1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Teror di Yordania

12 November 2005

Para komentator internasional sepakat, serangan terhadap Yordania bukan sesuatu yang mengagetkan.

https://p.dw.com/p/CPMI
Foto: AP

Yordania memang jauh dari bayangan para teroris Arab tentang negara Islam yang mereka cita-citakan. Harian Iswestija yang terbit di Moskow menulis:

"Tidak heran kalau Amman jadi sasaran serangan berdarah ini. Pimpinan Yordania sejak lama sudah masuk dalam daftar hitam kelompok radikal Arab. Sejak dulu banyak negara Islam yang sudah menilai Raja Hussein, ayah dari Raja Abdullah, sebagai kuda Troja negara-negara barat di Timur Tengah. Negara-negara tetangga Yordania tidak bisa memaafkan hubungan baiknya dengan Israel.“

Harian Inggris The Times juga punya pendapat serupa. Yordania adalah segala sesuatu yang dibenci kelompok fundamentalis:

"Menurut logika brutal Al Qaida, Yordania mewakili segala sesuatu yang ingin dihancurkan. Negara itu merupakan Oase ketenangan dan stabilitas, di tengah kawasan yang penuh kekerasan. Negara itu toleran, menyambut para wisatawan dari barat, pengusaha dari Israel dan organisasi-organisasi internasional. Banyak organisasi yang beroperasi di Irak membuka kantor pusat di Yordania. Negara itu juga memberi dukungan moral maupun material dalam perang Irak, dan ikut melatih tentara nasional Irak yang baru. Pimpinan keagamaan di Yordania adalah kalangan terdidik. Kelompok-kelompok moderat Islam ikut pemilihan umum.“

Yang baru dari aksi teror ini adalah, pelakunya mungkin bekerjasama dengan kelompok teroris di Irak. Demikian komentar harian Italia yang terbit di Roma La Repubblica:

"Serangan bom di hotel-hotel di Amman sebenarnya tidak menyimpan hal baru, yang sampai kini belum disadari. Dunia memang tidak aman, dengan mudah ditemukan orang yang siap menjadi penyerang bunuh diri, kebencian meningkat pada rejim-rejim di Arab yang pro Barat. Yang baru dalam hal ini adalah, para penyerang kemungkinan besar bekerjasama dengan kelompok teroris Irak. Jadi, kalau Irak dikenal sebagai negara yang mengimpor teroris, sekarang Irak sudah berperan sebagai pengekspor teroris.“

Memang, serangan teror tidak mungkin dihindari seratus persen. Harian New York Times menulis:

"Para teroris ingin membangkitkan ketakutan. Kita semua harus mencari cara melawan ketakutan, sebagaimana dilakukan warga di New York sejak 11 September, di Madrid sejak Maret 2004 dan di London sejak Juli tahun ini. Para teroris selalu mencari kesempatan. Mereka menyerang di lokasi, dimana mereka memperhitungkan kerusakan terparah. Tantangan kita adalah, memikirkan bagaimana menutup celah-celah ini, dan memerangi ketakutan yang mereka sebarkan.