1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tantangan Prancis Memimpin Dewan Uni Eropa

1 Juli 2008

Mulai tanggal 1 Juli, secara resmi Prancis memimpin Dewan Uni Eropa, selama paruhan kedua tahun 2008 ini. Mengenai tantangan yang dihadapinya, disoroti media Internasional.

https://p.dw.com/p/EUD4
Lambang Uni Eropa di Menara Eifel, Paris.Foto: AP

Harian Spanyol ABC menulis,

"Prancis mengambil alih kepemimpinan Dewan Uni Eropa ditengah situasi yang pelik.Setelah Irlandia menyatakan penolakannya, Uni Eropa kembali berada di tengah situasi, ketika Prancis dan Belanda pada tahun 2005, juga menolak konstitusi Uni Eropa. Pada saat itu, jurang antara lembaga Uni Eropa dengan warga semakin dalam. Inilah masalahnya, yang solusinya harus dijadikan prioritas utama. Presiden Sarkozy mengambil alih tanggung jawab sejarah, menghentikan perkembangan yang dapat mengancam kesatuan Eropa. Dari pemerintah Prancis dituntut agar lebih transparan dan mengurangi demagogi.Uni Eropa harus lebih memusatkan perhatian kepada masalah yang dihadapinya dengan mendekatkan diri kepada para warga."

Harian Bulgaria Nownar yang terbit di Sofia menurunkan ulasan berjudul "Krisis perjanjian Lisabon merupakan tantangan Prancis".

"Kepemimpinan Prancis pada paruhan kedua tahun 2008 ini, menghadapi tantangan untuk mencari solusi dalam memecahkan krisis perjanjian Lisabon, setelah Irlandia menolaknya. Perjanjiannya tidak dapat diterapkan pada tahun 2009, seperti yang direncanakan. Dengan demikian pembaruan lembaga Uni Eropa juga tertunda. Mencari jalan keluar dari krisis yang dihadapi ini merupakan tugas dan peranan baru yang hendak dimainkan Prancis di panggung politik dunia."

Harian Italia La Reppublica yang terbit di Roma dalam tajuknya yang berjudul "Kepemimpinan Uni Eropa tanpa ambisi besar" menulis:

"Kepemimpinan erancis di Dewan Uni Eropa, biasa-biasa saja, tidak menonjol dan tanpa ambisi besar. Meskipun demikian, disertai keinginan Eropa untuk lebih mendekatkan diri kepada warganya. Nicolas Sarkozy memainkan kartu menahan diri tanpa janji. Tapi ia berharap dapat membukukan beberapa keberhasilan, yang kembali dapat mengangkat popularitasnya. Ia berbicara mengenai mahalnya harga bensin. Dengan nada yang agak moderat ia kembali mengkritik Bank Sentral Eropa. Dan menyampaikan tindakan bersama untuk mengurangi beban konsumen."

Terakhir komentar harian Perancis Liberation yang terbit di Paris. Secara khusus harian ini menyoroti konsep Presiden Nicolas Sarkozy bagi kepemimpinan Prancis di Dewan Uni Eropa.

"Sarkozy hendak menunjukkan, bahwa ia akan melakukan yang terbaik, agar Uni Eropa dapat menawarkan peningkatan perlindungan bagi warganya.Tapi gayanya dalam menampilkan Eropa seperti dipaksakan. Ia membuat Uni Eropa pusing kepala untuk dapat memecahkan masalahnya. Presiden Sarkozy melalaikan untuk menampilkan sebuah proyek yang penting. Ia hanya menampilkan tema Prancis, dan terutama proyeknya mengenai politik imigran bersama. Dalam hal ini ia juga menyinggung Uni Eropa untuk mempromosikan proyeknya itu bagi Prancis. Dengan demikian bila suatu waktu diadakan referendum, maka tidak dapat diharapkan kata "ya" untuk menyetujuinya."(ar)