1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Studi: 1 dari 10 orang di Jerman Kecanduan Kerja

26 Mei 2022

Dari menangani banyak tugas sekaligus, hingga bekerja lembur dan merasa bersalah selama waktu senggang – studi menemukan perilaku kerja yang berlebihan dan "kompulsif" di seluruh angkatan kerja Jerman.

https://p.dw.com/p/4Btn2
Symbolbild | Laptops im Bett
Foto: Thomas Trutschel/photothek/picture alliance

Sepertiga dari angkatan kerja Jerman bekerja "berlebihan" dan 10% lainnya menunjukkan perilaku kecanduan kerja. Demikian menurut sebuah studi baru yang dipresentasikan pada hari Rabu (25/06) kemarin.

Studi representatif, yang ditugaskan oleh Yayasan Hans Böckler, merupakan studi pertama yang meneliti perilaku gila kerja di semua sektor di Jerman — dan telah menemukan bahwa pekerjaan "kompulsif" ada di seluruh cabang kerja.

Apa yang diungkapkan oleh penelitian tersebut?

Studi ini dilakukan oleh Institut Federal untuk Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan (BIBB) dan Universitas Teknik Braunschweig.

Para peneliti memeriksa wawancara dari 8.000 orang yang bekerja di Jerman. Data tersebut dicatat pada 2017 dan 2018 — sebelum pandemi virus corona semakin mengaburkan garis keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan.

Studi ini menemukan 9,8% orang menunjukkan perilaku adiktif dan "kompulsif" dalam pekerjaan mereka. 33% lainnya menunjukkan kerja yang "berlebihan" tetapi tidak mengarah pada kecanduan.

Mayoritas, 54,9% pekerja, melakukan tugas pekerjaan mereka dengan pendekatan yang lebih "santai", demikian menurut studi tersebut.

Mayoritas 54,9% pekerja menyelesaikan tugas mereka dengan pendekatan yang lebih santai, menurut studi tersebut. Perempuan lebih berpotensi 'gila kerja' dibanding pria. (3)

Disebutkan juga bahwa perempuan lebih berpotensi "gila kerja” dibanding priaa - dengan 10,8% perempuan termasuk dalam kategori kecanduan kerja, sementara pria 9%.

Pada saat yang sama, 12,6% pekerja muda berusia 15-24 tahun menunjukkan perilaku kompulsif dibandingkan dengan 7,9% pekerja yang lebih tua yang berusia antara 55-64 tahun.

Pada saat yang sama, pekerja muda berusia antara 15 dan 24 jauh lebih menunjukkan perilaku kerja adiktif dibandingkan pekerja yang berusia antara 55 dan 64 - dengan 12,6% pekerja muda menunjukkan perilaku kompulsif dibandingkan dengan 7,9% pekerja yang berusia lebih tua.

Pekerjaan mana yang paling berisiko?

Studi menunjukkan, manajer dan wiraswastawan jauh lebih berisiko berperilaku kerja adiktif. "Di antara mereka yang berada di posisi manajemen, semakin tinggi posisinya maka semakin tinggi potensi kecanduan kerja," dikatakan penulis studi tersebut.

Para peneliti juga menemukan perilaku workaholic di semua sector pekerjaan — dengan tingkat kecanduan kerja tertinggi (19%) ditemukan pada mereka yang bekerja  di bidang pertanian, pengelolaan hutan, peternakan, dan hortikultura. Bidang yang kurang berisiko adalah teknologi, geografi, dan ilmu alam.

Faktor sosial ekonomi, seperti tingkat pendidikan atau status hubungan, memainkan peran kecil "atau sangat lemah" dalam menentukan apakah seseorang lebih cenderung kecanduan pada pekerjaan mereka.

Mereka yang bekerja di perusahaan besar lebih kecil kemungkinannya untuk melaporkan kecanduan kerja dibandingkan mereka yang bekerja di perusahaan kecil, studi tersebut mencatat.

Apa itu perilaku gila kerja?

Penelitian di Jerman ini menggunakan dua faktor untuk mendefinisikan dan mengidentifikasi perilaku kerja "kecanduan" dan "kompulsif".

Faktor pertama menyangkut seberapa banyak orang bekerja, termasuk: bekerja lembur dengan beban kerja tinggi dan menangani banyak proyek sekaligus. Faktor kedua menyangkut bagaimana pekerjaan berdampak pada kehidupan pribadi mereka.

Mereka yang kecanduan kerja didefinisikan dalam penelitian ini adalah mereka yang mengalami kesulitan bersantai di waktu luang mereka di luar pekerjaan, mereka yang secara kompulsif memeriksa email di luar waktu kerja, dan mereka yang mengatakan mereka merasa bersalah ketika mengambil cuti kerja atau saat tengah berlibur.

Istilah "workaholic"  atau "gila kerja" diciptakan pada tahun 1971 oleh psikolog asal Amerika Serikat Wayne Oates untuk menggambarkan orang-orang yang pendekatannya terhadap pekerjaan mereka mirip dengan mereka yang kecanduan alkohol.

Penulis studi tersebut menyarankan dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang penyebab kecanduan kerja, serta dampak signifikan yang dapat ditimbulkannya terhadap kesehatan fisik dan psikologis.  rs/ha (epd, AFP)