1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Olympia 100 Tage

Matthias von Hein30 April 2008

Pembukaan Olimpiade tinggal 100 hari lagi. Sebenarnya olahraga harus dipisahkan dari politik. Tetapi Olimpiade kini justru dilanda krisis politik.

https://p.dw.com/p/DrBk
Seorang gadis cilik berusia 4 tahun di depan stadion Olimpiade di Beijing.Foto: AP

Kerusuhan di Tibet justru mendatangkan, apa yang hendak dicegah oleh pemerintah Cina dengan segala upaya, yaitu keterkaitan antara olahraga dan politik. Kaitan itu sudah dapat direka sebelumnya. Karena pendapat bahwa pertandingan Olimpiade dapat dipisahkan dari politik, merupakan dusta dari Komite Olimpiade. Dusta, yang disambut baik oleh pemerintah Cina.

Tetapi tahun 2001, saat penyelenggaraan Olimpiade diserahkan ke tangan Cina, sudah digunakan alasan politik, yaitu bahwa 'Olimpiade akan mengubah Cina', atau 'Olimpiade akan membuat Cina terbuka dan menguatkan kelompok reformasi'. Cina juga mengumbar janji agar dipilih, termasuk janji dalam soal HAM. Sekarang itu dijadikan tolok ukur.

Sejak saat itu Beijing mengalami bahwa di luar Cina, apa yang dijanjikan bukan hanya sekedar tertulis di atas kertas. HAM punya peringkat seperti konstitusi, dan peraturan mengenai lingkungan juga berada di urutan atas. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari di Cina, semua itu tidaklah dirasakan. Orang-orang yang punya pendapat berbeda dipenjarakan atau dikenakan tahanan rumah. Wartawan yang kritis kehilangan pekerjaan atau juga dipenjarakan atas tuduhan 'membocorkan rahasia negara'.

Kondisi lingkungan disebut sebagai menyedihkan, bahkan oleh wakil menteri lingkungan Cina sendiri. Buruknya udara di Beijing telah menyebabkan juara dunia maraton dari Ethiopia, Haile Gebreselassie, menyatakan tidak bersedia tampil di Beijing.

Cina bukan hanya melakukan investasi besar bagi penyelenggaraan Olimpiade ini, melainkan juga mempertaruhkan gengsinya. Selama 16 hari berlangsungnya show prestasi di bulan Agustus nanti, Beijing hendak menampilkan diri di panggung dunia sebagai negara modern dan terbuka. Sarana untuk itu memang mengesankan. Bangunan stadionnya merupakan pameran arsitektur kelas atas. Infrastrukturnya patut dicontoh. Bahkan laboratorium baru untuk mengawasi doping, juga sesuai dengan standar tertinggi internasional.

Tantangan bagi Cina adalah pelaksanaan Olimpiade itu sendiri. Yakni mengupayakan agar pertandingan berjalan tenang dan merupakan pertandingan yang hidup. Pertemuan kaum muda dunia yang disanjung-sanjung dan bukan show yang megah dengan diwarnai propaganda para kader.

Penanganan protes di Tibet menimbulkan pertanyaan, apakah dalam 100 hari mendatang Beijing dapat dan mau menciptakan suasana bagi pelaksanaan pertandingan seperti yang diinginkan. Tawaran untuk berbicara dengan Dalai Lama menunjukkan arah yang benar. Tetapi satu hal hendaknya dipahami oleh Beijing. Bukan hanya warga Tibet yang akan memanfaatkan cahaya lampu Olimpiade untuk menyoroti kepentingan mereka. Keberhasilan Olimpiade juga akan tergantung pada satu hal, yaitu bahwa Cina mampu mengembangkan sikap tenang dalam menghadapi pendapat yang berbeda, demi statusnya sebagai salah satu negara kuat di masa depan. (dgl)