1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Jerman: Simbol Segitiga Merah Perlu Dilarang?

Julie Gregson
6 Agustus 2024

Segitiga merah, yang dulunya dikenakan oleh tahanan politik di kamp Nazi sebagai simbol perlawanan, kini dianggap menjadi simbol yang dikaitkan dengan Hamas dan aktivisme pro-Palestina. Harus dilarang?

https://p.dw.com/p/4j9F8
Simbol perlawanan terhadap Nazisme.
Simbol perlawanan terhadap Nazisme kini mungkin dilarang jika digunakan 'dalam konteks Hamas'Foto: Martin Schutt/dpa/picture alliance

Target, tanda perlawanan, lambang kehormatan, simbol di era Nazi: Segitiga merah terbalik memiliki banyak makna bagi banyak orang.

Segitiga merah terbalik kini muncul dalam video yang dirilis oleh Brigade Qassam, sayap militer Hamas, untuk menandai target militer Israel potensial, seperti misalnya tank, tak lama setelah invasi Israel ke Gaza.

Uni Eropa serta Amerika Serikat, Jerman, dan beberapa negara lain telah mengklasifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris. Setelah serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023, menteri dalam negeri Jerman melarang semua aktivitas kelompok tersebut di Jerman.

Di Berlin, segitiga teralik tersebut telah digambar dengan cat semprot di beberapa tempat, termasuk klub musik tekno dan bar tempat diadakannya acara yang menentang antisemitisme atau mengekspresikan solidaritas dengan Israel setelah serangan 7 Oktober. Polisi kota tidak dapat memastikan seberapa sering simbol tersebut digunakan seperti ini.

Segitiga merah — meskipun tidak terbalik — juga muncul pada bendera Palestina, yang berasal dari desain pannasionalis tahun 1916. Ketika demonstran menggantungkan bendera di bahu mereka atau digantung di jendela, bendera tersebut tampak menghadap ke bawah.

Segitiga tersebut telah terlihat dalam berbagai konteks pada protes  pro-Palestina di kampus-kampus seluruh dunia, termasuk di ibu kota Jerman. Selain itu, simbol tersebut telah muncul di unggahan media sosial dan dalam demonstrasi antiperang.

Seruan untuk pelarangan di Jerman

Pada awal Juli, Dewan Perwakilan Negara Bagian Berlin mengesahkan sebuah permohonan darurat yang targetnya memperluas larangan Hamas dari pemerintah Jerman, agar secara eksplisit mencakup larangan simbol segitiga merah terbalik. Penggunaan simbol organisasi antikonstitusional atau teroris dapat dijatuhi hukuman penjara hingga tiga tahun.

Usulan darurat yang diajukan partai-partai penguasa di Berlin, yaitu Partai Kristen Demokrat (CDU) yang berhaluan tengah-kanan dan Partai Sosial Demokrat (SPD) yang berhaluan tengah-kiri, menyatakan bahwa "para simpatisan organisasi teror Palestina" menggunakannya untuk "menandai lokasi yang memungkinkan untuk diserang, mengancam lawan, dan mengklaim ruang publik sebagai milik mereka."

Menurut  partai pengusung usulan itu, simbol tersebut merupakan ancaman terhadap keselamatan dan ketertiban umum serta menimbulkan ketakutan, khususnya di kalangan komunitas Yahudi: "Tujuannya adalah untuk mencegah simbol  tersebut terlihat di depan umum, dan untuk memastikan  penggunaan segitiga merah terbalik dalam konteks konflik Timur Tengah dan Hamas, dapat dihukum berdasarkan aturan hukum."

Kementerian Dalam Negeri Jerman kini sedang mempertimbangkan tema tersebut untuk tingkat nasional.

Segitiga merah: Simbol historis penganiayaan dan kebanggaan

Di Jerman, segitiga merah terbalik lebih dikenal sebagai simbol di era Nazi, yang kemudian dikuasai kembali oleh para korban. Meskipun telah berulang kali disebut sebagai "simbol Hamas" dalam beberapa bulan terakhir, sejatinya simbol ini sudah ada jauh sebelum organisasi tersebut berdiri.

Federasi Nasional Korban Persekusi Rezim Nazi, Pejuang Perlawanan, dan Antifasis, VVN-BDA, telah menuduh para politisi mengalami "amnesia historis." Badan tersebut juga telah menyerang dewan perwakilan kota Berlin karena terlibat dalam politik spontan dalam melawan antisemitisme dan permusuhan terhadap Israel. Pada saat yang bersamaan, VVN-BDA menyatakan kengerian atas "penyalahgunaan" simbol tersebut.

Sejak pertengahan 1930-an, para tahanan politik dipaksa mengenakan lencana kain dengan gambar segitiga di kamp konsentrasi Nazi. Itu adalah bagian dari sistem klasifikasi yang tidak manusiawi.

"Pada awalnya, mayoritas narapidana politik adalah penganut paham sosial demokrat atau komunis Jerman dan warna merah pada segitiga merujuk pada warna partai mereka," kata Jens-Christian Wagner, yang merupakan Direktur Yayasan Memorial Buchenwald dan Mittelbau-Dora, kepada DW.

Monumen dengan simbol segitiga merah dan tanggal 13 April 2015.
Monumen dengan simbol segitiga merah dan tanggal 13 April 2015 di area berumput di samping pohon dengan rumah-rumah di latar belakang.Foto: Jens Wolf/dpa/picture alliance

Kemudian, ia menjelaskan, sebagian besar adalah orang non-Jerman dari seluruh spektrum politik yang menentang Nazi atau pendudukan Nazi Jerman di negara mereka.

Setelah berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945, para penyintas yang dianiaya, kerabat dan pendukung mereka menerima simbol tersebut sebagai lambang kehormatan untuk melawan fasisme — terutama di Jerman, juga di seluruh Eropa. Demikian pula, gerakan hak-hak kaum gay kemudian merebut kembali simbol segitiga merah muda Nazi.

Wagner mengutuk penggunaan segitiga baru-baru ini sebagai "revisionis secara historis."

"Itu mendiskreditkan segitiga merah sebagai simbol perlawanan terhadap Nazi.Jika maknanya diubah dan digunakan untuk menandai musuh dari perspektif antisemit, maka itu harus dihentikan," katanya.

'Simbol pada dasarnya bersifat ambivalen'

Tetapi apa yang dimaksud demonstran pro-Palestina ketika mereka mengangkat segitiga merah dalam protes terhadap perang melawan Gaza, atau menambahkannya ke posting media sosial antiperang?

"Simbol pada dasarnya bersifat ambivalen, jadi sulit diatur," ujar Direktur Institut Max Planck untuk Hukum Perdata Perbandingan dan Internasional di Hamburg, Ralf Michaels, "Anda tidak bisa berasumsi bahwa maksud mereka adalah dukungan terhadap teror ketika Palestina menggunakannya, dan maksud lain ketika pihak lain melakukannya."

Akhir tahun lalu, Kementerian Dalam Negeri Jerman mencantumkan slogan "Dari Sungai ke Laut" sebagai simbol Hamas dan melarang penggunaannya dalam konteks ini.

Beberapa kalangan berpendapat slogan tersebut, yang sudah ada jauh sebelum digunakan Hamas, dapat diartikan sebagai antisemit dan menihilkan eksistensi orang Yahudi. Sementara pihak lain menggambarkannya sebagai seruan untuk kebebasan dan hak yang sama bagi semua orang di antara Sungai Yordan dan Laut Mediterania.

Demonstran pro-Palestina sejak itu dapat diajukan ke pengadilan karena menggunakan slogan tersebut secara  online atau daring atau dalam unjuk rasa, tetapi keabsahan larangan tersebut telah dipertanyakan oleh beberapa pengadilan dalam putusan baru-baru ini. Sebuah keputusan pengadilan regional pada bulan Juni 2024 menyatakan bahwa "pengucapan slogan ini sama sekali tidak dapat dihukum secara pukul rata."

"Kemungkinan sifat kriminal dari deklarasi dan simbol harus selalu dicek secara individual, dengan memperhatikan dengan saksama kebebasan berekspresi," ujar Paula Zimmermann dari Amnesty International Jerman kepada DW.

Mengapa Jerman Melarang Slogan “Dari Sungai ke Laut”?

Sejak serangan 7 Oktober dan invasi Israel berikutnya ke Gaza, telah terjadi beberapa keputusan kontroversial di Berlin sebagai respons terhadap berbagai peristiwa di Timur Tengah. Keputusan tersebut mencakup larangan mengenakan kaffiyeh, syal kotak-kotak hitam-putih khas Palestina, di sekolah-sekolah Berlin dan penutupan "Kongres Palestina" selama tiga hari di ibu kota serta larangan masuk bagi dua pembicaranya, yang salah satunya telah dibatalkan di pengadilan.

"Telah terjadi pencampuran adukkan antara pro-Palestina dan antiperang di Gaza, dengan antisemit atau pro-Hamas," kata pakar hukum Michaels, yang menunjukkan bahwa hal ini juga berlaku bagi orang Yahudi yang telah menyatakan solidaritas dengan Palestina.

Di Universitas Humboldt Berlin, simbol segitiga digunakan bersama dengan nama wali kota dan presiden universitas serta ancaman secara terang-terangan. Michaels mempertanyakan apakah larangan diperlukan dalam keadaan seperti itu.

"Jika Anda menandai warga sipil atau orang-orang di Jerman dengan segitiga merah, asosiasinya dengan agresi sangat kuat. Dalam konteks itu, saya akan menganggap penggunaan simbol tersebut sangat bermasalah," katanya. "Namun, saya tidak yakin apakah perlu untuk melarangnya secara khusus karena bahkan tanpa larangan, mereka dapat dipandang sebagai hasutan untuk melakukan tindak pidana serius." (ap/as)