1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Teror di Moskow Dampak Negatif Aksi di Kaukasus

30 Maret 2010

Siapapun yang berada di balik serangan teror tsb, hal itu menunjukkan bahwa aksi kekerasan Rusia di Kaukasus memicu reaksi kekerasan balasan. Kelompok “janda hitam“ adalah dampak negatif dari aksi militer tsb.

https://p.dw.com/p/Mhse
Bunga di rel kereta bawah tanah, tanda berkabung bagi korban tewas dalam serangan teror di Moskow.Foto: picture alliance / dpa

Dua serangan teror terhadap kereta bawah tanah di Moskow menjadi tema komentar dalam tajuk harian-harian internasional.

Harian Belanda De Volkskrant yang terbit di Amsterdam dalam tajuknya berkomentar : Dalam sebuah perang yang kotor, Rusia membantai, memperkosa dan menyiksa warga Chehnya. Yang tersisa adalah para “janda hitam“ atau Black Widows yang siap membalas dengan serangan teror. Kini para janda yang fanatik, yang mengalami proses cuci otak dan berada di bawah pengaruh obat-obatan, disuntik keyakinan dan gagasan sinting, bahwa di pintu sorga akan menunggu ganjaran, bagi setiap orang kafir yang dapat mereka ledakkan, melancarkan aksinya. Bahwa diantara para “janda hitam“ itu juga terdapat perempuan intelektual, yang berusaha memberikan arti bagi sisa kehidupannya yang sudah dihancurkan, dengan melakukan aksi semacam itu, membuat masalahnya menjadi semakin rumit.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung yang terbit di Zürich berkomentar : Ketika kelompok separatis dari Kaukasus Utara kini kembali muncul di Moskow, dalam sosok dua perempuan pelaku serangan bunuh diri, terbukti bahwa strategi anti teror dari pemerintah Rusia tidak banyak menjanjikan sukses. Namun presiden Dmitri Medvedev dan PM Vladimir Putin samasekali tidak terpengaruh kenyataan tsb. Seruan perang terhadap teroris dan bandit, kedengaran masih tetap sama seperti dari masa sebelumnya. Terdapat ancaman bahaya, bahwa kini secara reflex bukan hanya kelompok yang dituding bertanggung jawab, melainkan juga setiap haluan politik yang tidak disenangi, yang akan diberantas.

Harian konservatif Spanyol ABC yang terbit di Madrid berkomentar : Semua indikasi, kini mengarah kepada kelompok “janda hitam“ sebagai pelaku serangan bom bunuh diri terhadap dua kereta bawah tanah di Moskow. Apapun motifnya, pembunuhan terhadap warga sipil tetap tergolong kejahatan berat. Sementara di sisi lainnya kelompok teroris memposisikan diri sebagai pihak yang terpojok dan harus membela diri. Karena itulah, pemerintah Rusia harus bertindak sesuai aturan dan undang-undang. Tapi masalahnya, di Rusia masyarakat sipil berkembang amat lemah. Penguasa menunjukan sikap tetap tidak menghormati praktek hukum, yang di barat sudah menjadi keniscayaan. Rusia akan mendapat dukungan dalam perangnya melawan terorisme, selama mereka mematuhi aturan demokrasi dan negara hukum.

Terakhir harian konservatif Inggris The Times yang terbit di London berkomentar : Setiap kali usai dilancarkan serangan teror yang spektakuler, selalu terdapat upaya mengkaitkan aksi kekerasan ini dengan ketidak adilan sejarah. Akan tetapi argumentasi tendensius seperti itu menjadi tidak logis, jika kita memikirkan nasib para korban serangannya. Juga secara prinsip adalah keliru, jika negara yang menjadi sasaran serangannya teror, kemungkinan melakukan reaksi buruk yang berlebihan berdasarkan persyaratan yang keliru, untuk menanggapi provokasi tsb. Teror bukan provokasi melainkan kejahatan berat, dimanapun aksinya dilancarkan. Dan negara memiliki kewajiban untuk memberantasnya. Sebuah reaksi balasan terhadap tantangan kelompok separatis Chehnya, tidak akan dapat mengalahkan kelompok militan di kawasan tsb. Karenanya aksi semacam ini jangan sampai dipertimbangkan sebagai kemungkinan pemecahan masalah.

AS/AR/dpa/afpd