kandidat akan dipilih oleh Dewan Wali yang beranggotakan 12 orang ulama dan ahli Fiqh dan diawasi secara langsung oleh Ayatollah Khamanei. Dewan ini tercatat belum pernah meloloskan kandidat perempuan atau calon yang menuntut perubahan radikal pada konstitusi Republik Islam.

rzn/yf (ap, rtr)