1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sri Paus Peringatkan 'Kehilangan Budaya' Tanpa Kepercayaan

23 September 2011

Pidato Sri Paus Benekditus XVI di parlemen, lebih menyerupai kuliah tentang hubungan antara akal sehat dan kepercayaan dibandingkan pidato politik. Ia tidak membahas situasi politik aktual.

https://p.dw.com/p/12fAz
Sri Paus di parlemen JermanFoto: dapd

Sri Paus berbicara tentang betapa sulitnya bagi politisi di dunia yang kompleks untuk menjawab pertanyaan tentang keadilan dalam peraturan dan bagaimana mengenali kebenaran yang sesungguhnya. Ia menganjurkan untuk mengingat kembali akar dari agama Kristen. Alam dan akal sehat adalah sumber hukum sesungguhnya, jika diwujudkan berdasarkan petunjuk Tuhan.  


Akal Sehat dan Kepercayaan

Dalam pidato 30 menitnya, Benediktus XVI mengatakan, akal sehat yang hanya memandang alam berdasarkan fungsi, akal sehat tanpa kepercayaan tidak bisa diterima. Contoh gerakan politik yang melepaskan diri dari gambaran dunia yang hanya mengandalkan ilmu pengetahuan menurut Joseph Ratzinger adalah partai-partai 'hijau'.

Mereka mengenali, bahwa ada yang tidak benar dengan sikap terhadap alam. Alam tidak hanya materi, melainkan juga memiliki martabat. Paus menambahkan, ia tidak bermaksud melakukan propaganda bagi suatu partai, tetapi saat ini gerakan ekologi baginya adalah 'seruan akan udara yang lebih segar'. Sebelumnya Partai Hijau mengeritik, bahwa seorang pemuka agama dibolehkan berpidato di parelemen. Namun, pujian bagi ekologi dari Paus disambut oleh anggota Partai Hijau dengan tepuk tangan.

Budaya Eropa

Dari pengertiannya, Paus mengembangkan pemikiran, bahwa manusia juga memiliki ekologi dan alam. Ini tidak hanya terdiri dari 'kebebasan yang diwujudkan sendiri', melainkan juga dari akal dan kemauan. Hanya dengan cara inilah, manusia memperoleh kebebasan yang sesungguhnya, yang bermuara pada hak asasi manusia, martabat manusia. Pertanyaan yang harus diajukan adalah, apakah akal sehat obyektif yang tampak di alam muncul berdasarkan petunjuk Tuhan. 

Benediktus XVI mengatakan, di Eropa hak asasi manusa dan budaya berkembang dari kepercayaan akan Tuhan. Budaya Eropa ini harus dipertahankan. Pengertian Eropa hanya sebagai mekanisme yang berfungsi akan berarti menyamakan Eropa dengan belahan dunia lain yang tidak berbudaya. Tesis ini disampaikan Paus pada para anggota parlemen dan menganjurkan mereka untuk membuka hati dan mampu membedakan hal yang baik dan buruk agar bisa menjalankan keadilan yang sesungguhnya. Paus menyampaikan pidatonya di ruangan yang hampir penuh. Hanya barisan belakang fraksi Kiri yang tidak ditempati. Mereka yang hadir memberikan tepuk tangan penghormatan.

Demonstrasi Lebih Sedikt Dari Perkiraan

Sementara anggota parlemen mendengarkan pidato dengan sentuhan teologi ini, di luar gedung dimulai enam demonstrasi menentang kunjungan Sri Paus. Demonstrasi terbesar diikuti sekitar 1500 orang dan menurut penyelenggara memprotes moral seksual Vatikan dan sikap anti homoseksualitas gereja Katolik. Berdasarkan alasan keamanan, demonstrasi hanya diijinkan di Potsdamer Platz sekitar 1 kilometer dari gedung parlemen. Pada awalnya, 20 ribu demonstran diperkirakan akan hadir. Namun jumlah sesungguhnya jauh lebih sedikit. 6000 polisi dikerahkan di Berlin untuk memastikan keamanan Paus dan mengatur lalu lintas di sekitar gedung dan jalan yang ditutup.

Kamis malam (22/9), digelar misa dengan 70 ribu jemaat di stadion Olimpiade Berlin. Ribuan peziarah dari barat Jerman datang dengan menggunakan kereta khusus. Di Berlin dan wilayah timur Jerman tidak banyak warga yang beragama Katolik. Pemeluk agama Katolik berharap Paus akan berbicara tentang krisis yang tengah terjadi dengan gereja dalam kunjungannya. Banyak anggota gereja yang mengundurkan diri setelah berbagai kasus pelecehan seksual di lembaga gereja terungkap. Korban menuntut kalimat yang tegas dari Paus. 

Bernd Riegert/Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Hendra Pasuhuk