1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Survei: Mayoritas Warga G20 Ingin Dekarbonisasi Dipercepat

24 Juni 2024

Sebuah jajak pendapat di negara-negara G20 mencatat dukungan mayoritas penduduk bagi kebijakan perlindungan iklim. Sebagian besar meyakini, implementasi solusi iklim menuntut ketergesaan dan prioritas tinggi.

https://p.dw.com/p/4hQwO
KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil
Persiapan KTT G20 di Rio de Janeiro, BrasilFoto: Carlos Elias Junior/Imago Images

Lebih dari dua pertiga atau 71 persen warga di 18 negara dengan perekonomian terbesar di dunia melihat kebutuhan mendesak untuk mempercepat solusi perlindungan iklim dan dekarbonisasi. Kesimpulan tersebut didapat melalui sebuah jajak pendapat yang digelar Ipsos di negara-negara anggota G20 dan dirilis pada Senin (24/6).

Meski dengan angka yang berbeda, dukungan warga bagi aksi iklim tercatat tinggi di hampir semua negara. Di Meksiko, misalnya, sebanyak 91 persen responden menuntut dekarbonisasi secara dramatis dalam satu dekade ke depan. Di Arab Saudi, jumlah warga peduli iklim sebaliknya berkisar di angka 52 persen.

Dukungan besar juga disuarakan untuk mempercepat implementasi solusi iklim. Kenya tergolong ke kelompok negara dengan dukungan tertinggi, yakni 86 persen, disusul Afrika Selatan 83 persen dan Brasil dengan 81 persen. Adapun di posisi bawah bertengger Jepang dengan 53 persen, Amerika Serikat 62 persen dan Italia 62 persen. Sementara di Jerman, warga yang mendesak agar aksi iklim dipercepat berjumlah 66 persen.

Menyulap Kawasan Urban Jadi Lebih Ramah Kehidupan

Warga G20 ingin kemakmuran, bukan pertumbuhan

Sebanyak 62 persen responden juga berpendapat bahwa keberhasilan ekonomi suatu negara harus diukur berdasarkan kondisi kesehatan dan kesejahteraan warganya, bukan dengan seberapa cepat pertumbuhan ekonomi.

Menurut survei, hanya 37 persen yang percaya, bahwa pemerintahan masing-masing akan mampu membuat keputusan berjangka panjang, demi kemaslahatan generasi mendatang. Di Jerman, tingkat kepercayaan terhadap kinerja pemerintah anjlok di level 26 persen.

Survei yang dibiayai oleh lembaga Earth4All dan Global Commons Alliance itu  juga menunjukkan bahwa 68 persen responden menginginkan pajak progresif bagi masyarakat kaya. Sedangkan 69 persen mendukung tarif pajak yang lebih tinggi untuk perusahaan besar.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Di Jerman, gagasan pajak kekayaan mendapat dukungan 68 persen. Adapun di negara-negara berkembang, jumlah responden yang mendukung berkisar 86 persen seperti di Indonesia, atau 78 persen di Turki. Sementara di Arab Saudi dan Argentina, angkanya mencapai masing-masing 54 persen.

Batasan pertumbuhan

Hasil survei dirilis menjelang pertemuan para menteri keuangan G20 pada bulan Juli di Brasil. Riset menegaskan betapa tema beban pajak yang lebih tinggi bagi kelompok terkaya harus ikut dibicarakan.

"Survei ini membuktikan sekali lagi bahwa mayoritas warga di negara-negara G20 percaya bahwa sekarang adalah saatnya untuk mengubah Ekonomi untuk mendorong lebih banyak kemakmuran, lebih banyak perlindungan iklim dan lebih sedikit ketimpangan," kata Sandrine Dixson-Declève, direktur pelaksana Earth4All.

Inisiatif Earth4All dipimpin oleh Club of Rome, Universitas Bisnis Norwegia dan Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim, PIK. Tujuannya adalah mendorong politik transformatif dan mengembangkan solusi ekonomi untuk abad ke-21. 

Menggunakan "Digital Twin" untuk Uji Ketangguhan Kota di Masa Depan

Inisiatif ini dibentuk berdasarkan laporan "The Limits to Growth" atau batasan pertumbuhan yang diterbitkan pada tahun 1972 oleh Club of Rome.

Dalam risetnya, Ipsos mewawancarai sebanyak 22.000 orang di 18 negara G20, dengan rentang usia antara 18, 55 hingga 75 tahun antara bulan Maret dan April 2024. Susunan responden dibuat representatif berdasarkan usia, jenis kelamin, wilayah tinggal dan status pekerjaan.

rzn/hp (dpa,rtr)