1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tewasnya Presiden Chechnya Kadyrow / Skandal penganiayaan di Irak

10 Mei 2004
https://p.dw.com/p/CPS5

Presiden Chechnya Achmed Kadyrow yang tewas dalam ledakan bom di ibukota Grosny hari Minggu lalu , sementara ini telah dimakamkan. Lebih 3 ribu warga memberikan penghormatan terakhir kepada presidennya. Menurut sumber Rusia, enam orang lainnya tewas, dan sekitar 40 luka-luka. Moskow menuduh para pembrontak Chechnya bertanggung jawab untuk pembunuhan itu.

Mengenai kematian Kadyrow harian Spanyol El Pais dalam tajuknya menulis:

Pembunuhan terhadap Kadyrow membuktikan gagalnya upaya Presiden Rusia Wladimir Putin untuk menumpas gerakan separatisme di republik Kaukasus tsb. Secara politis dan militer Putin tidak mampu menghentikan aksi teror kaum separatis. Tradisi Rusia, untuk memperingati kekalahan Nazi di Kaukasus dengan upacara besar, merupakan ironi. Ketika itu ratusan ribu warga Chechnya dideportasi oleh Stalin dengan tuduhan bekerja sama dengan Jerman. Putin kini tidak punya alternatif lain, selain perundingan politik. Namun justru itu ditolaknya dengan tegas.

Harian Italia La Repubblica juga mengomentari sikap Rusia di Chechnya:

Lima tahun perang, puluhan serangan pembunuhan di Chechnya, juga di Moskow jatuh ribuan korban tewas. Namun Rusia diam saja. Di bulan Desembar lalu diadakan pemilihan parlemen, di bulan Maret berlangsung pemilihan presiden, namun tak satu pun kandidat untuk parlemen, dan tak satu pun calon presiden mengomentari drama di Chechnya. Tak satu pun kandidat mengemukakan usulan kompromi atau rencana perdamaian. Rusia tahu, referendum tahun lalu di Chechnya dimanipulasi, ketika rakyat Chechnya memberikan persetujuannya untuk tetap berada dalam Federasi Rusia.

Harian Italia lainnya Corriere della Sera menganggap Rusia dan AS menghadapi problema yang sama:

Aksi militer Putin di Chechnya , dan operasi militer Bush di Irak melawan musuh yang sama, yakni perpaduan antara nasionalisme politik dan fundamentalisme religius, yang setiap saat dapat meledak. Rupanya kedua negara mengalami nasib yang sama. Namun dengan satu kekecualian. AS , setelah mencoba berbagai eksperimen di Irak, dapat mundur selangkah, dengan meningkatkan partisipasi PBB. Rusia , sebaliknya, tidak bisa mundur.

Namun harian Belanda de Volkskrant menulis, Presiden Achmed Kadyrow bukanlah bonekanya Rusia:

Kadyrow bukanlah bonekanya Rusia. Berulang kali timbul ketegangan, karena Kadyrow secara terbuka menuduh Rusia dan pasukannya menggunakan terlalu banyak kekerasan terhadap rakyatnya. Di waktu belakangan terlihat bahwa Kadyrow mulai dapat menguasai keadaan , dan posisi para pembrontak semakin melemah, Bahkan diisyukan, ada pembicaraan rahasia antara Kadyrow dan pemimpin pembrontak, Aslan Maschadow, guna mencapai kapitulasinya. Tampaknya Kadyrow tidak berhasil meyakinkan semua pihak, bahwa ia menjalani politik yang benar.

Skandal penganiayaan di Irak masih tetap disoroti pers internasional. Juga pasukan Inggris dituduh menyiksa para tahanan Irak.

Harian Jerman Stuttgarter Zeitung mengomentari skandal penganiayaan oleh pasukan AS dan Inggris:

Rupanya Washington dan London sejak lama mengetahui apa yang terjadi di penjara-penjara di Irak. Rupanya para tentara muda diperintahkan untuk menyiksa tahanan Irak. Pernyataan, penyiksaan hanya dilakukan oleh beberapa tentara, tidak meyakinkan. Sebab masalahnya adalah penganiayaan sistematis, juga di kamp tahanan Guantanamo. Namun Rumsfeld tidak dipecat. Pada hal , satu-satunya peluang kecil untuk paling tidak memulihkan kredibilitas AS di dunia Islam, adalah dengan pemecatan segera Rumsfeld.

Harian Express di Köln bahkan memandang penganiayaan di Irak bukanlah hanya skandal AS:

Penyiksaan di penjara Irak bukan hanya skandal AS. Seluruh dunia barat yang menganut nilai-nilai sama seperti AS dipermalukan. Semakin sulit untuk mempercayai, bahwa negara pendudukan hendak membebaskan negara itu dari terorisme. Kebencian akan semakin besar. Tentu juga akan mengurangi harapan akan perdamaian di Irak . Sebab gambar-gambar tentang penyiksaan akan memicu aksi teror lagi. Siapa pun yang memberikan perintah untuk memperlakukan para tahanan secara tidak manusiawi, memperpanjang perang.

Harian Swiss Berner Zeitung juga mengomentari tuduhan-tuduhan baru tentang penganiayaan para tahanan Irak oleh pasukan pendudukan:

Itu menggambarkan, bagaimana pemerintah AS berusaha membelokkan UU AS dan Konvensi Genewa, yang melindungi para tahanan perang terhadap penyiksaan. Sikap itu menodai citra AS di seluruh dunia. Apa bila AS masih hendak dipandang sebagai pembela kebebasan dan demokrasi , maka pemerintahan Bush hanya masih dapat melakukan satu hal, yakni memberlakukan UU bagi warga AS atau Konvensi Genewa bagi semua tahanannya.