1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Utusan Khusus PBB Kunjungi Myanmar

1 Oktober 2007

Hari Minggu (30/09) kemarin utusan khusus PBB Gambari melakukan pembicaraan politik di Myanmar.

https://p.dw.com/p/CIq1
Kunjungan Gambari diharap akhiri kekerasan di Myanmar
Kunjungan Gambari diharap akhiri kekerasan di MyanmarFoto: AP

Di Myanmar utusan PBB Ibrahim Gambari antara lain bertemu dengan pimpinan oposisi Aung San Suu Kyi yang dikenai tahanan rumah. Namun tidak disebutkan rincian pembicaraan dengan pemenang hadiah Nobel perdamaian tahun 1991 tersebut. Sebelumnya utusan PBB asal Nigeria itu melakukan pembicaraan junta militer, di ibukota Myanmar yang baru , Naypyidaw, yang letaknya tersembunyi di tengah hutan. Di sana Gambari mengadakan pembicaraan dengan tokoh pimpinan militer Myanmar.

Meskipun besar jumlah pasukan tentara dan polisi, serta tindak kekerasan dalam mengatasi demonstrasi hari Rabu dan Kamis lalu, kemarin masyarakat kembali turun ke jalan. Di bekas ibukota Yangon jumlah peserta demonstrasi mencapai ratusan orang, yang segera dibubarkan dengan tembakan peringatan. Tempat berlangsungnya protes massal beberapa hari lalu yang dipimpin oleh para biksu, di jalan-jalan tersebut kemarin dilancarkan patroli oleh tentara dalam jumlah besar. Satu hari sebelumnya sebuah pasukan polisi dan tentara diblokir di dekat jalan masuk sebuah hotel, yang diduga para demonstran bahwa Ibrahim Gambari akan turun di situ. Dari utusan khusus PBB yang tahun lalu sudah dua kali mengunjungi Myanmar, para pengamat mengharap bahwa ia berhasil melakukan terobosan terhadap para pemimpin militer, guna menghentikan tindak kekerasan. Sesaat sebelum keberangkatannya, di New York Gambari mengatakan

“Kami berusaha menyampaikan pesan kepada pihak berwenang di Birma, yang terutama berbunyi bagaimana cara menanggulangi krisis saat ini. Tapi yang lebih penting adalah bahwa kami ingin menggerakkan pemerintah di Birma agar kejadian terakhir dipandang sebagai peluang untuk melakukan dialog dengan mereka yang selama ini tidak dilibatkan dalam perkembangan politik di negara itu.”

Namun sementara ini peluang dialog tampaknya tertutup. Sejak Rabu (26/09) lalu, junta militer menghadapi para biksu dan demonstran lainnya dengan tindakan kekerasan brutal. Sebagian besar wihara diduga ditutup dari luar dan dilaporkan bahwa jumlah biksu yang berada di sana berkurang separuhnya dari sebelum terjadinya protes sekitar dua pekan lalu. Banyak yang ditangkap dan sebagian lainnya berhasil melarikan diri.

Sementara itu di seluruh dunia berlangsung protes terhadap tindakan brutal pemerintah militer di Myanmar. Di ibukota Thailand Bangkok akhir pekan lalu warga Budha asal Myanmar dan Thailand, juga warga muslim dan Kristen melakukan protes di depan kedutaan besar Myanmar. Kunjungan Gambari cenderung dipandang secara kritis oleh sejumlah aktivis Myanmar

“Saya sendiri tidak begitu yakin. Sudah sering utusan khusus dikirim ke Myanmar, sering kali tanpa hasil. Saya harap Cina bertindak sesuatu juga India. Juga saya sangat terkejut, dimana negara-negara tetangga tidak bertindak apa pun. Tapi jika kami terus mencari bantuan, misalnya dari Cina, orang tidak akan terus membiarkan hal itu.”

Di Cina sementara ini tampaknya secara perlahan tapi pasti, nada suara terhadap Myanmar berubah. Jika beberapa hari lalu dalam sidang khusus yang digelar Dewan Keamanan PBB Cina masih menolak secara resmi pernyataan yang mengecam pertumpahan darah di Myanmar, Perdana Menteri Cina Wen Jiabao sudah secara terbuka menyerukan agar junta militer Myanmar menahan diri dan menghindari tindak kekerasan. Selasa besok menurut rencana akan berlangsung sidang khusus dewan hak asasi manusia PBB di Jenewa untuk membicarakan situasi di Myanmar.