1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Strategi Baru Barack Obama

26 Januari 2010

Setelah kekalahan partai Demokrat di Massachussets, Obama dipaksa memilih strategi baru untuk memulihkan pamornya yang tengah meredup.

https://p.dw.com/p/LhB9
Presiden AS Barack ObamaFoto: AP

Jelang pidato Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Rabu malam waktu setempat, Harian Inggris Independent berkomentar :

Saat Barack Obama membacakan laporan pertamanya tentang situasi bangsa Amerika Serikat, ia tidak hanya bisa membandingkan perbedaan yang terjadi dalam setahun terakhir, melainkan perbedaan drastis dalam sepuluh hari terakhir. Hilangnya kursi di senat yang lama ditempati oleh mendiang Edward Kennedy, membuat presiden kehilangan pamornya. Usai kekalahan tersebut, Obama tidak bisa bersantai dengan mayoritas partai Demokrat di parlemen. Ia bahkan harus mulai khawatir akan posisi beberapa anggota parlemen dari partainya yang harus menghadapi pemilihan di negara bagiannya. Mereka juga bisa kehilangan kursi di akhir tahun ini. Jika anggota partai Republik bisa menang di Massachussets, seberapa amankah posisi para Demokrat nantinya? Obama harus bisa kembali meyakinkan dan mempesona warga Amerika Serikat.

Harian Italia La Repubblica menulis tentang rencana presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk meringankan beban keluarga kelas menengah :

Setelah kekalahan menyakitkan di Massachusetts, Barack Obama mengubah strategi politiknya. Ia ingin memberikan bantuan pada mereka yang disebut sebagai 'sandwich generation'. Ia tahu harus melakukan semua hal untuk meraih kembali simpati para pemilih. Namun, program yang dicanangkan Obama untuk membantu keluarga kelas menengah, sangatlah terarah dan semua dilakukan dengan anggaran yang pas-pasan. Gedung Putih tidak mampu lagi mengeluarkan dana besar-besaran seperti tahun lalu. Namun dengan kompromi tersebut, ia menjauhkan dirinya dari proyek awal asuransi kesehatan bagi semua, yang menyebabkan munculnya berbagai rintangan bagi Obama.

Sementara itu, pers internasional juga menyoroti konferensi internasional yang membahas tentang masalah Afghanistan yang akan berlangsung tanggal 28 Januari di London - Inggris. Harian Wina Austria Die Presse menulis tentang situasi di Afghanistan :

Taliban dan Al Qaida bukanlah kembar siam yang tidak bisa dipisahkan. Kesamaan mereka adalah hubungan simbiosis - hubungan yang saling mempengaruhi. Apa yang berguna bagi satu pihak, juga digunakan pihak yang lain. Jika pemerintah Afghanistan di Kabul berhasil mencapai kata sepakat dengan Taliban, maka ini akan menimbulkan kerugian bagi Al Qaida. Ini adalah akhir dari hubungan simbiosis. Namun, belum saatnya untuk berilusi bahwa dengan cara keras pihak Taliban akan siap untuk bekerja sama. Tetapi usaha memecah belah kelompok tersebut bisa berhasil. Tuntutan yang paling minimal, Taliban harus memutuskan hubungan dengan Al Qaida. Waktunya sangat mendesak. Musim gugur 2011, sepuluh tahun sudah semenjak pasukan Amerika Serikat meninggalkan bekas jejak mereka di wilayah Afghanistan. Pasukan Uni Soviet harus mundur setelah sembilan tahun. Mengapa pasukan Amerika Serikat tidak harus mengalami hal yang sama?

Terakhir pendapat harian International Herald Tribune yang terbit di New York :

Membunuh anggota Taliban tidak lah cukup. Harapan untuk mengalahkan kelompok pemberontak adalah jika pemerintah berhasil membujuk para militan untuk meletakkan senjata mereka. Pada konferensi internasional di London minggu ini, Presiden Hamid Karzai diperkirakan akan mengungkap rencana untuk merangkul anggota Taliban yang tidak memegang peranan penting. Rencana apa pun membutuhkan dukungan dana yang kuat. Anggaran yang dibutuhkan sekitar 1 milyar Dollar untuk membiayai penyediaan lapangan kerja, keamanan, dan fasilitas lainnya bagi para bekas anggota Taliban tersebut. Pihak sekutu yang menolak untuk mengirimkan lebih banyak pasukan ke Afghanistan harus menjanjikan dana bantuan yang lebih besar.

VLZ/AR/dpa/iht