1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Inikah Satu-satunya Cara Menyelesaikan Masalah Kurdi?

Baha Güngör25 Februari 2008

Siang-malam Angkatan Udara Turki membombardir kawasan yang diduga tempat persembunyian pemberontak Partai Buruh Kurdi (PKK). Adakah alternatif lain dalam menuntaskan sengketa dengan kelompok separatis Kurdi?

https://p.dw.com/p/DCG0
Rakyat Turki yang menentang PKK menggelar unjuk rasa di IstanbulFoto: AP

Hampir 24 tahun lamanya kelompok PKK memperjuangkan negara Kurdistan yang merdeka dan berdaulat. Serangan yang dilancarkan terhadap Turki untuk mencapai tujuan ini, serta serangan balik militer Turki telah menelan sedikitnya 40.000 jiwa korban. Selain itu, ratusan ribu orang cedera dan jutaan orang mengungsi. Biaya operasi militer untuk mengatasi separatisme Kurdi mencapai puluhan miliar Dollar. Karenanya, tak kunjung lenyap pertanyaan ini: apakah tak ada jalan lain, kecuali jalan yang memaksa masyarakat untuk menerima kerugian material dan moral yang begitu tinggi?

Permasalahan Kurdi yang tak terselesaikan ini telah membebani politik dalam negeri Turki selama puluhan tahun. Juga hubungan militer Turki dengan mitra-mitranya di Uni Eropa, dimana Turki menginginkan keanggotaan dipersulit oleh permasalahan ini. Meski begitu, Turki tak berminat mendengarkan protes dan kritik negara-negara tetangganya dan tetap bertindak keras.

Dalam politik dalam negeri, pemerintahan konservatif Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan tak punya alternatif lain kecuali menyetujui aksi militer, meski itu di wilayah tetangga. Kemarahan warga di Turki telah meluap. Setiap ada yang tewas akibat kegiatan PKK, para wakil pemerintah Turki harus mendengar berbagai kecaman verbal dan terkadang menghadapi hantaman fisik dari rakyatnya. Karena itu, pemerintah tak perlu mengkhawatirkan kritik rakyat.

Sementara, Amerika Serikat memang berusaha untuk menghindar masuknya pasukan Turki ke Irak Utara. Terutama karena wilayah Irak Utara selama ini relatif damai, terhindar dari peperangan. Itu juga sebabnya Dinas Rahasia AS memberikan informasi mengenai lokasi markas PKK di wilayah itu. Informasi yang memungkinkan serangan malam hari. Kini, setelah pasukan infanteri Turki menyeberangi perbatasan masuk ke Irak, Amerika menyebutnya sebagai aksi militer yang terbatas.

Pimpinan militer di Ankara menjamin bahwa setelah semua markas PKK dihancurkan, maka pasukan Turki akan segera ditarik keluar. Tak ada rencana untuk menetap di sana untuk waktu lama. Begitu pernyataan dari Turki. Namun sampai kapan operasi itu akan berlangsung, juga tergantung pada jaminan para pemimpin Kurdi di Irak Utara untuk tidak memberikan perlindungan kepada anggota PKK. Karena pada dasarnya tak mungkin ribuan aktivis PKK bersembunyi di wilayah itu, tanpa diketahui olehnya.

Kini, satu-satunya harapan adalah bahwa operasi itu berakhir secepat mungkin, tanpa lebih jauh membebani hubungan Turki dengan Uni Eropa. Di Turki sendiri, tema bergabung dengan Uni Eropa kini bukan dasar yang kuat untuk meminta agar Turki menahan diri dalam menghadapi lawannnya. Hal ini terjadi antara lain karena sikap sejumlah pihak di Eropa, yang memaksa Turki untuk menerima nilai dan norma-norma Eropa.

Sayang memang bahwa di Turki kini sudah tak banyak orang yang merasa wajib untuk memenuhi ketentuan-ketentuan Eropa. Meski begitu, seharusnya politik dan militer Turki tetap berkewajiban untuk tidak memaksakan asimilasi masyarakat Kurdistan, melainkan memberikan kebebasan untuk menjunjung budaya dan menggunakan bahwasa mereka sendiri.(vl)