1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tembok pemisah Israel ; Konferensi Aids di Bangkok

12 Juli 2004
https://p.dw.com/p/CPRc
Sekjen PBB Kofi Annan di KTT Aids di Bangkok
Sekjen PBB Kofi Annan di KTT Aids di BangkokFoto: AP

Mahkamah Internasional di Den Haag memutuskan tembok pemisah Israel sebagai ilegal. Sebaliknya, Israel, Minggu malam lalu mengutuk keputusan Mahkamah Internasional , bahkan meneruskan pembangunan tembok pemisah tersebut. Israel juga meminta AS menolak tindakan yang mungkin dikeluarkan oleh PBB.

Harian konservatif Norwegia Aftenposten berkomentar tembok pemisah Israel tidak akan memenuhi harapan:

Aksi teror akhir pekan lalu di tengah kota Tel Aviv terjadi langsung setelah keputusan mahkamah internasional di Den Haag, yang menyatakan tembok tsb sebagai ilegal, dan menuntut Israel segera menghentikan pembangunannya. Interpretasi mengenai aksi teror terhadap warga sipil di Israel yang terjadi di waktu belakangan tentu berbeda-beda. Pemerintah Israel melihatnya sebagai bukti bahwa tembok tsb perlu bagi keamanan para warga Israel. Bagi kaum ekstremis Palestina peledakan bom tsb membuktikan, meski segala tindakan keamanan Israel, mereka masih tetap dapat menyerang sasaran-sasaran di Israel. Yang terakhir memang benar. Bukan untuk pertama kalinya dalam sejarah sebuah negara berusaha melindungi diri terhadap musuhnya dengan perintang fisik. Namun akhirnya akan terbukti bahwa upaya tsb tidak memenuhi harapan.

Harian Perancis La Croix berkomentar bahwa rupanya warga Israel merasa lebih aman di balik tembok pemisah itu:

Para hakim mahkamah internasional , kecuali para hakim dari AS, memutuskan Israel melanggar hukum internasional, karena membangun tembok melalui wilayah yang didudukinya. Israel yang menghadapi konfrontasi dengan PBB, dapat mengharapkan dukungan dari dua sekutu yang penting. Yakni AS yang selalu mendukung Israel , dan rakyat Israel sendiri. Hendaknya masyarakat dunia jangan meremehkan bahwa rakyat Israel merasa lebih aman dengan adanya tembok itu.

Sementara surat kabar Belanda de Volkskrant mengkhawatirkan timbulnya perdebatan anti Israel yang baru:

Antusiasme rakyat Palestina dan dunia Arab yang menyambut keputusan mahkamah internasional di Den Haag sebagai peristiwa bersejarah akan menimbulkan sikap anti Israel yang baru di PBB. Diragukan, apakah itu akan menguntungkan bagi perdamaian. Pemerintahan Sharon merasa dibenarkan bahwa keputusan mahkamah internasional bermotivasi politik. Dan Palestina menganggap dirinya sebagai korban, dan tidak berusaha menindak para ekstremis yang dengan aksi kekerasannya memicu pembangunan tembok pemisah. Dilihat demikian, reaksi berhati-hati dari pejabat urusan luar negeri UE Javier Solana dapat dipahami. Israel berhak untuk membela diri, namun mahkamah internasional membenarkan pendapat Eropa, bahwa tembok itu ilegal dan merupakan rintangan bagi proses perdamaian.

Pembangunan tembok dipandang sebagai bagian dari strategi Israel untuk menguasai wilayah tersebut. Terutama sebelum wilayah dan batas teritori Palestina ditentukan.

Komentar harian Swiss Neue Zürcher Zeitung:

Keputusan mahkamah internasional di Den Haag pada dasarnya tidak meragukan hak Israel untuk melindungi diri terhadap aksi teror. Mahkamah di Den Haag hanya menegaskan bahwa Tepi Barat merupakan wilayah yang diduduki, dan pemerintah Israel tidak dapat melakukan perubahan-perubahan penting seenaknya di wilayah itu.

Di ibukota Thailand sedang berlangsung konferensi Aids Internasional yasng ke-15. Pada pembukaan konferensi itu Sekjen PBB Kofi Annan menegaskan, Aids sebagai ancaman bagi umat manusia dan menuntut penyediaan obat-obatan secara memadai. Sekitar 20 ribu pakar politik, ilmuwan , dokter, dan pihak-pihak yang terlibat selama seminggu membahas cara pembrantasan penyakit Aids. Di seluruh dunia terdapat sekitar 38 juta orang yang terinfeksi virus HIV , 30 juta di antaranya di negara berkembang.

Harian Swiss Tages-Anzeiger mengenai konferensi Aids di Bangkok menulis:

Masalah apakah pasien yang terinfeksi , sesuai prinsip tanggung jawab sendiri, harus menanggung sendiri biaya pengobatannya, tidak lagi dibicarakan secara sembunyi-sembunyi. Virus maut Aids ditularkan lewat hubungan seksual dan lewat jarum suntikan. Pada penyakit lain, di mana juga terdapat kelompok risiko, tidak seorang pun menuntut dari kita untuk melepaskan tanggung jawab sosial. Misalnya, para perokok yang menderita kanker paru-paru harus membayar sendiri pengobatannya. Atau orang-orang yang anti olahraga yang mendapat serangan jantung juga harus membayar sendiri pengobatannya. Menentukan siapa yang bersalah, dilihat hanya dari segi medis murni, terlalu picik, juga pada Aids, karena lingkungan sosialnya tidak ikut diperhitungkan.

Harian ekonomi Perancis Les Echos berkomentar:

Aids menyebar lebih cepat daripada obat penangkalnya. Uang mulai mengalir, meski pun tidak menutupi kebutuhan negara-negara di belahan selatan . Namun uang bukanlah segala-galanya. Di banyak negara mentalitas dan perilaku juga harus diubah, untuk dapat memerangi Aids. Namun tindakan preventif dan pemeriksaan Aids masih tetap dirintangi dengan alasan budaya atau agama, atau pun karena kebodohan masyarakat.