1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tawaran Rahasia Obama untuk Rusia?

3 Maret 2009

Sebuah “surat rahasia” di kirimkan Presiden Amerika Serikat Barack Obama kepada Presiden Rusia Dmitri Medvedev. Surat itu berisi sebuah tawaran kesepakatan.

https://p.dw.com/p/H4uR
Simbol sistem penangkal rudalFoto: AP Graphics

Disebut-sebut tawarannya adalah jika Rusia dapat mengubah pemikiran Iran dalam sengketa atomnya, maka AS akan membatalkan rencana pembangunan sistem penangkal rudal di Eropa Timur. Gagasan Obama yang dimuat dalam harian New York Times ini, menjadi kontroversi di media-media Rusia.

Sementara televisi negara menutup mulut atas kemungkinan tawaran kesepakatan rudal – pemerintahan Rusia pun tak memberikan penjelasan seputar “surat rahasia” yang dikirimkan oleh Presiden AS, Barack Obama. Namun surat-surat kabar di Rusia sudah sejak lama membahas, bagaimana seharusnya pemimpin Rusia bereaksi terhadap pendekatan yang dilakukan Amerika Serikat.

Pada dasarnya tawaran yang diajukan terdengar apik: AS akan membatalkan rencana pembangunan sistem penangkal rudal di Polandia dan Ceko, yang dinilai Rusia sebagai ancaman. Hal yang sejak lama dituntut Rusia. Namun pertanyaannya kini adalah, berapa harga yang harus dibayar untuk tawaran itu? Haruskah Rusia mempertaruhkan hubungan baiknya selama ini dengan Iran? Juga melepaskan peranannya sebagai juru penengah yang berpengaruh antara dunia dengan Iran?

Menteri luar negeri Rusia, Sergei Lavrov sebelumnya berulangkali memandang optimistis: „Kami melihat bahwa Presiden Obama menginginkan rehat dari persoalan sistem penangkal rudal. Bukan karena krisis keuangan. Namun Obama ingin menganalisa dan menguji coba efisiensi dan pembiayaannya. Kami berharap ia juga akan memberikan perhatian terhadap usulan yang ditawarkan Rusia sejak tahun 2007 : yakni pembangunan sistem bersama Rusia-AS - Eropa.”

Dengan itu, Lavrov menekankan, temanya menyangkut stabilitas geostrategis. Bukannya untuk politik Rusia-Iran.

Namun pengamat politik di Rusia merasa pemerintah AS menunjukkan kedermawanan atas sesuatu yang belum eksis, akan tetapi malah menuntut harga yang tinggi. Apakah Amerika akan mempertahankan tawaran itu dalam kurun waktu panjang, itu lain cerita. Namun bila hubungan dengan Iran, sekali waktu memburuk, tidaklah mudah untuk memperbaikinya lagi. Sementara AS bisa saja dapat dengan cepat menarik keputusan lain.

Bila tawaran AS ditolak, maka Rusia akan kembali dipandang sebagai sosok jahat. Pemerintahan Kremlin saat ini bermain mengulur waktu. Pada pertengahan Februari lalu saat menteri pertahanan Iran Mustafa Muhammad Najjar bertandang ke Moskau, ia mengingatkan bahwa negaranya menanti pengiriman sistem penangkis rudal jarak jauh S 300 yang sudah dibicarakan. Namun Rusia tidak menetapkan batas waktu yang tegas.

Sementara betapa pentingnya hubungan Rusia –AS, selalu ditekankan Lavrov: “Kami membuka diri bagi dialog yang mengusung keseteraan. Kami menginginkan bahwa hubungan dengan AS akan terus terjamin keberlangsungannya. Tidak seperti di tahun-tahun yang lampau. Dimana tak satu pihakpun yang dapat merasa puas.“

Lebih setara dan lebih menghargai. Inilah yang diharapkan Moskow. Sebuah bentuk hubungan kedua pihak yang benar-benar memiliki nilai, yang mungkin akan ditunjukkan Jumat depan, ketika menlu Rusia Lavrov untuk pertamakalinya berjumpa dengan mitra kerjanya menlu AS; Hillary Clinton.(ap)