1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Thailand Tenang Tapi Tetap Tegang

as3 Desember 2008

Kini dipertanyakan sampai kapan situasi tenang akan bertahan?

https://p.dw.com/p/G8Py
Raja Thailand Bhumibol Adulyadej bersama Ratu Sirikit meninjau pasukan kehormatan di Bangkok, menjelang hari ulang tahun raja yang ke 81 tanggal 5 Desember.Foto: AP

Situasi di Thailand setelah Mahkamah Konstitusi membubarkan partai pemerintah dan mundurnya PM Somchai Wongsawat dikomentari sejumlah harian internasional.

Harian Belanda De Volkskrant yang terbit di Den Haag dalam tajuknya berkomentar :

Setelah aksinya sukses, para demonstran Aliansi Rakyat untuk Demokrasi-PAD terus berusaha menekan parlemen. Mungkin mereka akan kembali menduduki gedung parlemen, untuk mencegah berkuasanya lagi para pendukung mantan PM Thaksin Shinawatra. Di sisi lainnya, para demonstran berkaus merah pro-pemerintah, di masa depan diperkirakan tidak akan bersikap menahan diri lagi. Sebuah jalan keluar dari situasi eksplosif tsb, saat ini memang tidak terlihat. Satu-satunya yang dapat dipastikan di Thailand saat ini adalah, dalam waktu dua hari situasinya pasti akan tetap tenang. Sebab tidak ada warga yang menghendaki kerusuhan dan gangguan pada saat ulang tahun raja pada tanggal 5 Desember.

Sementara harian Swiss Neue Zürcher Zeitung yang terbit di Zürich berkomentar :

Di Thailand berkecamuk perang memperebutkan pengaruh dan kekuasaan. Apakah militer yang melakukan kudeta, atau hakim yang menggulingkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis, semua nyaris tidak ada bedanya. Sebuah pemerintahan yang dipilih mayoritas rakyat, buktinya tidak mampu mempertahankan diri melawan minoritas berkaus kuning yang amat kuat. Elite di Bangkok tidak percaya lagi, dapat menyelamatkan pengaruhnya lewat cara demokratis. Militer juga ragu-ragu harus berpihak kemana. Sementara itu Thaksin Shinawatra yang otokratis dan korup, tapi sukses dalam bidang politik, tetap mengendalikan situasi dari jauh. Nyaris tidak mungkin, Thailand dapat secepatnya pulih dari krisis politik.

Harian Austria Salzburger Nachrichten yang terbit di Salzburg berkomentar :

Thailand terpecah amat dalam. Di belakang masing-masing pimpinan dari para pihak yang bertikai, dengan semboyannya yang lebih banyak bohongnya, berkumpul rakyat Thailand. Di satu sisi berdiri lapisan menengah terdiri dari warga perkotaan, kelompok intelektual, pejabat pemerintah, militer dan pendukung setia kerajaan. Mereka berhadapan frontal dengan pihak lainnya yang terdiri dari warga desa, petani dan kelompok miskin yang lewat kedermawanan Thaksin, untuk pertama kalinya memiliki perasaan, diterima secara serius dalam komunitas politik Thailand. Jika terdapat pemecahan masalah, satu-satunya cara hanyalah dengan meniimpakan semua kesalahan kepada penanggung jawab utama situasi kalut, yakni Thaksin Shinawatra.

Terakhir harian Jerman Dresdner Neueste Nachrichten yang terbit di Dresden berkomentar :

Alasan utama di balik vonis mahkamah konstitusi, untuk membubarkan partai pemerintahan di Thailand, bukanlah independensi kehakiman melainkan keberpihakan yang menguntungkan partai oposisi. Tapi apakah dengan begitu perebutan kekuasaan akan berakhir, amatlah diragukan. Pengumuman anggota parlemen dari partai yang dibubarkan, untuk membentuk partai baru, menegaskan pada situasi berlanjutnya konflik. Satu-satunya alternatif, untuk menyelamatkan Thailand dari situasi kacau balau ini, adalah tampilnya pihak ketiga yang independen. Sayangnya hingga kini di Thailand tidak ada kekuatan politik seperti itu.