1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sri Lanka Rayakan Kemenangan atas Macan Tamil

3 Juni 2009

Organisasi internasional menuntut dilakukan pemeriksaan independen tentang situasi pada minggu-minggu terakhir perang saudara. Militer Sri Lanka dan Macan Tamil dituduh melakukan pelanggaran berat hak asasi manusia.

https://p.dw.com/p/I2r5
Parade militer, perayaan kemenangan atas Macan TamilFoto: AP

Hari Rabu ini (03/06) di ibukota Sri Lanka, Colombo, digelar parade militer untuk merayakan kemenangan atas pemberontak Macan Tamil LTTE. Presiden Mahinda Rajapaksa menyerukan sebuah era baru dalam hubungan luar negeri Sri Lanka. Ia menolak kritik dari berbagai pihak mengenai banyaknya korban sipil selama pertempuran.

Dalam pidato sebelum parade militer dimulai, Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapaksa menolak kritik dari luar negeri dan menerangkan, kelompok Macan Tamil memang punya jaringan di luar negeri yang sekarang berusaha menekan pemerintah Sri Lanka. Namun Sri Lanka tetap akan mempertahankan kebebasan dan kedaulatannya.

Sampai saat ini, wartawan dan organisasi internasional belum punya akses ke kawasan yang minggu-minggu lalu masih menjadi ajang pertempuran sengit. Bagaimana parahnya kerusakan dan situasi kemanusiaan di kawasan itu masih belum jelas. Diduga ada sekitar 300.000 pengungsi Tamil yang ditampung di tempat-tempat penampungan pengungsi. Anna Neistat dari organisasi hak asasi Human Rights Watch menuntut agar dilakukan pemeriksaan tentang jalannya pertempuran pada minggu-minggu terakhir.

"Kami yakin, komisi pemeriksa independen sangat penting. Komisi ini harus menyelidiki apa yang dilakukan kedua pihak. Karena menurut informasi kami, kedua pihak melakukan pelanggaran berat hak asasi manusia,“ demikian Anna Neistat.

Menurut Human Rights Watch, pihak Macan Tamil secara sistematis merekrut serdadu anak-anak dan menyalahgunakan ribuan warga sipil sebagai tameng hidup. Sementara militer Sri Lanka terus melakukan serangan habis-habisan tanpa peduli nasib warga sipil. Selama konflik berlangsung, hampir tidak ada orang yang boleh mendekati kawasan pertempuran. Itu sebabnya perlu tim pemeriksa internasional untuk mengetahui apa yang terjadi.

Namun pemerintah Sri Lanka menolak pembentukan komisi pemeriksa independen dan campur tangan pihak luar.

Menteri Luar Negeri Sri Lanka Rohita Bogollagama mengatakan, "Kami selalu berusaha menghindari jatuhnya korban di pihak penduduk sipil. Dan itu berhasil kami lakukan. Saya ingin tegaskan lagi, kami berhasil membebaskan sekitar 200.000 penduduk sipil dari tangan LTTE. Aksi militer jelas-jelas bertujuan menyerang LTTE dan menyelamatkan warga sipil.“

Penduduk Tamil yang lari dari kawasan pertempuran sekarang hidup di kamp-kamp penampungan pengungsi. Di kamp-kamp ini, tentara melakukan interogasi untuk menemukan anggota Macan Tamil yang mungkin menyusup sebagai pengungsi. Wakil PBB di Sri Lanka, Neil Buhne, menerangkan, tidak mudah berhubungan dengan pengungsi Tamil.

"Kami baru dapat menghubungi mereka kalau mereka sudah keluar dari pusat interogasi itu. Kami juga tidak punya akses penuh ke kawasan penampungan. Kami sedang mengusahakannya,“ ungkap Neil Buhne.

Kelompok eksil Tamil menuduh PBB sengaja menahan informasi tentang jumlah korban yang sebenarnya, untuk melindungi pemerintah Sri Lanka. PBB menolak tuduhan itu dan menyatakan, tidak ada data yang bisa dipercaya tentang korban perang di Sri Lanka. Justru karena itulah, pemeriksaan independen perlu dilakukan.

Sandra Petersmann/Hendra Psuhuk

Editor: Yuniman Farid