1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikMesir

Tiga Periode, El-Sissi Mencalonkan Diri dalam Pilpres 2023

3 Oktober 2023

Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi mengonfirmasi niatnya untuk kembali mencalonkan diri dalam pemilihan presiden pada Desember mendatang.

https://p.dw.com/p/4X44r
Pendukung Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi
"Ya untuk stabilitas," ujar Sissi, yang berkuasa melalui kudeta 10 tahun laluFoto: Sayed Hassan/dpa/picture alliance

Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi pada Senin (02/10) mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden pada Desember mendatang.

"Seperti yang telah saya respons atas seruan masyarakat sebelumnya, saya mengindahkan seruan tersebut sekarang dan mengumumkan niat saya untuk mencalonkan diri dan mewujudkan impian saya dalam masa jabatan presiden yang baru,” kata el-Sissi di hadapan pendukungnya yang bersorak-sorai di ibu kota Kairo.

El-Sissi, mantan panglima militer yang berkuasa setelah menggulingkan Mohamed Morsi (presiden terpilih Mesir) melalui kudeta militer tahun 2013, memenangkan pemilu pada tahun 2014 dan 2018, masing-masing dengan perolehan suara sebesar 96% dan 97%.

Beberapa kandidat terkemuka pada pemilu 2018 tidak diikutsertakan dalam pemungutan suara atau dipenjara.

Empat tahun lalu, el-Sissi mengawasi penerapan amandemen konstitusi Mesir yang memungkinkan dia mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga, sekaligus memperpanjang masa jabatan presiden dari empat tahun menjadi enam tahun.

Jika terpilih kembali, pemimpin otoriter itu bisa tetap berkuasa hingga tahun 2030.

'"Ya untuk stabilitas"

Dukungan massa yang membawa spanduk bergambar el-Sissi menyelimuti ibu kota Kairo menjadi pemberitaan utama di media yang didukung pemerintah.

Pada Senin (02/10), kapal-kapal di Sungai Nil menampilkan gambar el-Sissi dan slogan, "Ya untuk stabilitas" di layarnya.

Meskipun el-Sissi diperkirakan akan kembali memenangkan pemilu melawan oposisi yang sebagian besar telah ia hancurkan selama dekade terakhir, terutama dengan memenjarakan puluhan ribu orang dengan kedok menindak "perbedaan pendapat”, kesulitan ekonomi Mesir yang buruk bisa menghambat kemenangannya.

Inflasi di Mesir meroket hingga hampir 40% dan mata uang negara tersebut kehilangan separuh nilainya sejak Maret 2022.

El-Sissi mendesak masyarakat Mesir untuk memberikan suara mereka pada pemilu mendatang meskipun mereka tidak mendukungnya, sambil memuji kandidat lawan, "sebuah permulaan nyata bagi kehidupan politik yang dinamis dan pluralisme."

Di antara mereka yang berani menantang el-Sissi adalah Ahmed al-Tantawi, seorang kritikus presiden dan mantan anggota parlemen. Tantawi menuduh el-Sissi melecehkan pendukungnya dan memata-matainya.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan pendukung Tantawi memang telah ditahan oleh polisi. Citizen Lab Universitas Toronto sempat melakukan analisis forensik dan mengatakan "dengan keyakinan tinggi" bahwa pemerintah el-Sissi telah meretas telepon Tantawi.

Tuduhan bahwa pendukung Tantawi dilarang memberikan dukungan bagi pencalonannya ditepis dan dianggap "tidak berdasar" oleh Otoritas Pemilu Nasional Mesir. Para kandidat dalam pemilihan presiden setidaknya harus mengumpulkan 25.000 tanda tangan publik atau dukungan dari 20 anggota parlemen agar memenuhi syarat untuk dipilih.

Pemilu Mesir dijadwalkan berlangsung pada 10 hingga 12 Desember 2023.

ha/rs (AFP, Reuters)