1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Timor Leste Ingin Masuk ASEAN

25 Juli 2006

Dalam perjalanan menuju pertemuan ASEAN di Kuala Lumpur, PM Timor Leste yang baru Jose Ramos Horta menemui Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Timor Leste perlu dukungan ASEAN.

https://p.dw.com/p/CPD9
Bantuan makanan dari Australia untuk Timor Leste
Bantuan makanan dari Australia untuk Timor LesteFoto: AP

Menghadapi situasi di negaranya, Ramos Horta menggalang dukungan untuk menjadi anggota ASEAN. Selain itu, ia juga mencari bantuan yang dapat memperbaiki situasi ekonomi dan sosial negaranya.

Seorang warga Timor Leste di Dili yang bekerja sebagai supir, Anton Viera berkomentar tentang Ramos Horta:

“Ramos Horta sudah naik, mungkin lebih baik daripada perdana menteri yang dulu. Yang berjuang perang melawan negara Indonesia itu masyarakat. Sekarang sudah aman, malah orang luar negeri kasih uang banyak di Timor Leste, bukan kasih makan masyarakat, bukan bantu masyarakat. Masyarakat kadang-kadang bilang di daerah banyak yang kadang-kadang makan 1 hari sekali, tapi dia tidak dengar”.

Timor Leste memang masih punya banyak masalah ekonomi dan sosial. Walaupun sudah menabung dana US$ 600 juta, hasil negosiasi minyak bumi celah Timor dengan Australia, serta tersedia layanan kesehatan gratis, Timor Leste disebut-sebut sebagai salah satu negara termiskin di dunia. Penghasilan per kapitanya dibawah US$ 400,- se tahun. Menurut Günther Kolbe, kepala tim Badan Kerjasama Teknis Jerman GTZ di Dili, kemiskinan merupakan salah satu penyebab kerusuhan di Timor Leste dua bulan yang lalu.

Günther Kolbe: “Bila problem yang baru lalu dianalisa, harus diakui bahwa sebagian masalahnya timbul dari kaum muda yang merasa tidak punya masa depan dan tidak puas dengan situasi di negara ini. Tingkat pengangguran hanya dikalangan pemuda saja lebih dari 50%.“

Selain membahas tema bilateral dengan Presiden RI, Ramos Horta akan menemui pebisnis Indonesia untuk membicarakan kemungkinan partisipasinya dalam pembangunan ekonomi di Timor Leste, yang kaya sumber alam. Menurut Günther Kolbe, sebenarnya Timor Leste dulu juga mengekspor hasil pertanian ke Indonesia. Namun sejak 1999, tingkat ekspor hasil pertanian mendekati nihil. Bella Galhos, peniliti Timor Leste menilai dokumentasi sejumlah program pertanian tersebut tidak sesuai dengan kenyataan.

Bella Galhos: „Secara dokumentasi tertulis bahwa itu untuk membangun masyarakat, untuk memberi kekuatan pada msayarakat dalam mempunyai security makanan, menambah pendapatan mereka, tapi hasilnya.. ya situasi tidak begitu banyak berubah. Walaupun ada beberapa masyarakat yang mengatakan bahwa mereka mampu membawa anak-anak mereka ke sekolah, hasil pertanian mereka cukup bagus, tetapi tetap mengeluh tentang pemasaran, tidak ada pelanggan. Dana tidak begitu banyak yang masuk. Jadi masih banyak kekurangan dimana-mana.“

Kesulitan tersebut juga disadari oleh pemerintahan Timor Leste yang telah menyepakati strategi utama Badan Kerjasama Tehnik Jerman, GTZ. Günther Kolbe menuturkan:

Günther Kolbe: „Kami harus mencari pasar lagi untuk produk-produk yang di tahun-tahun lampau sudah diekspor dengan baik“.

Di Timor Leste, GTZ juga mendukung program peningkatan penghasilan melalui pembangunan kembali pendidikan di sektor agraria dan pengolahan makanan agar dapat dijual dengan nilai yang lebih tinggi. Salah satu targetnya adalah membuat wilayah pedesaan lebih menarik bagi kaum pemuda dan memperlambat urbanisasi.