1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Situasi di Myanmar Tetap Rawan

29 September 2007

Hari Jumat kemarin (28/09), aksi protes melawan junta militer masih dilaksanakan. Tindakan brutal terhadap demonstran kali ini juga dilakukan. Sementara itu tekananan dari komunitas internasional terhadap rejim militer Myanmar semakin meningkat.

https://p.dw.com/p/CIq3
Aksi protes di Myanmar
Aksi protes di MyanmarFoto: AP

Jumat kemarin (28/09), Junta militer di Myanmar kembali mengerahkan tentara dan aparat keamanan bersenjata secara besar-besaran untuk membubarkan dengan kekerasan aksi protes menentang rejim tersebut. Pada hari itu, ribuan orang turun ke jalan, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit dari hari-hari sebelumnya. Kebrutalan aparat keamanan tampaknya menunjukkan keampuhannya. Sekitar 100 orang ditangkap, sejumlah besar di antaranya biksu Budha.

Demonstrasi pada hari Jumat kemarin tidak merupakan iring-iringan aksi unjuk rasa yang terpadu. Sejumlah kelompok kecil demonstran melakukan aksi protes secara terpisah. Hal ini memudahkan aparat keamanan untuk menghadapinya. Kelompok yang terdiri dari 30 hingga 50 demonstran dikepung aparat keamanan dan kemudian diangkut dengan truk. Nasib mereka kini tidak diketahui.

Jaringan internet dan telepon di Myanmar sejak berhari-hari lumpuh. Pertukaran informasi di antara para demonstran dan juga pengiriman informasi keluar menjadi terbatas.

Tekanan komunitas internasional terhadap junta militer di Myanmar semakin meningkat. Amerika Serikat membekukan rekening luar negeri pimpinan militer dan menetapkan sanksi berikutnya. Negara-negara ASEAN mengutuk peningkatan kekerasan. Utusan khusus PBB, Ibrahim Gambari, dinantikan di Myanmar hari Sabtu ini (29/09). Menteri Luar Negeri Singapura George Yeo menyatakan dukungannya terhadap upaya PBB:

„Gambari adalah tumpuan harapan kita. Kami memberikan dukungan sepenuhnya. Dia mewakili sekretaris jenderal PBB dan keseluruhan negara anggota PBB. Kami menuntut pemimpin di Myanmar untuk bekerjasama dengan Gambari dan memulai proses rekonsiliasi nasional.“

Namun, upaya rekonsiliasi sama sekali tidak terlihat di negara itu. Sebaliknya. Jumat kemarin tentara dan aparat keamanan mengejar warga yang melakukan aksi rasa secara damai. Gas air mata dan pentungan digunakan. Tembakan juga terdengar. Jumlah korban masih tidak diketahui. Namun diyakini bahwa jumlah korban yang jatuh Kamis lalu lebih banyak dari yang dinyatakan secara resmi.

Di berbagai kota di Asia Tenggara juga digelarkan demonstrasi memprotes kekerasan di Myanmar. Banyak warga Myanmar yang tinggal di pengasingan melakukan aksi unjuk rasa untuk menunjukka solidaritasnya. Seorang perempuan Myanmar di exil mengatakan:

„Di negara kami orang-orang dibunuh, bahkan biksu juga dibunuh. Ini sangat menakutkan. Karena itu kami berdemonstrasi di sini.“

Para blogger dan warga Myanmar yang tinggal di pengasingan Jumat kemarin mengimbau agar dunia menunjukkan solidaritasnya terhadap para demonstran di negaranya. Dengan moto “kaos merah untuk Myanmar“ diimbau untuk mengenakan kemeja dan kaos merah, warna pakaian para biksu Budha.