1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Suasana Politik di Thailand Masih Belum Jelas

14 Januari 2008

Tiga minggu yang lalu dilakukan pemilihan umum di Thailand. Tapi hingga kini, baik daftar kabinet mau pun parlemen masih belum ditetapkan.

https://p.dw.com/p/CpTK
Samak Sundaravej dari PPPFoto: AP

Pada pemilihan umum 23 Desember lalu di Thailand, Partai Kekuatan Rakyat, PPP berhasil menang. Tetapi tidak tercapai mayoritas mutlak. Kandidat utama Samak Sundaravej telah mengumumkan, ia menemukan cukup banyak mitra koalisi. Tetapi perundingan yang terjadi kemudian terhenti. Ini bukan hanya karena kematian seorang anggota keluarga kerajaan.

Saat masa berkabung nasional, para politisi urung melanjutkan kegiatan politik mereka. Beberapa kandidat, diantaranya, dari PPP, telah didiskualifikasi karena dituduh melakukan penipuan pemilihan dan pembelian suara. Yang lain hanya diberi peringatan. Mereka kini bisa mengulang kemenangan mereka dalam pemilihan yang baru.

Walaupun PPP menjadi kekuatan paling besar di Thailand, para pengamat meragukan bahwa PPP akan memimpin pemerintah hasil koalisi. Partai ini adalah pengganti mantan partai pemerintah "Thai Rak Thai“ yang sekarang menjadi partai terlarang. Anggota partai ini sebagian besar terdiri dari pengikut mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra yang dijatuhkan oleh pihak militer.

Dalam kampanye pemilihan, PPP berjanji bahwa mereka mau membawa kembali Thaksin, yang masih saja populer di kalangan misikin, ke Thailand. Menurut Thitinan Pongsudirak, pengamat politik di Bangkok, ini adalah tindakan yang sulit bagi junta dan pemerintahan sementara.

"Militer dan pemerintah akan melakukan segala cara untuk mencegah PPP memimpin pemerintah koalisi. Karena mereka tahu, bahwa mereka akan berada dalam kesulitan. Suatu pemerintahan di bawah pimpinan PPP bisa mengubah undang-undang yang mampu mencairkan kekayaan Thaksin yang dibekukan dan membatalkan dakwaan terhadap Thaksin. Ini adalah pertempuran antara pihak yang menjatuhkan Thaksin dan pendukung Thaksin.“

Bukanlah suatu kebetulan, jika sekarang istri Thaksin, Pojaman Shinawatra, kembali ke Thailand. Seperti suaminya, ia juga didakwa tuduhan korupsi. Pojaman sempat ditahan, kemudian bebas melalui uang jaminan, tapi dia dilarang untuk keluar dari Thailand.

"Tim pengacara telah mempersiapkan kasus ini dengan baik. Dan kami yakin bisa membuktikan Pojaman tidak bersalah. Kembali ke Thailand adalah keinginannya sendiri. Ia menyerahkan diri ke polisi dan membela diri melalui jalur hukum.“ Demikian dinyatakan tim pengacara keluarga Noppadol Pattama.

Pengeritik menganggap, Thaksin mengirimkan istrinya terlebih dulu ke Thailand untuk menguji reaksi pihak militer. Setelah kemenangan PPP, Thaksin sempat mengatakan ia siap untuk kembali pada bulan Februari atau Maret. Junta militer dan pihak konservatif memang tidak menginginkan Thaksin kembali menduduki pimpinan politik di Thailand.

Menurut mereka, tidak boleh lagi pemerintahan dipegang oleh suatu partai yang terlalu kuat. Tetapi ini tidak akan dipedulikan oleh para pengikut Thaksin dan mereka pasti menolak. Dari sekarang para pengamat politik sudah mengkhawatirkan, bahwa situasi politik akan kembali memanas di Thailand.