1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Siapa Dalang Kerusuhan di Tolikara?

20 Juli 2015

Tidak jelas siapa yang bersalah dalam insiden di Tolikara. GIDI dan Kepolisian saling tuding. Pemerintah dan pemuka agama kini berupaya meredam sentimen keagamaan yang mulai menjalar.

https://p.dw.com/p/1G1Ub
Folter Asien Symbolbild
Foto: AFP/Getty Images

Api yang membakar surau di Tolikara padam sejak Jumat. Jenazah korban yang mati ditembak saat massa berhadapan dengan polisi pun telah diotopsi dan siap dikembalikan ke keluarga. Kini pemerintah berupaya menangkal dendam dan mencegah konflik agama.

Tidak kurang Presiden Joko Widodo mendeklarasikan insiden di Tolikara sebagai urusan Istana Negara. "Masalah ini harus diselesaikan secepatnya agar ke depan tidak terjadi lagi kekerasan di Tanah Papua," kata Presiden Jokowi.

Menteri Agama, Lukman Hakim Syaifuddin sebelumnya telah meminta pemuka agama agar "menahan diri dan tidak terpancing," untuk melakukan tindakan balas dendam. Tokoh agama Kristen Papua juga telah lebih dulu menyampaikan "permohonan maaf atas terjadinya pembakaran mushala," di Tolikara, kata Herman Saud yang mewakili Persekutuan Gereja-gereja Papua kepada Tempo.

Seruan damai juga disuarakan oleh Kepala Kepolisian RI, Badrodin Haiti dan pejabat pemerintah lainnya. "Tindakan tersebut tidak bisa dibenarkan," kecam Ketua Persekutuan Gereja-gerja Indonesia, Henriette T Hutabarat.

Larangan Beribadah

Henriette menanggapi surat edaran Gereja Injili di Indonesia (GIDI) yang melarang pembangunan rumah ibadah lain dan peringatan bagi warga muslim Tolikara agar menahan diri saat melangsungkan ibadah Idul Fitri.

GIDI berdalih sedang melangsungkan seminar dan KKR pemuda tingkat internasional di lokasi yang sama. Surat tersebut lantas ditembuskan ke berbagai instansi, termasuk pemerintah daerah dan kepolisian.

"Kami menyayangkan lambannya sosialisasi yang dilakukan aparat keamanan kepada warga Muslim sehingga terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan," kata Dorman Wandikmbo, Presiden GIDI.

Ketika seruan kepada umat Muslim agar mengecilkan pengeras suara saat beribadah tidak diindahkan, massa GIDI melakukan protes yang berujung pada aksi pembakaran. GIDI sendiri mengaku amarah massa disulut oleh tembakan oleh aparat keamanan yang menewaskan salah satu anggotanya.

Peluru Polisi Picu Kerusuhan?

Sejauh ini tidak jelas peluru siapa yang membunuh simpatisan GIDI. Kepolisian mengaku cuma mengikuti prosedur, yakni melakukan tembakan ke udara dan ke arah tanah buah menghalau massa.

Tapi hingga kini belum ada personel yang mengaku menembak korban. "Sama seperti maling saja, sudah tertangkap tangan pun kadang-kadang dia tidak berkata jujur mengakui perbuatannya," Kata Kapolda Papua, Yotje Mende.

Badrodin Haiti bahkan mengindikasikan kerusuhan di Tolikara telah direncanakan jauh hari. . "Kerusuhan itu ada yang men-setting (mendalangi -red). Aktor intelektualnya kita masih cari," ujarnya seperti dikutip Kompas.

rzn/as (dari berbagai sumber)