1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikTurki

Swedia: Tuntutan Turki Terkait NATO Mustahil Dipenuhi

9 Januari 2023

Swedia mengaku tidak mampu memenuhi semua syarat yang diajukan Turki untuk menjadi anggota NATO. Kebuntuan berpangkal pada tuntutan Ankara yang bersikeras agar Swedia dan Finlandia memulangkan pencari suaka asal Turki.

https://p.dw.com/p/4LtYj
Ulf Kristersson dan Recep Tayyip Erdogan
PM Swedia, Ulf Kristersson dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan Foto: Henrik Montgomery/TT/picture alliance

Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson menegaskan sikap negaranya itu, usai bertemu Sekretaris Jendral Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg, dalam sebuah konferensi keamanan di Sälen, Minggu (8/1).

"Turki telah mengonfirmasikan bahwa kami telah melakukan apapun yang sudah kami janjikan, tapi juga hal-hal yang tidak bisa dan tidak ingin kami lakukan,” kata dia. 

"Kami yakin Turki akan membuat keputusan, tapi kami tidak tahu kapan,” imbuh Kristersson, merujuk pada situasi politik internal di Ankara dan "kemampuan Swedia untuk menunjukkan keseriusannya.” 

Swedia dan Finlandia melamar keanggotaan NATO usai invasi Rusia di Ukraina, Februari 2022 silam. Langkah tersebut sekaligus mengakhiri tradisi netralitas kedua negara dalam politik keamanan di Eropa.  

Namun Turki memblokir penerimaan keanggotaan dengan sejumlah tuntutan, antara lain akses belanja senjata dan agar kedua negara membantu Ankara memerangi pemberontakan etnis Kurdi dan kelompok pro-kudeta. 

Terutama Swedia selama ini banyak menampung pelarian dan diaspora asal Turki, termasuk simpatisan Gülen yang dituduh mendalangi kudeta 2016. 

"Tidak sedang tergesa untuk bergabung"

Negosiasi dengan Turki sejatinya berlangsung lancar, setidaknya hingga Desember silam, ketika pengadilan tinggi Swedia membatalkan ekstradisi wartawan Turki, Bulent Kenes. Dia didakwa oleh pemerintah di Ankara berkomplot melakukan kudeta. 

Kenes adalah wartawan harian Zaman. Koran terbitan Istanbul itu dimiliki gerakan Gülen dan telah diberangus sejak aksi penggulingan yang gagal. "Perundingan sejauh ini berjalan secara konstruktif,” kata Menteri Luar Negeri Turki, Mehmet Cavusoglu, akhir Desember silam.

"Tapi insiden terakhir, penolakan ekstradisi Kenes, disayangkan, telah meracuni atmosfer negosiasi", imbuhnya.

Sesuai nota kesepahaman, Swedia mengamandemen UU Terorisme untuk membatasi ruang gerak organisasi yang terbukti menyokong kelompok teror, termasuk sejumlah kelompok Kurdi. Amandemen tambahan sedang digodok pemerintah di Stockholm untuk membidik individu atau perorangan yang terlibat jejaring teror.

"Pesan saya kepada Cavusoglu cuma satu,” kata Menteri Luar Negeri Swedia, Tobias Billstorm, saat berkunjung ke Ankara akhir tahun lalu. "Kami menganggap serius perjanjian ini dan sudah mengambil langkah untuk memenuhi semua butir kesepakatan,” tukasnya.

Dalam kasus Kenes, Stockholm menolak intervensi terhadap lembaga peradilan. Sebabnya bola kini ada di tangan Turki, kata PM Ulf Kristersson kepada sekjen NATO, Stoltenberg.

Sementara itu, pemerintah Finlandia bersikukuh menunda proses penerimaan keanggotaan, sampai masalah antara Swedia dan Turki terselesaikan, "Kami tidak sedang terburu-buru untuk bergabung dengan NATO, sampai-sampai tidak lagi bisa menunggu penerimaan Swedia,” kata Menlu Pekka Haavisto dalam pertemuan yang sama. 

rzn/as (afp,rtr)