1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanGlobal

Waspadai Arcturus, Subvarian Baru Covid-19

21 April 2023

Pakar WHO memberi peringatan untuk mewaspadai subvarian baru virus Corona yang diberi nama Arcturus. Namun tidak ada alasan untuk panik. Apa yang sudah diketahui sejauh ini tentang subvarian Covid-19 terbaru ini?

https://p.dw.com/p/4QL4b
Ilustrasi virus corona menyerang kota
Ilustrasi virus corona menyerang kota picu alarm tanda bahayaFoto: picture alliance

Subvarian baru virus Corona XBB.1.16 atau diberi nama Arcturus saat ini penyebarannya terus dimonitor oleh badan kesehatan dunia WHO. Arcturus adalah virus mutasi yang merupakan subvarian Omicron XBB.1, yang menyebar cepat di India, mendesak subtipe virus corona yang dominan Omicron BA.5 dan BA.2.

Mengapa Subvarian Arcturus itu mencemaskan para pakar kesehatan sedunia? Pemicunya adalah kenaikan drastis kasus Covid di India hingga 281 persen hanya dalam waktu 14 hari. Pakar kesehatan WHO asal India, dokter Vipin Vashishtha melaporkan, dalam kurun waktu yang sama, tingkat kematian pasien meningkat 17 persen.

 

Memblokir kekebalan tubuh

Arcturus disebutkan melakukan mutasi pada spike proteinnya, yang memungkinkan subvarian ini memiliki mekanisme memblokir sistem kekebalan tubuh yang sudah terbentuk, baik lewat vaksinasi ataupun setelah sembuh dari infeksi Covid-19 subvarian lainnya. Juga tidak tertutup kemungkinan, subvarian baru ini lebih menular dibanding subvarian Covid-19 dominan sebelumnya.

Vashishtha yang juga merupakan anggota grup vaksin WHO memperingatkan, jika subvarian baru Covid-19 ini mampu meruntuhkan imunitas kelompok warga India yang sudah kokoh dari varian dominan sebelumnya, seluruh dunia harus lebih serius mewaspadai penyebarannya.

Walau begitu, Radeep Guleria, mantan ketua tim penanggulangan Covid-19 India menyebutkan, tidak ada alasan untuk panik menanggapi penyebaran subvarian Covid-19 terbaru ini. "Dengan mematuhi prosedur kesehatan secara memadai, kita bisa mengatasi potensi bahaya penyebarannya”, ujar Guleria.

Arcturus menurut laporan terbaru sudah menyebar di sedikitnya 16 negara, antara lain Amerika Serikat, Inggris, Singapura, Brunei dan Jerman. Namun catatan kasus dari awal Januari hingga akhir Maret ini, jumlahnya di Jerman sangat kecil, dan nyaris tidak terasa efeknya.

Sejumlah pakar virologi kenamaan juga menyebutkan, masih terlalu dini untuk membunyikan alarm tanda bahaya. Jika melihat jumlah absolut kasusnya di India, yang hanya ribuan dibanding 1,4 miliar populasinya, persentasenya juga sangat kecil. Para pakar virologi juga mengamini pernyataan mantan ketua tim penanggulangan Covid-19 India, bahwa saat tidak ada alasan untuk panik menghadapi Arcturus.

as/gtp (dari berbagai sumber)