1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

UE Pertimbangkan Pemulihan Hubungan Diplomatik dengan Rusia

13 Oktober 2008

Rusia telah menepati janjinya menarik pasukan dari Georgia. Kini giliran menteri luar negeri Uni Eropa yang bertanya-tanya, cukupkah kepatuhan tersebut untuk sebuah pemulihan hubungan diplomatik dengan Moskow?

https://p.dw.com/p/FYUQ
Franco Frattini, Komisaris UE bidang hukum (ki.) berbicara dengan Menlu Perancis Bernarnd Kouchner (Ka.). Di Belakang Menlu Yunani Dora Bakoyannis berbicara dengan Javier Solana, Utusan Luar Negeri UE.Foto: AP

Menteri Luar Negeri Perancis Bernard Kouchner Jumat lalu (10/10), berkunjung ke Georgia untuk melihat dengan mata dan kepalanya sendiri, apakah pasukan Rusia benar-benar sudah ditarik dari wilayah Georgia, seperti yang dijanjikan pemerintah Moskow.

Faktanya memang seperti itu. Pasukan Rusia meninggalkan sepenuhnya wilayah Georgia, setidaknya sampai wilayah yang berbatasan dengan provinsi Osetia Selatan dan Abkazia. "Rusia sudah menarik mundur pasukannya - di luar wilayah Osetia Selatan dan Abkazia, tidak ada lagi tentara Rusia", tandas Kouchner.

Pemulihan Hubungan DIplomatik?

Laporan itulah yang akan dibawa Kouchner dan kepala misi pemantauan Uni Eropa di Georgia, Hansjörg Haber, ke pertemuan tingkat menteri luar negeri Uni Eropa di Brussel.

Russlands Präsident Dmitri Medwedew im französischen Evian
Presiden Rusia, Dimitri MedvedevFoto: AP


Dengan langkah tersebut, Moskow sudah menepati bagian terpenting dalam perjanjian yang dibuat oleh Presiden Perancis Nikolas Sarkozy dan Presiden Rusia Dimitri Medvedev beberapa bulan lalu. Sekarang tinggal Uni Eropa yang harus menentukan, apakah kepatuhan Moskow sudah mencukupi untuk pemulihan hubungan diplomatik.

Utusan khusus Uni Eropa Javier Solana, mengatakan Senin pagi (13/10) Luxemburg. "Kita harus melihat dulu bagaimana kelanjutannya nanti. Tapi yang terpenting, Rusia menepati janjinya."

Sejak pecahnya perang Georgia, hubungan Rusia dan Uni Eropa menjadi dingin. Sebagai reaksi tindakan invasi Rusia ke Georgia, Brussel membekukan proses negosiasi soal perjanjian kemitraan baru antara kedua belah pihak. Diantaranya adalah perjanjian ekonomi, yang sebenarnya ditujukan untuk mengamankan pasokan energi dari Rusia ke Eropa.

Kini Uni Eropa harus memutuskan, apakah negosiasi dengan Moskow akan terus dilanjutkan. Jerman sendiri mendukung dilanjutkannya proses negosiasi, dengan dalih perjanjian kerja-sama dengan Rusia juga penting buat Uni Eropa.

GEORGIA_SOUTH_OSSETIA_RUSSIA_MOSB115_569878122082008.jpg
Rusia bersedia menarik pasukannya dari GeorgiaFoto: AP

Sebab itu, Berlin mendukung percepatan pemulihan hubungan diplomatik dengan Rusia. „Bahkan jika saya cuma menyebut satu kata penting, yakni keamanan pasokan energi, maka kita harusnya bertanya-tanya, apakah dengan dibekukannya poses negosiasi, kita melakukan yang terbaik," tandas Günther Gloser, Menteri Negara di Kementrian Luar Negeri Jerman.

Keputusan Ada di Tangan Kepala Negara UE

Namun tidak semua negara anggota Uni Eropa sepakat dengan Jerman. Swedia dan beberapa negara-negara Eropa Timur bersikeras mempertahankan kebijakan konfrontasi melawan Rusia.

Menteri Luar Negeri Swedia Carl Bildt mengingatkan, Uni Eropa sebelumnya sudah menyepakati, bahwa normalisasi hubungan dengan Rusia cuma akan dilakukan, jika Rusia mengembalikan situasi di Georgia seperti sebelum perang. Dengan kata lain, Moskow harus melepaskan provinsi Osetia Selatan dan Abkazia.

Moskow sendiri sebelumnya telah mengakui kemerdekaan kedua provinsi tersebut. Saat ini lebih dari 7000 tentara Rusia ditempatkan di Osetia Selatan dan Abkazia. Uni Eropa saat ini masih memperdebatkan sikap yang tepat terhadap Rusia. Keputusan mengenai pemulihan hubungan diplomatik sendiri tampaknya akan diserahkan kepada pertemuan tingkat kepala negara Uni Eropa, yang akan digelar di Brussel hari Rabu (15/10).(rzn)