1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Penegakan HukumJerman

Studi: Kekerasan Polisi di Jerman Tak Terdokumentasi Memadai

17 Mei 2023

Tim kriminolog di Frankfurt meneliti penggunaan kekerasan yang berlebihan oleh petugas polisi di Jerman. Studi ini menemukan defisit besar dalam pemrosesan kasus-kasus kekerasan polisi.

https://p.dw.com/p/4RQo8
Foto ilustrasi kekerasan polisi yang berlebihan
Foto ilustrasi kekerasan polisi yang berlebihanFoto: Philipp Schulze/picture alliance/dpa

Kekerasan polisi yang berlebihan jarang ditangani di Jerman secara memadai. Inilah hasil studi yang dilakukan oleh para kriminolog Jerman di Universitas Goethe di Frankfurt am Main. Tim peneliti mewawancarai lebih dari 3.300 korban kekerasan polisi, petugas kepolisian, hakim, dan staf pendukung korban. Responden melaporkan kekerasan polisi yang berlebihan, terutama yang berkaitan dengan peristiwa besar seperti demonstrasi dan pertandingan sepak bola. Situasi konflik atau pemeriksaan identitas juga sering disebutkan responden.

Lelaki muda paling sering menyatakan bahwa mereka pernah mengalami kekerasan polisi dan 19 persen dari mereka yang terkena dampaknya melaporkan menderita cedera fisik yang serius hingga mengalami stres mental. Dampak mental antara lain ketakutan pada polisi, menghindari situasi atau tempat tertentu, dan kehilangan kepercayaan pada aturan dan aparat hukum.

Menurut penelitian itu, "faktor individu serta situasional dan organisasi" berperan dalam penggunaan kekuatan polisi yang berlebihan. Kurangnya komunikasi, stres, kewalahan, juga perilaku diskriminatif di pihak pejabat keamanan sering menjadi penyebab tindak kekerasan yang berlebihan.

Hasil penelitian juga menyebutkan, kekerasan polisi yang merupakan pelanggaran hukum jarang dilaporkan. Alasan yang diberikan oleh korban adalah kesulitan dalam mengidentifikasi layanan darurat untuk penanganannya, kurangnya bukti objektif, dan ketakutan akan represi. Selain itu, beberapa pengacara menyatakan bahwa mereka sering menyarankan untuk tidak melapor. Baik korban maupun petugas kepolisian mengatakan bahwa tuntutan pidana terhadap petugas polisi "sering ditolak di kantor polisi".

Aksi protes atas kekerasan polisi di Leipzig, Agustus 2022
Aksi protes atas kekerasan polisi di Leipzig, Agustus 2022Foto: Sebastian Willnow/picture alliance/dpa

Sulit mendefinisikan kekerasan polisi

"Sebagian besar dugaan kasus penggunaan kekerasan yang melanggar hukum oleh polisi tetap tidak dilaporkan," kata profesor kriminologi Tobias Singelnstein, salah satu penulis hasil penelitian. Hanya 14 persen dari korban menyatakan bahwa dalam kasus mereka dilakukan proses pengusutan.

Mengingat kerja sama erat sehari-hari antara polisi dan kejaksaan, sulit melakukan pendekatan yang tidak memihak dalam pengusutan kekerasan polisi, kata penelitian itu. Juga sulit untuk mengumpulkan bukti-bukti. Pernyataan yang dibuat oleh korban sering bertentangan dengan pernyataan petugas polisi yang terlibat dan jarang ada bukti-bukti lebih lanjut.

"Dalam perselisihan tentang penilaian kekerasan…, interpretasi polisi terbukti sangat tegas terkait situasinya,” demikian kesimpulan tim peneliti. Dengan demikian, interpretasi polisi sering dianggap lebih kuat.

Kelangkaan data dan statistik

Tobias Singelnstein juga mengeluhkan bahwa undang-undang yang ada tidak secara eksplisit menyebutkan apa yang boleh dilakukan aparat keamanan dalam hal "kekerasan fisik sederhana". Misalnya kalau polisi menekuk tangan seseorang untuk melumpuhkannya (pain grip). "Anda dapat melihat bahwa polisi di negara bagian yang berbeda memiliki pedoman yang berbeda juga,” kata Tobias Singelnstein. "Beberapa petugas mengatakan mereka sama sekali tidak menggunakan pain grip, petugas lain telah mengadopsi ini dengan sangat luas dalam praktiknya."

Juga tidak ada catatan maupun data statistik yang transparan tentang kasus-kasus, di mana polisi menggunakan kekerasan secara berlebihan, termasuk seberapa banyak orang meninggal dalam operasi kepolisian. Tobias Singelnstein mengatakan, masih ada kesenjangan statistik di Jerman. Basis data yang solid "akan menjadi langkah pertama yang penting," jelasnya.

Para penulis studi ini menekankan, sampel studi mereka tidak representatif dan hasil penelitian mereka tidak bisa digeneralisasi untuk situasi di seluruh jerman. Namun, studi mereka bisa menjadi "pengetahuan dasar" dalam meneliti masalah kekerasan polisi yang berlebihan. Proyek penelitian inii didanai oleh Yayasan Penelitian Jerman, Deutsche Forschungsgemeinschaft (DFG).

hp/yf (dpa, AFP, kviapol.uni-frankfurt.de)