1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikKorea Utara

Aksi Balasan, Korea Utara Kembali Luncurkan Rudal ke Jepang

6 Oktober 2022

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan peluncuran rudal baru pada Kamis (06/10) "benar-benar tidak dapat ditoleransi." Sementara, Pyongyang mengecam latihan militer gabungan Washington dan Seoul.

https://p.dw.com/p/4HoUJ
Misil Korea Utara
Korea Utara dalam beberapa waktu terakhir terus meluncurkan misil balistiknya ke wilayah Korea Selatan dan Jepang, menambah ketegangan di semenanjung KoreaFoto: Kim Hong-Ji/REUTERS

Pyongyang kembali meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah Jepang pada Kamis (06/10), berdasarkan laporan Seoul dan Tokyo.

Insiden itu terjadi beberapa hari setelah Korea Utara menembakkan satu rudal balistik jarak menengah melintasi wilayah udara Jepang pada Selasa 04/10). 

"Ini adalah keenam kalinya peluncuran rudal dalam waktu singkat sejak akhir September," kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida kepada wartawan. "Ini benar-benar tidak bisa ditoleransi."

Sementara, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan, "saya tahu orang-orang pasti khawatir, tetapi pemerintah kita akan benar-benar menjaga kehidupan dan keselamatan rakyat melalui aliansi Korea Selatan-Amerika Serikat yang kuat dan kerja sama keamanan antara Korea Selatan. Korea, AS, dan Jepang."

Lintasan 'tidak teratur'

Rudal diluncurkan dengan jeda 22 menit dari sekitar Pyongyang, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan. Rudal pertama terbang 350 kilometer dan yang kedua menempuh jarak 900 kilometer.

Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengatakan rudal kedua terbang pada ketinggian yang relatif rendah yaitu 60 kilometer dan kemungkinan diluncurkan pada lintasan yang "tidak teratur".

Deskripsi ini sebelumnya telah digunakan untuk menggambarkan senjata Korea Utara yang dimodelkan setelah rudal Iskander Rusia, yang bergerak di ketinggian rendah dan dirancang untuk dapat bermanuver dalam penerbangan untuk menghindari pertahanan rudal dengan lebih baik.

Cina dan Rusia dituduh mendukung Kim Jong Un

Peluncuran rudal itu bertepatan dengan Amerika Serikat yang menuduh Cina dan Rusia mendukung pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

 "Korea Utara telah menikmati perlindungan menyeluruh dari dua anggota dewan ini," kata Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, pada pertemuan Dewan Keamanan. "Singkatnya, dua anggota tetap Dewan Keamanan telah memberikan kesempatan pada Kim Jong Un."

Wakil Duta Besar Cina untuk PBB, Geng Shuang, menyerukan dialog "daripada hanya mengandalkan retorika atau desakan yang kuat."

Sementara itu, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Anna Evstigneeva, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa "memperkenalkan sanksi baru terhadap Korea Utara adalah jalan buntu" yang akan membawa "hasil nihil." Dia mengatakan peluncuran misil Korea Utara pada Selasa (04/10) didorong oleh tindakan "tidak bertanggung jawab" dari latihan militer pimpinan AS di wilayah tersebut.

Meningkatnya ketegangan militer

Setelah peluncuran rudal Korea Utara pada Selasa (04/10), Korea Selatan dan Amerika Serikat membalas dengan peluncuran rudal bersama pada Rabu (05/10).

Satu jam sebelum peluncuran rudal tambahan pada Kamis (06/10), Kementerian Luar Negeri Korea Utara menuduh Seoul dan Washington "meningkatkan ketegangan militer di Semenanjung Korea" dengan melakukan latihan militer gabungan terbesar dalam lima tahun.

Korea Utara juga mengutuk AS karena memposisikan ulang kapal induk terbarunya, USS Ronald Reagan, di lepas pantai Korea Selatan.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyebut peluncuran rudal pada Kamis (06/10) sebagai ancaman bagi komunitas internasional, tetapi menambahkan bahwa Washington berkomitmen untuk berdialog.

rs/ha (AP, AFP, Reuters)