1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa, Terpenjara oleh Sejarah Sendiri

22 Juni 2007

Krisis politik seputar rancangan konstitusi Uni Eropa masih menjadi sorotan utama media internasional hari ini.

https://p.dw.com/p/CPGE

Harian konservatif Austria, Die Presse misalnya menurunkan tajuk soal pertaruhan Polandia akan kekuasaannya di masa depan. Lebih lanjut dituliskan oleh harian ini.

“Sebegitu seringnya kematian dikumandangkan di Polandia, sampai akhirnya tidak begitu meyakinkan lagi. Perjuangan mati-matian mungkin terdengar simpatis, tapi hal tersebut sayangnya cuma permainan adu otot yang aneh, dikuasai dengan keinginan pembalasan dendam sejarah kepada Jerman, dan mencari pembenaran yang berbahaya bagi seluruh anggota Uni Eropa. 25 negara Uni Eropa toh masih bisa hidup dengan pembagian kekuasaan yang baru, baik yang besar maupun yang kecil, yang lama atau yang baru. Cuma Polandia dan Republik Ceko saja yang tidak bisa. Hal tersebut tampak aneh dan memaksa kita untuk berfikir, bahwa sikap Polandia bukan lagi terdorong oleh keinginan untuk merebut beberapa persen pengaruh di setiap keputusan Dewan yang biasanya diputuskan dengan suara bulat. Melainkan cuma kepentingan untuk meraih keuntungan.”

Masih dari Austria, harian liberal Standard mengomentari usulan Polandia mengenai pembagian jatah suara di Uni Eropa.

“Apakah Polandia punya 7, 83 atau 5, 71 persen suara di Dewan, itu sama sekali tidak penting. Apa yang menentukan di setiap perundingan di Dewan adalah aliansi atau sekutu. Dengan bekal itulah setiap negara bisa memaksakan kepentingannya. Tapi siapapun yang mencoba membagi trauma nasionalnya di Brussel seperti layaknya sebuah terapi buat pesakitan yang pada akhirnya menjengkelkan 26 negara lainnya, maka negara itu akan kesulitan menemukan sekutu atau aliansi yang mau diajak berbagi kepentingan."

Sementara harian Italia, Corriere Della Sera yang terbit di Milan menulis,

“Ketika semua kepala negara bekumpul di Brussel guna membahas ambisi bagi masa depan Uni Eropa, serentak warga Eropa menyadari, bahwa mereka terpenjara oleh sejarahnya sendiri yang tidak juga berlalu. Polandia menyerukan kepada Angela Merkel, untuk membayar sisa utang Hitler, sementara Inggris takut kedaulatannya diganggu, sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh siapapun dari daratan Eropa. Dan Uni Eropa terancam hancur oleh sejarahnya sendiri. Sejarah Polandia dan Inggris mungkin sama sekali berbeda. Tapi kedua negara mampu melumat sejarah Eropa, setidaknya sejarah milik 27 negara anggota Uni Eropa."

Masih dengan tema konstitusi Uni Eropa, harian konservatif Republik Ceko, Lidove Noviny menurunkan tajuk,

“Tidak seorangpun bisa menampik, bahwa Polandia adalah korban Perang Dunia ke dua. Tapi kenapa lantas Uni Eropa yang harus memuaskan tuntutan Warsawa, jika banyak dari negara anggota saling berbagi nasib yang sama? Kenapa Perdana Menteri Yaroslav Kaczynski tidak menuntut Rusia yang dulu juga menginvasi sebagian wilayah Polandia? Dan untuk semua itu, negara lain di Uni Eropa harus menebusnya dengan jatah suara? Siapa yang harus membayarnya? Jerman dan Italia? Hungaria dan Slovakia? Tidak, tidak satupun. Tuntutan Polandia jelas tidak masuk akal. Dan itu cuma menunjukkan satu hal, bahwa pemerintahan di Warsawa sudah kehabisan argumennya.”