1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Situasi Kawasan Kurdi di Utara Irak

24 Februari 2009

Dalam kunjungan dua hari secara mendadak ke Irak, Rabu (18/02) Menteri Luar Negeri Jerman Frank Walter Steinmeier berkunjung ke kawasan Kurdi di Irak.

https://p.dw.com/p/Gxh0
Menlu Jerman Steinmeier saat meresmikan Konsulat Jerman di ErbilFoto: AP

Kawasan Irak Utara sedang mekar. Bagi para investor asing, kawasan Kurdistan seolah-olah menjadi ladang emas. Perkembangan yang ditandai banyaknya proyek bangunan dan bangunan-bangunan baru. Namun pengusaha Jerman belum banyak. Salah satu di antaranya Eduard Metze, manajer sebuah biro insinyur dari Düsseldorf. Sejak empat tahun perusahaan Metze aktif di kota Erbil. Proyek besar pertamanya adalah membangun sistem kanalisasi dan saluran air limbah bagi ibukota provinsi Kurdistan.

Eduard Metze: „Kebanyakan ingin meraih untung dengan cepat dan cepat menjadi kecewa. Juga kebanyakan proyek kami tidak dapat saya katakan: Saya coba pergi ke Irak untuk mengumpulkan uang di sana dan dengan itu dapat menciptakan lapangan kerja di Jerman. Kami lebih melancarkan strategi efek jangka panjang dan tentu memanfaatkan kawasan utara Irak untuk kemudian juga melebarkan sayap ke kawasan selatannya."

Seperti yang banyak terjadi di Irak, setelah perang, embargo dan rejim Saddam Hussein, infrastruktur di Kurdistan sangat buruk. Oleh sebab itu sistem pasokan listrik dan air harus diperbaharui. Karena tidak tersedia peta, Metze sampai membawa pesawat dari Jerman untuk membuat sendiri peta lokasi dari udara. Barang siapa ingin membina bisnis di Irak, harus menempuh cara yang tidak lazim dan memiliki kesabaran. Ini diketahui benar oleh Helmut Gnädig dari perusahaan Terramar dari Hamburg. Ia sudah mengenal Irak sejak 30 tahun dan tinggal di Erbil untuk menjual mesin cetak, truk dan bis.

Helmut Gnädig

„Tanpa kontak pribadi tidak akan berjalan. Orang harus ada di sini, harus menemui pelanggan dan kementerian-kementerian, juga pelanggan pribadi harus dikunjungi secara teratur. Diperlukan 10 sampai 15 kunjungan sampai terjalin hubungan.“

Semua itu perlu waktu dan biaya dan menjelaskan, mengapa perusahaan Jerman di Irak masih sangat langka. Baru 20 perusahaan. Namun penyebabnya bukan karena masalah keamanan

Gnädig: „Selama bertahun-tahun di sini, saya sama sekali tidak memiliki masalah. Kami dapat mengendarai mobil di jalan, berjalan kaki tanpa pengawal dan itu sama sekali tidak menjadi masalah."

Situasi itulah yang membedakan kawasan Utara Irak dengan kawasan lainnya di negara tersebut, yang dikenai peringatan kunjungan sangat ketat oleh departemen luar negeri Jerman. Memang tembok beton tinggi di sekeliling kementerian, bangunan-bangunan umum dan hotel-hotel jelas terlihat, dengan petugas bersenjata di jalan masuk dan keluarnya. Tapi sejak dua tahun terakhir di kawasan tersebut tidak lagi terjadi serangan. Keuntungan lain di kawasan utara adalah ribuan warga Kurdi yang bersama keluarganya selama rejim Saddam Hussein meminta suaka di Jerman, sekarang kembali ke kampung halamannya. Kebanyakan dilengkapi dengan pengetahuan dan bahasa Jerman.

Helmut Gnädig: "Kami memiliki pengalaman sangat baik dengan warga muda, yang mengenal mentalitas Jerman. Mereka tahu bahwa janji waktu bertemu yang disepakati juga harus ditepati. Dan bila orang menjanjikan sesuatu, janji itu juga harus dipenuhi."

Sementara Eduard Metze, manajer biro insinyur dari Düsseldorf berpendapat

„Tidak hanya walikota Erbil pernah menetap di Jerman untuk waktu lama, melainkan juga walikota Dohuk, kota lain di provinsi tersebut. Hasil prestasi kerja kami sebagai insinyur, di sini disambut terbuka. Juga untuk tema lingkungan.“

Sifat-sifat Jerman sampai ke Irak. Tepat waktu, dapat dipercaya. Inilah yang memikat perusahaan-perusahaan Jerman.

Karte Irak
Peta IrakFoto: cc-by-Roger_Zenner-sa 2.0

Di ibukota provinsi Kurdistan, Erbil juga ada sekolah percontohan yang merupakan kerja sama antara institusi Jerman seperti kementerian luar negeri dan Goethe Institut dengan departemen pendidikan Kurdi.

Gara Typical School adalah salah satu dari 10 sekolah di utara Irak yang menawarkan Bahasa Jerman dalam kurikulumnya. Di sekolah negeri Gara ditawarkan pelajaran Bahasa Jerman empat jam pelajaran per minggu, di sekolah lain minimal dua jam per minggu, selama enam tahun. Kerjasama sekolah Jerman-Kurdi tersebut baru berjalan 9 bulan, tapi sudah memiliki 1600 murid. Dan diharapkan 600 murid bertambah setiap tahunnya

Avan: „Murid-murid menganggap Bahasa Jerman sangat menarik, mereka ingin pelajaran itu lebih banyak, mereka memiliki bahan-bahan yang baik dan sangat menggemarinya. Banyak murid mengatakan, Bahasa Jerman mudah seperti bahasa Inggris. Saya juga senang mengajar mereka.“

Guru-guru seperti Avan sangat dicari. 10 tahun ia tinggal di kota Flensburg, dan lulus sekolah kejuruan. Guru lainnya Masin menguasai bahasa Jerman ketika tinggal di Nürnberg

Masin: „Banyak warga Kurdi pernah tinggal di Jerman. Dan di setiap keluarga satu atau dua anggota keluarganya tinggal di Jerman. Yang lainnya di sini juga ingin belajar Bahasa Jerman. Mereka memiliki minat besar terhadap Bundesliga. Kami di sini juga memperoleh stasiun televisi Jerman ZDF dan RTL juga Majalah Focus. Yang juga ingin dapat mereka mengerti.“

Sebetulnya setelah Bahasa Kurdi, Arab dan Inggris, di Irak, Bahasa Jerman hanya berada di urutan keempat. Tapi dengan menguasai bahasa asing lebih banyak, peluang menempuh pendidikan dan memperoleh kerja juga lebih besar. Demikian menurut Avan

„Banyak perusahaan yang ada di sini. Orang juga bisa bekerja di perusahaan sebagai penerjemah dan lain-lainnya.“

Selain itu sebagai dampak rejim Saddam Hussein dan isolasi bertahun-tahun, warga Kurdi di Irak memiliki kebutuhan besar akan pendidikan. Kini puluhan ribu warga kembali dari exil, banyak yang dari Jerman. Anak-anak mereka diharapkan mempertahankan dan memperdalam pengetahuan yang diperolehnya atau mempelajari kembali bahasanya.