1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Terpilihnya Mahmud Abbas - Harapan bagi perdamaian ? / Bantuan untuk korban tsunami

11 Januari 2005

Komentar harian-harian Jerman berkisar tentang terpilihnya Mahmud Abbas sebagai presiden baru Palestina dan juga soal bantuan untuk para korban tsunami di Asia mendapat perhatian khusus pers di Eropa.

https://p.dw.com/p/CPPd

Terlebih dulu kita simak komentar dan tanggapan harian-harian Jerman tentang terpilihnya Mahmud Abbas sebagai pimpinan baru Palestina. Harian Frankfurter Rundschau menulis:

AS dan UE menghadapi tantangan besar di Timur Tengah. Sebab upaya penengahan hanya akan sukses, apabila terdapat kerjasama yang baik antara kedua aktor itu. Namun juga dalam hal ini tidak ada alasan untuk bersikap optimis. Sebab meski pemerintahan Bush berpaling lagi ke Timur Tengah, dukungannya bersifat sepihak. Yang diuntungkan adalah Israel. Selama ini Eropa terjerat dalam perannya sebagai pemberi dana, dan di bulan-bulan mendatang harus berupaya untuk berperan lebih besar.

Harian Süddeutsche Zeitung berkomentar...

Kiranya cuma ada satu perubahan dalam situasi konflik Timur Tengah. Pimpinan Palestina yang lama yang tidak dapat dipercaya, Yassir Arafat, tidak lagi memegang kekuasaan. Namun kematiannya merupakan batu ujian bagi Israel dan AS. Mereka menganggap Arafat sebagai penghalang perundingan perdamaian. Kini AS dan Israel harus menunjukkan kemauan baiknya terhadap penggantinya.

Sementara harian Handelsblatt di Düsseldorf menilai kemenangan Mahmud Abbas sebagai mandat jelas bagi presiden baru Palestina...

Sebab rakyat Palestina mengetahui kebijakan politik Abbas yang sejak awal tidak dirahasiakan. Abbas mengritik militerisasi Intifada, mengecam aksi teror, menolak kekerasan dan mendukung perundingan dengan Israel. Intifada, suatu kesalahan di mata Abbas telah menghancurkan segalanya yang dibangun oleh rakyat Palestina selama ini. Ia telah meyakinkan rakyatnya bahwa Israel tidak dapat dikalahkan dengan aksi serangan bunuh diri. Maka jelas, rakyat Palestina memilih perubahan.

Kita beralih tema: Bantuan untuk para korban tsunami di Asia. Berikut kami kutip ulasan harian Swiss Neue Zürcher Zeitung yang menguatirkan mengalirnya banyak uang sumbangan ke Asia, membuat kawasan krisis lainnya terlantar....

Apabila para korban krisis di Afrika tidak dibanjiri dengan uang, maka itu bukanlah karena mereka dilupakan, melainkan karena para penyumbang mengetahui, kapan uang sumbangannya dapat digunakan secara efektif. Wabah, kelaparan, perang saudara dan kemiskinan bukanlah bencana alam, melainkan akibat dari kekurangan gizi dan ketidakmampuan atau ulah para politisi yang korup yang tidak bertanggung jawab. Untuk meringankan penderitaannya, uang saja tidak cukup. Krisis yang berbeda menuntut penanganan yang berbeda pula. Karena itu orang tidak perlu merasa bersalah, apabila ia merogoh kantongnya untuk para korban tsunami, namun dalam kasus lain bersikap skeptis.

Harian Sonntagszeitung di Genewa berkesimpulan bahwa tidak ada bantuan yang seratus persen adil...

Perlakuan tidak sama terhadap para korban secara emosional dapat dimengerti. Namun sebenarnya bertentangan dengan prinsip, bahwa nilai nyawa manusia adalah sama, dan setiap orang berhak atas kehidupan yang layak. Tidak ada bantuan yang seratus persen adil . Sebab gelombang solidaritas hanya dapat diyakini apabila pada waktu bersamaan parlemen tidak mengurangi bantuan resmi. Apabila penghapusan utang negara berkembang dilaksanakan dengan serius. Apabila bantuan milyaran untuk Asia benar-benar merupakan dana tambahan dan tidak diambil dari dana bantuan lain, seperti yang sering terjadi. Oleh karena itu disamping sumbangan uang , solidaritas lewat suara Pemilu juga merupakan bagian penting dari moral sumbangan.