1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tangani Permintaan Ukraina Masuk UE secara Rasional

Barbara Wesel Studio Brüssel
Barbara Wesel
25 Mei 2022

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen ingin pembangunan kembali Ukraina dibarengi dengan proses reformasi bertahap. Memang sudah seharusnya demikian, kata editor DW Barbara Wesel.

https://p.dw.com/p/4BnS1
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen  dengan baju tradisional Ukraina
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dengan baju tradisional UkrainaFoto: European Union

Solidaritas adalah sebuah pernyataan politik yang penting dan sangat berarti. Dan memang sudah seharusnya Ukraina mendapatkan ungkapan solidaritas yang hangat. Namun, permohonan Ukraina untuk menjadi anggota Uni Eropa tetap harus ditangani secara rasional, terlepas dari emosi solidaritas yang menggebu.

Sebelum permintaan Ukraina dijawab, masih ada beberapa hal mendesak yang perlu diselesaikan dalam tubuh Uni Eropa sendiri, antara lain penghapusan modus pengambilan keputusan dengan suara bulat. Karena hal itu di masa lalu selalu menjadi hambatan besar Eropa dalam proses reformasi. Tarik-menarik soal embargo minyak Uni Eropa terhadap Rusia salah satu contohnya, di mana Hungaria memblokir keputusan itu dan memanfaatkan situasi untuk mencapai hasil maksimal bagi dirinya sendiri.

Editor DW Barbara Wesel di perbatasan Polandia-Belarus
Editor DW Barbara Wesel di perbatasan Polandia-BelarusFoto: DW

Negara-negara anggota Uni Eropa harus mampu menetapkan sistem pengambilan keputusan yang lebih efektif, yaitu dengan suara mayoritas. Persemakmuran ini tidak akan runtuh, hanya karena ada keinginan satu anggotanya yang tidak mendapat dukungan mayoritas. Eropa tidak punya pilihan lain, selain berpijak pada rasionalitas demokrasi.

Selain itu, Uni Eropa harus bisa menerapkan sanksi terhadap negara anggota yang jelas-jelas menentang aturan dan bersikap anti Eropa. Nilai-nilai Eropa harus didasarkan pada prinsip-prinsip hak dasar dan hak asasi. Mayoritas negara anggota harus bisa memberlakukan sansi secara tegas terhadap satu anggota dan membekukan hak suaranya. Hal itu memang akan menjadi suatu kekecualian dan tidak akan diberlakukan begitu saja. Namun, Uni Eropa harus mampu menjatuhkan sanksi terhadap lawan-lawannya, jika tidak mau menjadi macan ompong. Solidaritas adalah sikap yang sangat bernilai, jangan sampai hal itu bisa diblokir oleh satu negara anggota yang tidak solider dan menentang suara mayoritas.

Sinyal penting kepada Ukraina

Adalah penting memberi sinyal jelas kepada Ukraina yang ingin menjadi bagian dari Eropa. Apa pun modus yang dipilih, negara calon anggota harus merasakan bahwa suara mereka didengar dan mereka akan menjadi bagian dari sebuah keluarga besar Uni Eropa.

Langkah selanjutnya, yaitu prosedur menjadi anggota resmi, adalah prosedur yang penting dan harus dilakukan dengan teliti. Di bawah tekanan situasi aktual, Uni Eropa makin cepat berkembang menjadi sebuah kesatuan politis. Memang dasar-dasar kesatuan ekonomi yang dulu disepakati masih penting, tetapi itu saja tidak cukup lagi. Jika persemakmuran ini ingin menjadi "global player” dengan peran dan bobot geopolitik, Uni Eropa harus bisa mempertahankan diri dan keseimbangannya. Sebuah negara seluas Ukraina bisa mengganggu keseimbangan yang selama ini ada.

Setelah perluasan Uni Eropa ke Timur dengan bergabungnya negara-negara Eropa Tengah dan Tenggara, terlihat bagaimana sulitnya melakukan koordinasi dan kerja sama dengan anggota-anggota baru, yang sebenarnya belum cukup matang untuk menjadi anggota Uni Eropa. Beberapa anggota baru perlu waktu lama untuk melakukan transisi dari sistem otoriter ke sistem demokrasi, bahkan ada yang mencoba memangkas sistem demokrasi yang menjadi dasar utama persemakmuran.

Ursula von der Leyen menyerahkan dokumen Uni Eropa kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy
Ursula von der Leyen menyerahkan dokumen Uni Eropa kepada Presiden Ukraina Volodymyr ZelenskyyFoto: JANIS LAIZANS/REUTERS

Perlu kesabaran dan nafas panjang

Proses yang diusulkan oleh Ursula von der Leyen adalah jalan yang menjanjikan. Setelah perang usai, ketika dana miliaran disalurkan dari Uni Eropa untuk pembangunan kembali, Ukraina juga harus siap melakukan reformasi menyeluruh. Harus dibangun lembaga peradilan yang independen, kepolisian yang berfungsi, institusi-institusi yang stabil untuk membenahi sistem politik, pendidikan, dan sektor kesehatan mendekati standar Eropa. Dibutuhkan juga masyarakat sipil yang kuat, sebagai persyaratan untuk menjadi anggota Uni Eropa.

Tentu saja ada kemungkinan, bahwa setelah pemerintahan Presiden Zelenskyy muncul sebuah rezim dengan sentimen nasionalistis yang picik. Eropa harus bisa memastikan, bahwa tidak ada anggotanya yang kembali terjerumus ke sana. Ukraina adalah sebuah negara besar dengan potensi yang besar juga, tetapi ada ancaman besar pula untuk demokrasi. Sebelum perang, upaya penanggulangan korupsi dan kriminalitas terorganisasi di Ukraina masih jauh dari harapan Uni Eropa.

Sebuah proses bertahap, dengan langkah-langkah yang bisa diawasi dan dikonfirmasi, adalah kepentingan kedua pihak. Ukraina pada akhir proses itu akan berdiri tegak sebagai negara demokrasi yang kuat, ditopang oleh struktur-struktur demokrasi barat. Di pihak lain, Uni Eropa akan mendapat anggota baru yang sangat bernilai. Kyiv harus punya kesabaran dan pemahaman penuh, bahwa prosedur keanggotaan yang diperpendek hanya akan merugikan dirinya dan meruntuhkan kredibilitas Uni Eropa.

(hp/ha)