1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

021210 Pakistan USA Taliban

2 Desember 2010

Menurut Wikileaks, kekhawatiran AS akan program nuklir Pakistan lebih besar dari sebelumnya. Dalam dukumen yang dipublikasikan Wikileaks juga terungkap, militer Pakistan tidak sepenuhnya berperang melawan kelompok teror.

https://p.dw.com/p/QNy9
Gambar simbol, Pakistan dengan program nuklirnya dan TalibanFoto: AP/Montage DW

Dinas rahasia Pakistan semakin banyak melakukan kegiatan bersama-sama Taliban. Tentara Pakistan memerangi ekstrimis Islam, tapi tidak sungguh-sungguh, apalagi dengan kekuatan penuh. Semua tuduhan ini bukan hal baru dan hanya membuat tertawa Javed Alam, mantan agen rahasia Pakistan. "Orang-orang yang menuduh begitu, harusnya melihat apa yang mereka sendiri lakukan. Jumlah tentara di Pakistan luar biasa besar. Apa yang harus mereka tunjukkan, setelah menghabiskan biaya miliaran Dolar? Sumber daya kami di Pakistan memang terbatas, tetapi kami adalah orang bebas."

Jendral Javed Alam, pejabat di dinas rahasia Pakistan ISI tahun 2001, ketika pemerintahan Musharraf, setidaknya secara resmi, mengubah haluan. Berpaling dari Taliban dan beralih memerangi teror. Semenjak itu, pertempuran tentara Pakistan melawan ektrimis menewaskan sediktinya 2500 orang, kata Javed Alam dalam wawancara dengan stasiun radio Jerman ARD. Argumen ini sama tuanya dengan tuduhan, yang kembali menjadi sorotan lewat publikasi Wikileaks, bahwa Pakistan menggunakan sebelah tangannya untuk menerima kucuran dana dari Amerika Serikat dan sebelah lagi, seperti yang dulu-dulu, untuk bersalaman dengan pemimpin Taliban.

"Setelah 2001 banyak Taliban berada di Pakistan. Kami harus menjalin kontak dengan mereka. Dan adalah sikap yang bijak untuk menjaga kontak dengan semua pihak." Menjaga kontak, kata Jendral Javed Alam, untuk dimanfaaatkan. Setelah pemerintah di Islamabad mengubah sikap dan haluan tentang Afghanistan, dukungan pun dihentikan, tandasnya.

Tetapi para pakar militer kini sulit membantah bahwa Pakistan masih menganggap negara tetangganya, India, sebagai bahaya terbesar bagi keamanan. Anggapan yang sama juga beredar luas di Afghanistan. Karena itu ada tuduhan bahwa militer Pakistan tidak akan memutus hubungan dengan Taliban, karena musuh dari musuh saya adalah teman saya, yang masih dibutuhkan sebagai sekutu melawan India.

"India dan Pakistan punya sejarah konflik yang panjang. Jadi kami selalu kuatir terhadap India, yang berhasrat paling berkuasa di tingkat regional, kemudian global. Sebagai tetangga, kami tidak ingin dikuasai oleh India atau siapapun juga," demikian dinyatakan Jendral Javed Alam.

Hal yang membuat situasi makin peka adalah, Pakistan memiliki senjata atom. Kekuatiran bahwa senjata itu akan jatuh ke tangan yang salah, kelompok ekstrimis, dirasakan Amerika serikat selama bertahun-tahun. Shahzad Chaudhary, mantan pejabat angkatan udara Pakistan berusaha menenangkan, "Saya tidak percaya bahwa pemerintah dan militer Pakistan begitu lemah sehingga tak bisa mempertahankan apa yang dimilikinya. Jika mereka punya kapasitas untuk membangun senjata nuklir, maka mereka juga punya kapasitas untuk menjaganya. Kami punya senjata nuklir sejak 1985. Kekuatiran itu baru muncul belakangan. Kami membangun sistim pengamanan yang termasuk terbaik di dunia."

Tuduhan bahwa Pakistan berwajah ganda, sudah sejak dulu tersebar. Wikileaks, lewat publikasi dokumen rahasia diplomatik Amerika Serikat, kembali menghembuskannya seluruh dunia.

Kai Küstner/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid