1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Turbin Angin Cina di Lepas Pantai Jerman

Dirk Kaufmann
30 Juli 2024

Sebuah perusahaan di Hamburg menggaet produsen turbin Cina untuk proyek pembangkit listrik tenaga angin di Jerman. Pakar keamanan dan politisi di Berlin dan Brussels mempertanyakan rencana itu.

https://p.dw.com/p/4itzJ
Foto ilustrasi turbin angin buatan Cina
Foto ilustrasi turbin angin buatan CinaFoto: Mingyang Smart Energy

Kerjasama dengan perusahaan-perusahaan Cina dalam proyek besar di Jerman dan Eropa sering diiringi dengan kecurigaan besar, terutama jika menyangkut perangkat keras atau perangkat lunak di bidang yang dikategorikan sebagai "infrastruktur kritis".

Pada awal Juli, Kementerian Dalam Negeri Jerman mengumumkan, "komponen dari Huawei dan ZTE tidak lagi diizinkan untuk digunakan dalam jaringan inti 5G paling lambat pada akhir tahun 2026.” Komponen-komponen yang sudah terpasang harus "diganti paling lambat akhir tahun 2029”. Menurut Kementerian Dalam Negeri, jaringan seluler merupakan bagian dari "infrastruktur kritis” karena "sangat penting bagi energi, transportasi, kesehatan dan keuangan” di Jerman.

Tapi baru-baru ini, perusahaan investasi Luxcara di Hamburg menyatakan, mereka menugaskan produsen turbin angin Cina, Ming Yang, untuk pertama kalinya membangun ladang angin lepas pantai di lepas pantai Jerman. Pengumuman itu langsung ditanggapi kritis kalangan pengamat dan politisi.

Ketika ditanya mengapa Luxcara memilih Ming Yang untuk membangun pembangkit listrik tenaga angin di pulau Borkum, Lars Haugwitz, konsultan senior di Luxcara, mengatakan kepada DW: "Kami memutuskan turbin yang paling kuat. Itulah dasarnya dalam tinjauan menyeluruh terhadap semua tawaran yang kami terima. Ming Yang menjadi satu-satunya perusahaan yang menyatakan mampu memenuhi target waktu pengiriman tahun 2028 dengan sistem berkapasitas pembangkitan 18,5 megawatt."

Turbin angin di lepas pantai Cina di Tangshan
Turbin angin di lepas pantai Cina di TangshanFoto: Yang Shiyao/Xinhua/IMAGO

Perusahaan Cina ditunjang subsidi besar

Sejauh ini, Vesas dari Denmark dan pabrikan Jerman-Spanyol Gamesa, milik Siemens, yang biasanya menangani proyek-proyek pembangkit listrik lepas pantai di Eropa. Namun menurut informasi harian ekonomi Handelsblatt, operator pembangkit listrik tenaga angin Jerman sekarang memang melirik ke Cina. Karena permintaan turbin angin di Eropa tinggi, namun pasokannya terbatas.

Ada beberapa alasan mengapa perusahaan-perusahaan Cina sering memenangkan tender dalam hal teknologi baru, kata Michael Tenten, direktur pelaksana Pure ISM - sebuah perusahaan yang menangani keamanan informasi di bidang energi terbarukan. Salah satu alasannya adalah "pengiriman sistem yang lebih cepat.” Namun demikian, menurut Michael  Tenten, alasan utama memilih pemasok dari Cina "lebih bersifat ekonomis" karena harganya jauh lebih murah.

Pemerintah Cina memang memberikan subsidi besar-besaran kepada produsen teknologi ramah lingkungan. Harian ekonomi Handelsblatt mengutip sebuah studi yang dilakukan oleh Institut Kiel untuk Ekonomi Global IfW, yang menyatakan bahwa lebih dari 99 persen perusahaan Cina yang tercatat di bursa menerima subsidi langsung pemerintah pada tahun 2022. Menurut IfW, salah satunya adalah produsen mobil listrik BYD, yang menerima subsidi sangat tinggi. Contoh BYD ini menunjukkan sebesar apa "cakupan subsidi untuk teknologi ramah lingkungan,” kata direktur riset IfW, Dirk Dohse kepada Handelsblatt.

Membuat Pembangkit Listrik Tenaga Angin Murah

Masalah keamanan data dan keamanan teknis

Selain soal subsidi, ada satu hal penting lain yang menjadi alasan mengapa perusahaan Cina sering dicurigai: yakni masalah keamanan data. "Produsen biasanya mengoperasikan ruang kendali mereka sendiri untuk memantau ladang angin yang mereka bangun. Selama ruang kendali ini tidak berlokasi di Jerman, selalu ada risiko pengoperasian yang tidak diinginkan yang berasal dari pengaruh luar negeri pada operasi tersebut," kata Michael Tenten.

Tapi Luxcara menyatakan, tidak ada masalah besar dalam hal ini dengan proyek ladang angin lepas pantai di Jerman. "Inspeksi, pengendalian, dan servis turbin akan dilakukan sepenuhnya di Jerman," jelas Lars Haugwirt kepada DW. "Tidak akan ada koneksi data langsung ke pabrikan (di Cina)," tambahnya.

Michael Tenten menilai, Jerman tetap harus berhati-hati, walaupun masalahnya belum akut. "Saat ini saya tidak mengetahui ada pabrikan Cina yang berencana atau berniat untuk memiliki ruang kendali seperti itu di sini."

Tapi penting bagi Jerman untuk menerapkan standar tertinggi dalam hal fungsionalitas dan keamanan. "Dalam pandangan saya, pengoperasian turbin angin yang stabil dan aman sangat penting untuk memastikan pasokan listrik yang berkelanjutan dan andal serta keamanan pasokan,” kata Michael Tenten.

(hp/as)