1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

WHO: Gelombang Kedua Flu Babi Bisa Lebih Dasyat

4 Mei 2009

Direktur jendral Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, memperingatkan optimisme yang ditiupkan Meksiko bahwa flu babi di negara itu telah mancapai puncak dan kini dalam fase menurun.

https://p.dw.com/p/HjSo
Seorang penumpang asal Meksiko dengan masker hidung di bandara Barajas, Madrid, SpanyolFoto: AP

Direktur Jendral WHO Margaret Chan mengatakan dalam wawancara dengan koran Financial Times edisi Senin (04/05), gelombang kedua flu babi bisa muncul lebih dahsyat dan akan menjadi wabah paling besar yang pernah dihadapi dunia dalam abad ke 21. Pernyataan Chan ibarat jarum yang menusuk balon optimisme yang ditiupkan Meksiko, pusat penyebaran flu babi.

Presiden Meksiko Felipe Calderon mengatakan, Meksiko telah berhasil menahan epidemi dan kini berada dalam posisi untuk mengatasi virus A/ H1N1. Menteri Kesehatan Meksiko Jose Angel Cordova mengatakan dalam konferensi pers bahwa epidemi mencapai puncaknya antara tanggal 23 dan 24 April, dan kini berada dalam fase penurunan.

Tetapi Margaret Chan mengatakan, akhir musim flu di belahan bumi selatan berarti, saat wabah awal menurun, gelombang kedua bisa datang dengan lebih dahsyat. Ini mencerminkan pola yang pertama kali terlihat pada pandemi flu Spanyol tahun 1918 yang mengakibatkan lebih 50 juta orang tewas, di seluruh dunia.

Chan mengatakan pula bahwa ia tidak meramalkan pandemi akan meledak, tetapi jika ia mengabaikan kemungkinan itu dan dunia luput mempersiapkan diri, maka itu berarti ia gagal menjalankan tugasnya. Lebih baik terlalu siap daripada tidak siap, kata Chan.

Pernyataan senada disampaikan Jörg Hacker, Direktur Institut Penelitian Robert Koch di Berlin. Ia mengingatkan, virus jenis baru tersebut bisa berpindah dengan mudah, selain itu bisa mengubah genotipnya. "Terlalu dini untuk mengatakan bahaya sudah lewat. Tidak usah mendramatisir situasi, tapi kita harus tetap membuka mata. Walaupun gejala wabah yang muncul di Jerman dan negara lain tidak mencolok, namun virus itu mampu menyebar dari manusia ke manusia," demikian Hacker lebih lanjut.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO tampaknya akan menaikkan tingkat kewaspadaan bagi wabah influenza baru ke tingkat tertinggi dan menyatakannya sebagai pandemi, wabah yang berjangkit di seluruh dunia. Direktur Jendral WHO Margaret Chan mengindikasikan hal ini dalam wawancara dengan harian Spanyol El Pais, Senin (04/05). Chan mengingatkan, tingkat siaga enam bukan berarti kita menghadapi akhir dunia. Hal ini perlu dijelaskan, agar jika siaga enam diumumkan, tidak terjadi kepanikan yang tidak perlu.

Sementara itu, kekuatiran di kalangan masyarakat Meksiko membesar, bahwa tindakan pencegahan terhadap flu babi berubah menjadi diskriminasi berdasarkan kebangsaan, seperti yang terjadi di Cina.

Kantor berita AFP melaporkan kejadian yang dialami Rocio Zamora, perempuan Meksiko 39 tahun yang tinggal di Cina. Ia bersama keluarganya baru pulang liburan di Bali. Saat paspornya diperiksa di bandara internasional Beijing, hari Minggu kemarin (03/05), Zamora dipisahkan dari keluarganya. Suhu tubuhnya dimonitor untuk mengetahui apakah ia menderita demam atau tidak. Demam disebut sebagai salah satu gejala flu babi. Sementara itu, suami dan kedua anak Zamora yang berkewarganegaraan Perancis, tidak diperiksa dan tidak mendapat masalah apapun. Sejauh ini otoritas Cina membantah melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga Meksiko.

Dari Mesir dilaporkan, pemerintah memulai penyembelihan 250 ribu ekor babi, hari Sabtu (02/05), dengan menyebutnya sebagai tindakan kesehatan umum. Bentrokan sempat terjadi hari Minggu kemarin (03/05) ketika para peternak babi di negeri itu melancarkan protes.

Juru bicara WHO Gregory Hartl menegaskan, orang tidak akan tertular flu babi jika ia memakan daging babi. "Tentu saja rekomendari WHO bukan menyembelih babi karena daging babi yang dimasak dengan baik tidak akan mengandung virus flu. Anda tidak akan terinfeksi dengan memakan daging babi. Bahaya yang harus diwaspadai adalah saat babi disembelih dan disiapkan untuk dikonsumsi. Tapi tentu saja ada tindakan yang bisa diambil untuk melindungi peternak, dokter hewan dan pekerja rumah jagal."

Sejauh ini dilaporkan terdapat 25 kasus kematian akibat flu babi. WHO memperkirakan terdapat hampir 900 kasus flu babi di 20 negara.

RP/afp/rtr

Editor: Yuniman Farid