1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Teroris Jerman Dijatuhi 18 Tahun Hukuman Penjara

6 Februari 2009

Christian Ganczarski, 42 tahun, yang beralih ke agama Islam dihukum karena terlibat pemboman sebuah sinagoga di Tunisia, tujuh tahun lalu.

https://p.dw.com/p/Go97
Kerusakan di ruangan sinagoga Ghriba, April 2002.Foto: AP

Kesaksian teroris Australia, Jack Roche yang terlibat rencana pemboman Kedutaan Israel di ibukota negara itu pada tahun 2004, memberatkannya. Roche mengatakan, Christian Ganczarski alias Abu Mohammed memiliki hubungan erat dengan Osama bin Laden. Kejaksaanpun mengajukan tuntutan 30 tahun hukuman penjara bagi Ganczarski. Ia dituduh memberikan lampu hijau kepada pelaku bom bunuh diri 11 April 2002. Pemboman sinagoga Ghriba di pulau Djerba, Tunisia itu menewaskan 21 orang.

Selama proses Ganczarki mengaku tak bersalah. Dari dalam bilik berdinding kaca pengaman, Ganczarski mengatakan ia menentang dan mengecam serangan-serangan bunuh diri. Meski begitu, di pengadilan Paris yang secara khusus menangani kejahatan teror itu Ganczarski mengaku bahwa sejumlah kunjungannya ke Afghanistan bukan tindakan cerdas.

Dalam kesaksiannya, Ganczarski menegaskan ketidak tahuannya akan serangan itu. Apalagi memerintahkannya. Pengacaranya, Sebastian Bono mengatakan, “Apabila kebenaran ada nilainya, maka akan terlihat bahwa sama sekali tidak ada bukti bahwa saudara Ganczarski terlibat dalam serangan Djerba.”

Ganczarski pertama diajukan ke pengadilan bulan lalu, bersama-sama dengan saudara kandung si pelaku bom bunuh diri Djerba dan Khalid Sheikh Mohammad, tersangka dalang serangan 11 September 2001. Namun pekan lalu, pengadilan memutuskan untuk memroses ketiganya secara terpisah.

Sebagai bukti keterlibatan Ganczarski, jaksa penuntut mengajukan bukti pembicaraan telepon antara Ganczarski dengan pelaku bom bunuh diri itu, Nizar Nawar. Selain itu, sejumlah bukti perjalanan tertuduh ke Afghanistan. Disebutkan, disana Ganczarki menemui Osama Bin Laden dan jajaran pemimpin jaringan AlQaida lainnya.

Enam jam dibutuhkan oleh jaksa penuntut Christophe Teissier untuk plädoyer mengenai keterlibatan Ganczarski. Ia merangkai bukti bahwa pelaku bom bunuh diri, Nizar Nawar meminta persetujuan dari Ganczarski. Lalu, pemimpin AlQaida di Jerman itu memberikan lampu hijau untuk menyulut tangki gas cair di antara para turis di sinagoga yang dijadikan sasaran.

Sebastian Bono yang membela Ganczarski, mempermasalahkan pembicaraan telepon yang berlangsung beberapa jam sebelum terjadinya aksi teror itu. Ia menyebutkan, bahwa bukti percakapan yang berlangsung dalam bahasa Inggris dan Arab itu berada di luar konteks sebenarnya, karena hanya merupakan potongan kecil dari keseluruhan pembicaraan.

Cuplikan yang memperdengarkan kata-kata “Insya Allah” itu tak dapat dikaitkan dengan tuduhan terhadap kliennya. Demikian ungkap Bono. Ia juga berkilah, “Ini merupakan penyidikan Perancis yang didukung oleh keinginan Jerman dan Amerika Serikat untu bisa menahannya. Karena itu, mereka kukuh ingin menjeratnya dengan sebuah cerita tentang pembicaraan telepon.”

Pengacara Sebastian Bono menuntut agar kliennya, Christian Ganczarski, dibebaskan dan dinyatakan tidak bersalah. Posisinya diperkuat dengan pernyataan petugas Badan Urusan Kriminalitas Jerman di awal proses pengadilan yang menyangkal adanya perintah langsung maupun tidak langsung dalam pembicaraan itu.

Dua warga Perancis, 14 turis Jerman dan 5 warga Tunisia tewas dalam aksi teror di sinagoga Ghriba di pulau Djerba pada tahun 2002. Walid Nawar, saudara kandung pelaku bom bunuh diri dituntut 15 tahun penjara. (ek)