1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Turki Upayakan Penyelesaian Masalah Kurdi

14 Agustus 2009

Sudah berminggu-minggu tak ada topik yang lebih hangat dibahas di Turki selain 'masalah Kurdi'. Ankara kini mengupayakan prakarsa dan perundingan dengan pihak oposisi

https://p.dw.com/p/JBMv
Turkish Prime Minister Recep Tayyip Erdogan, left, and Ahmet Turk, head of the pro-Kurdish Democratic Society Party, are seen during their meeting at the parliament in Ankara, Turkey, Wednesday, Aug. 5, 2009. Erdogan's government expressed readiness to grant more rights to the nation's Kurds in an effort to end the 25-year insurgency by Kurdish rebels.(AP Photo/Umit Bektas, Pool)
PM Turki Recep T. Erdogan bersama Ahmet Turk, pemimpin Partai Sosial Demokrat pro-kurdi.Foto: AP

Sepanjang musim panas ini hanya ada satu topik penting di Turki, yaitu apa yang disebut masalah Kurdi. Peluang untuk mencapai solusi belum pernah sebagus saat ini, begitu disebutkan banyak pihak.

"Kita harus mengajukan pertanyaan pada diri kita sendiri, dan seluruh bangsa harus mempertimbangkannya dengan obyektif. Dimana letak kesalahan kita? Dimana diterapkan politik yang tak sesuai? Dimana kita salah bertindak?“ tandas PM Recep Tayyip Erdogan.

Ada latar belakang yang jelas mengapa PM Erdogan secara khusus mengupayakan solusi bagi masalah Kurdi. Abdullah Öcalan, Ketua Partai Buruh Kurdi, PKK, yang mendekam seumur hidup di penjara, di Istanbul, mengatakan, Sabtu ini (15/08) ia akan mengumumkan semacam peta perdamaian bagi solusi masalah Kurdi.

Tapi, pemerintah Turki telah mengambil langkah pertama. Untuk mendorong pemberontak PKK mengakhiri perjuangan bersenjata, pemerintah antara lain mengembalikan nama asli desa-desa dan kota-kota di Anatolia Tenggara yang berasal dari bahasa Kurdi.

Untuk menunjukkan kesungguhan pemerintah, Presiden Abdullah Gül beberapa hari lalu terbang ke Güroymak, Provinsi Bitlis, dan menyebut distrik itu dengan nama aslinya. "Kami terharu. Gembira sekali rasanya, nama asli tempat ini digunakan kembali," ujar Norsin, warga setempat dengan gembira.

Sepekan sebelumnya PM Erdogan mengambil langkah penting lain. Ia bertemu perwakilan partai oposisi Kurdi, DTP, yang kerap dianggap perpanjangan tangan PKK. Ke-21 anggota parlemen dari partai itu sulit mengambil jarak dengan PKK yang digolongkan sebagai kelompok teror.

Meski demikian, Erdogan mengatakan, baginya DTP dan PKK tidak berdiri di garis yang sama. Kata-kata yang tampak jelas membuat gembira Ketua DTP, Ahmet Türk. "Kami mengharapkan muncul perkembangan positif yang menuntun pada kondisi yang lebih demokratis.."

Mayoritas rakyat Turki tampaknya menyambut gembira prakarsa pemerintah. Namun, walau rasa skeptis lebih kecil daripada harapan bahwa konflik akhirnya bisa diselesaikan, tetap saja terdapat keberatan.

Kenyataannya, oposisi merasa sulit menghadapi prakarsa pemerintah. Mereka memandang pendekatan terhadap warga Kurdi juga sebagai pengkhianatan terhadap ide Ataturk tentang sebuah bangsa yang sama secara budaya dan bahasa.

"Mereka tidak bermaksud menyatukan Turki tapi justru memisahkan. Setiap orang harus menghayati asal-usul etnisnya, tapi sebagai bangsa kita harus hidup bersama-sama. Hal ini bisa dijalankan dengan kelompok etnis lain, jadi mengapa dengan Kurdi tidak? Hati-hati, menyelesaikan masalah bukan dengan membuat Turki tercerai-berai!“ Tukas pemimpin oposisi Deniz Baykal.

Ulrich Pick/Renata Permadi