1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa Harapkan Awal Baru Hubungan dengan Rusia

13 November 2008

Dalam pembicaraan antara Ketua Dewan Eropa dan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dengan Presiden Rusia Dmitri Medvedev akan diputuskan kelanjutan tentang perjanjian kemitraan baru.

https://p.dw.com/p/Fu8d
Lambang hubungan Uni Eropa dan Rusia yang kini sedang retakFoto: DW-Montage/Bilderbox.de

Pada pertemuan puncak istimewa tentang krisis Kaukasus 1 September lalu, Uni Eropa mengancam selama pasukan Rusia tidak menarik diri ke posisi sebelum terjadinya perang, tidak akan lagi perundingan selanjutnya untuk perjanjian kemitraan. Dikatakan Ketua Komisi Eropa Jose Manuel Barroso saat itu: "Sudah jelas jika memandang kejadian baru-baru ini kami tidak dapat melanjutkannya seolah-olah tidak terjadi apapun."

Sejak itu Rusia memang menarik diri dari kawasan dalam Georgia, tapi di Ossetia Selatan dan Abkhazia mereka sekarang justru semakin mengonsentrasikan diri. Selain itu Moskow mengakui kedua kawasan yang secara hukum internasional masih masuk Georgia tersebut. Hal itu dianggap sebagai provokasi bagi Uni Eropa. Penentang dilakukannya kembali perundingan kemitraan dengan Rusia sejak itu berargumentasi Rusia tidak memenuhi syarat perjanjian gencatan senjata yang dimediasi Presiden Perancis.

Meskipun demikian terjadi perubahan haluang pada Dewan Menteri Luar Negeri Uni Eropa awal pekan ini di Brussel. Menteri luar negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier Senin (10/11) lalu mengatakan: "Saya dapat menyampaikan hasilnya kepada Anda bahwa akan dilakukan kembali perundingan antara Uni Eropa dengan Rusia, dan bahwa pelaksanaan kembali perundingan ini tidak dikaitkan dengan persyaratan."

Memang sengketa besar di dalam Uni Eropa. Wakil-wakil haluan garis keras penentang Moskow, terutama adalah negara-negara yang menderita di bawah kekuasaan Uni Sovyet. Tapi jumlah penentang ini dan pengaruhnya semakin berkurang. Kesadaran pun muncul bahwa lebih baik untuk memiliki kerangka perundingan dengan Rusia dan perbedaan pendapat juga dikemukakan di sana daripada meniadakan sama sekali forum semacam itu. Menteri luar negeri Finlandia Alexander Stubb juga mengingatkan melemahnya Uni Eropa akibat sengketa di bidang politik luar negeri.

"Pilihannya sangat jelas. Apakah kita ingin kembali menciptakan hubungan bilateral dengan Rusia atau kita ingin politik Uni Eropa - Rusia yang jelas? Saya setuju dengan yang terakhir walaupun yang pertama lebih menjadi kepentingan Finlandia."

Haluan ini bertahan sampai Senin lalu (10/11). Pemerintahan yang berpendapat berbeda, paling tidak menghindari protes secara terbuka. Dengan demikian Uni Eropa melakukan langkah pendekatan besar terhadap Rusia.

Namun menteri luar negeri Jerman Frank Walter Steinmeier juga memperingatkan: 2Pada hari-hari ini penting adanya kata-kata yang jelas terhadap pengumuman terbaru dari Presiden Rusia untuk menempatkan roket jarak pendek di Kaliningrad. Pernyataan saya: Itu sinyal yang salah pada waktu yang salah. Hal yang paling tidak kita perlukan saat ini adalah persaingan penempatan roket yang baru." (dk)