1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa Desak Cina soal Kesepakatan Dagang dan HAM

15 September 2020

Uni Eropa mendesak Cina menegakkan masalah HAM dan tidak menutup pasar dagangnya bagi investor. Kanselir Jerman Angela Merkel sebut ini adalah waktu yang tepat untuk menuntut timbal balik.

https://p.dw.com/p/3iTYb
KTT Uni Eropa - Cina
Pejabat Uni Eropa dan Cina terkoneksi secara virtual dalam pertemuan konferensi tingkat tinggi (KTT) UE-CinaFoto: Reuters/Y. Herman

Dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa – Cina yang digelar secara virtual pada Senin (14/09), para pejabat UE meminta Cina untuk membuka pasar dagangnya bagi para investor dan menegakkan hak asasi manusia (HAM) atas dugaan pelanggaran terhadap kaum minoritas di Xinjiang.

"Dalam 15 tahun terakhir, Cina telah menjadi jauh lebih kuat secara ekonomi dan ini berarti bahwa permintaan timbal balik - di tahap yang setara - tentu saja saat ini sangat dibenarkan," kata Kanselir Jerman Angela Merkel pada konferensi pers virtual.

KTT itu awalnya dirancang sebagai wadah untuk menemukan terobosan besar atas berbagai isu dalam hubungan UE-Cina. Namun, serangkaian tantangan datang, termasuk pandemi COVID-19 yang akhirnya memaksa kedua belah pihak untuk melaksanakan KTT secara daring.

UE minta akses ke Xinjiang

Pejabat UE juga mendesak Cina agar mengizinkan akses ke Xinjiang, di mana otoritas Cina diduga menempatkan sekitar satu juta muslim Uighur ke kamp-kamp penahanan. Cina mengatakan kamp-kamp itu dimaksudkan untuk memerangi ekstremisme.

"Kami mengulangi pernyataan keprihatinan kami atas perlakuan Cina terhadap minoritas di Xinjiang dan Tibet," kata Presiden Dewan Eropa Charles Michel.

"Kami meminta (akses) bagi pengamat independen ke Xinjiang dan kami menyerukan pembebasan warga Swedia yang ditahan sewenang-wenang, Gui Minhai, dan dua warga negara Kanada,” tambahnya. 

Upaya mencari jalan keluar

UE adalah mitra dagang terbesar Cina, dengan biaya lebih dari satu miliar euro dalam perdagangan bilateral harian.

Meski belum ada penjabaran lebih lanjut tentang pengaturan dagang UE-Cina, para pengamat menyarankan agar UE memperketat akses Cina ke pasar tunggal.

Namun, terlepas dari komentar kritis UE terhadap masalah-masalah di Cina, kedua pihak telah menandatangani kesepakatan untuk saling melindungi barang produksi makanan dan minuman ekspor.

Kesepakatan itu dipuji sebagai kemenangan besar bagi UE karena itu berarti bahwa produsen di Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru tidak bisa lagi menggunakan nama produk makanan Eropa yang dilindungi, saat mengekspor ke Cina.

"Perjanjian di tingkat tertinggi dengan Cina sangat penting jika kita ingin mempromosikan kepentingan ekonomi Eropa, melindungi iklim kita dan mempertahankan nilai dan hak fundamental," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. "Kami sangat serius untuk membuka akses ke pasar Cina."

Presiden Cina Xi Jinping tidak memberikan komentar pada konferensi pers virtual setelah KTT berakhir. Namun, kantor berita Cina, Xinhua, melaporkan bahwa Xi Jinping menolak campur tangan asing dalam urusan Cina, terutama pada isu HAM.

"Rakyat Cina tidak akan menerima 'seorang instruktur' tentang hak asasi manusia dan menentang 'standar ganda',” ujar Xi Jinping selama KTT menurut laporan Xinhua.

“Cina bersedia untuk memperkuat pertukaran dengan Uni Eropa berdasarkan prinsip saling menghormati sehingga kedua belah pihak bisa membuat kemajuan,'' tambahnya.

Hubungan UE-Cina sedang memanas akibat dugaan disinformasi Cina tentang penyebaran virus corona, hingga pemberlakuan Undang-undang Keamanan Nasional yang kontroversial bagi Hong Kong.

pkp/rap (AFP, Reuters)