1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAustralia

Uang Kertas $5 Australia Tidak Pakai Potret Raja Charles III

2 Februari 2023

Australia akan ganti potret Ratu Elizabeth II pada uang kertas pecahan A$5 dengan desain baru untuk cerminkan dan hormati sejarah budaya Pribumi. Sementara potret Raja Charles III akan tampil di uang koin Australia.

https://p.dw.com/p/4N0H2
Uang kertas pecahan A$5 yang menampilkan gambar Ratu Elizabeth II
Foto: Mark Baker/AP Photo/picture alliance

Bank Sentral Australia pada Kamis (02/02) mengumumkan, gambar Ratu Elizabeth II di uang kertas pecahan A$5 akan digantikan dengan gambar yang menghormati budaya Pribumi Australia.

Reserve Bank of Australia mengatakan, keputusan itu diambil setelah berkonsultasi dengan pemerintah yang sepakat mendukung perubahan desain dari yang sebelumnya menampilkan Monarki Inggris menjadi desain yang "menghormati budaya dan sejarah Orang Australia Pertama.”

Menurut bank sentral, desain baru itu nantinya akan memakan waktu beberapa tahun untuk dicetak dan diselesaikan. Sementara uang kertas yang lama bergambar tokoh monarki Inggris masih akan tetap menjadi alat pembayaran yang sah sampai uang kertas yang baru resmi beredar.

Meski gambar Ratu Elizabeth II diganti, gambar yang merepresentasikan Monarki Inggris masih akan digunakan pada mata uang Australia, dengan gambar kepala Raja Charles III yang akan mulai muncul di semua denominasi koin Australia tahun ini.

Gambar kepala Raja Charles III akan mulai muncul di koin Australia tahun ini.
Gambar kepala Raja Charles III akan mulai muncul di koin Australia tahun ini.Foto: Rafael Ben-Ari/ Chameleons Eye/Newscom/picture alliance

Suara oposisi

Pemimpin oposisi Peter Dutton meyakini, pemerintahan PM Antony Albanese adalah dalang di balik pengumuman bank sentral tersebut.

"Tidak diragukan lagi, ini diarahkan oleh pemerintah dan saya pikir Perdana Menteri harus mengakuinya,” kata Dutton dalam wawancara di stasiun radio lokal 2GB, Kamis (02/02).

Berbeda dengan Dutton, Senator Partai Hijau Lidia Thorpe justru menyebut pengumuman ini sebagai kemenangan besar. Ia adalah seorang anggota parlemen oposisi keturunan Pribumi.

"Ini adalah kemenangan besar bagi masyarakat akar rumput, orang-orang Bangsa Pertama yang telah berjuang mendekolonisasi negara ini. Mereka tidak pernah menyerahkan kedaulatan kita kepada raja atau ratu mana pun. Sekarang saatnya Perjanjian Republik!” tulisnya di Twitter.

Diskusi referendum

Dalam referendum tahun 1999, warga Australia menyepkatai dengan selisih suara tipis (55%-45%) bahwa Australia tidak menjadi republik. Tetapi pengamat memperkirakan diskusi tersebut akan muncul kembali ketika kekuasaan panjang Ratu Elizabeth II berakhir.

Perdana Menteri Antony Albenese yang di masa lalu dikenal sebagai pembela perjuangan Australia menjadi republik, meski begitu mengatakan masih terlalu dini untuk membahas masalah itu segera setelah kematian Ratu Elizabeth II.

Raja Charles III yang kini naik takhta pun masih menjadi kepala negara Australia, meski perannya sebagai besar hanya bersifat seremonial.

gtp/ (AFP, AP, Reuters)