1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tahun Ini Sinterklas di Jerman Juga Menderita Akibat Corona

24 Desember 2020

Akhir tahun, kasus infeksi corona kembali meroket di Jerman. Pandemi gelombang ke-2 melanda. Seorang pria berjanggut putih yang tidak tinggal di Kutub Utara, tapi di kota Celle, Niedersachsen, kecewa.

https://p.dw.com/p/3n6jF
Willi Dahmen | Sinterklas
Willi Dahmen sebagai SinterklasFoto: Privat

Willi Dahmen, yang dikenal sebagai Sinterklas atau Santa Klaus oleh banyak orang di Jerman, memangkas janggutnya yang mengesankan itu menjadi hanya tinggal sepanjang tiga sentimeter. Pada masa-masa normal, pensiunan berusia 68 tahun ini hanya akan mencukur janggutnya setelah perayaan Natal usai.

Tetapi Dahmen sudah menyadari beberapa minggu yang lalu bahwa tahun ini perannya sebagai Sinterklas, yang telah membuat ribuan orang bahagia, harus batal karena wabah corona.

“Hati saya terluka! Anda bahkan tidak percaya bagaimana jiwa saya retak,” kata Dahmen. “Saya selalu menjadi Sinterklas, tapi sekarang tidak lagi.”

Jadi Sinterklas adalah panggilan jiwanya

Memang, Willi Dahmen telah menjadi Sinterklas selama lebih dari 30 tahun. Baginya, Natal berarti ia secara otomatis kembali berperan sebagai Sinterklas. Dahmen bekerja di sebuah agensi di Celle, negara bagian Niedersachsen, bersama beberapa Sinterklas lain di sana. Tapi ia termasuk salah satu figur Sinterklas yang sangat populer di Jerman.

“Di kota Bochum saya memberikan hadiah kepada 1.224 anak di sebuah department store. Dalam satu hari, hanya dalam sepuluh jam,” ujar Dahmen dengan bangga. Dia juga pernah bekerja sama dengan sebuah tempat pembuatan bir, membuat film untuk iklan dengan rusa kutub, serta tiga kali menjadi wajah kampanye iklan Natal maskapai Air Berlin.

Bahkan tanpa mengenakan mantel tebal  dan topi merah, anak-anak sangat yakin bahwa mereka sedang berhadapan dengan Sinterklas saat melihat Dahmen. 

Willi Dahmen sebagai Sinterklas di Jerman
"Jika anak-anak melihat saya dan minta dipeluk, apa yang harus saya lakukan?" Tanya Willi Dahmen tentang menjadi Sinterklas di era pembatasan jarak sosial.Foto: privat

Pada tahun-tahun normal, telepon rumahnya sudah akan sering berdering sejak pertengahan tahun, dari biro iklan, dari orang-orang yang ingin memakai jasanya. Dan mulai November, para Sinterklas selalu super sibuk. Ada pesta perusahaan, department store, atau acara di pasar Natal. “Biasanya saya akan bepergian ke seluruh Jerman setiap hari pada saat-saat ini.”

Bagaimana Sinterklas bahagiakan anak dan lansia saat pandemi?

Tapi apalah yang normal di tahun 2020 ini? Di tahun pandemi corona ini? Bahkan bagi para ‘Sinterklas’, tahun ini juga tidak ada hadiah-hadiah dan mungkin hanya sedikit pemasukan buat mereka. Tentu saja, Willi Dahmen masih tetap bisa menjadi Sinterklas dan bisa memakai masker, tapi baginya itu tidak sama.

Karena bagi Dahmen menjadi Sinterklas berarti menjadi dekat dengan banyak orang. Dan bagaimana itu bisa terjadi dengan adanya aturan menjaga jarak. “Misalnya anak-anak melihat saya, berlari ke arah saya dan ingin dipeluk, apa yang harus saya katakan? Berhenti, tolong berhenti di jarak 1,50 meter?”

Lalu ada kunjungan ke panti jompo yang baginya sangat istimewa, karena Dahmen juga adalah seorang perawat senior sukarela. Di luar waktu Natal, ia juga merawat orang tua di panti. “Saat penderita demensia membacakan puisi yang mereka tulis dan kami nyanyikan bersama, saya selalu sangat tersentuh,” kata Dahmen. “Saya tidak akan pernah merasa bahagia lagi jika ternyata saya ikut menyebarkan virus di sana.” 

Jahn Mitja Biehl, pemilih perusahaan Blank & Biehl
Sinterklas harus menyukai anak-anak dalam rentang usia 2-80 tahun, ungkap Jan Mitja Biehl, pemilik perusahaan penyedia ikon Natal, Blank & Biehl di Jerman.Foto: Blank & Biehl

Perlindungan ekstra dari agensi penyedia Sinterklas

Salah satu tugas Jan Mitja Biehl adalah memastikan tidak terjadinya penularan virus dari dan ke ‘Sinterklas’ yang bekerja di agensinya. Jan Mitha Biehl adalah pendiri agensi Blank & Biehl di Hamburg yang merupakan adalah salah satu agensi yang terakhir dalam industri Sinterklas. Perusahaannya telah menjadi penyedia dan penyalur tokoh ikonik Natal ini selama bertahun-tahun.

“Sinterklas kami mengenakan masker FFP2 yang tidak terlihat mencolok di bawah jenggot mereka, hadiah-hadiah juga biasanya diberikan di luar ruangan,” ujar Biehl. “Selain itu, Sinterklas kami harus terus-menerus mengganti sarung tangan mereka. Dan kami juga tidak bernyanyi untuk menghindari penyebaran aerosol.”

Tetapi juga di agensinya, permintaan untuk Sinterklas menurun hingga seperempatnya pada tahun ini. Di agensi yang dikelola oleh pria berusia 41 tahun ini, pelanggan dapat menemukan berbagai paket Sinterklas serba guna sesuai kebutuhan. Ada Sinterklas yang pensiunan atau, jika ingin lebih murah, ada juga Sinterklas yang masih pelajar, bisa juga dilengkapi dengan kemampuan bercerita, atau bahkan paduan suara anak-anak. Kalau mau merogoh kocek lebih dalam lagi, tersedia juga kereta luncur beserta rusa kutubnya. 

“Kini, banyak dari Sinterklas kami yang berusia lanjut, pensiun dini karena corona, mereka tidak mau mengambil risiko tertular,” kata Biehl. Pengusaha ini juga punya kebijakan baru yang dipicu pandemi corona, kepada para pelanggannya, ia membahas penyerahan hadiah secara terperinci untuk dapat menghindari risiko infeksi.

Namun tetap saja, Natal 2020 bukanlah waktu yang baik bagi usahanya. Biehl berharap keadaan bisa pulih kembali tahun depan. Dan berharap semua pekerja berjanggut panjang yang menjadi Sinterklas di agensinya tetap sehat.

Sementara Sinterklas Willi Dahmen sendiri berharap keajaiban dari Sinterklas tahun ini: “Bahwa perayaan ini dapat berlangsung dengan harmonis dan setelah Natal, media tidak lagi dipenuhi angka kasus corona yang meningkat pesat.” (ae/as)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Oliver Pieper
Oliver Pieper Reporter meliput isu sosial dan politik Jerman dan Amerika Selatan.