1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Shock Masih Selimuti Pakistan Pascaserangan Teror

21 September 2008

Menyusul serangan bom di depan hotel mewah Marriot di Islamabad Sabtu malam (20/09), Presiden Pakistan Asif Ali Zardari menunjukkan sikap siap untuk perang melawan teroris.

https://p.dw.com/p/FMQm
Hotel Marriot di Islamabad setelah ledakan bomFoto: AP

Namun para pakar meragukan bahwa pemimpin negara itu punya sarana efektif untuk melaksanakannya.

Pakistan masih dalam keadaan shock pasca serangan bom terhadap hotel mewah yang paling terkenal di ibukota Islamabad. Presiden Asif Zardari kini mencoba memberikan semangat kepada rakyatnya:

“Saya mengimbau anda: jadikan kekuatan dari kepedihan anda. Kita tidak akan mundur dalam perang melawan teror. Kita tidak takut terhadap serangan teror pengecut seperti itu. Pakistan adalah bangsa yang berani. Saya mengimbau semua kekuatan demokratis untuk bersatu dalam perang melawan teror."

Pemerintah Pakistan hari Minggu (21/9) mengumumkan rincian dari aksi serangan tersebut. Kesimpulannya: dampak ledakan itu bisa saja lebih buruk dari yang terjadi. Sebab, para pelaku serangan merencanakan menabrakkan truk yang penuh dengan bahan peledak, langsung ke lobby hotel. Demikian diungkapkan penasehat keamanan Pakistan, Rehman Malik, saat menyampaikan laporan hasil penelitian sementara. Kemudian dia memperlihatkan rekaman video serangan .

Rekaman itu menunjukkan truk bermuatan bahan peledak yang melaju ke arah hotel dengan kuatnya menabrak rintangan pengaman pertama di depan hotel. Rintangan itu tidak rusak dan truknya tertahan. Pelaku serangan lalu memicu ledakan bom pertama berukuran kecil yang menyebabkan terbakarnya kabin truk. Beberapa menit kemudian, api menjalar ke bak di belakang kabin. Dalam bak truk itu diperkirakan terdapat 600 kilogram bahan peledak berkekuatan tinggi yang disembunyikan di bawah material bangunan. Ledakan yang ditimbulkan begitu hebatnya sehingga menimbulkan sebuah lubang besar sedalam sedikitnya enam meter di jalan aspal menuju pintu hotel. Bagian depan hotel hancur kena ledakan dan api menjalar ke seluruh bangunan hotel.

Sedikitnya 53 orang tewas dan lebih dari 200 luka-luka. Kebanyakan korban tewas adalah pegawai hotel dan aparat keamanan. Sejumlah warga asing juga tewas, di antaranya duta besar Republik Ceko. Pemerintah Pakistan kini sedang mencari dalang serangan bom itu. Masih diperiksa apakah serangan ada kaitannya dengan kelompok teror Al Qaida dan Taliban di Pakistan. Namun, petunjuk-petunjuk nyata masih belum ada. Demikian diutarakan penasehat keamanan Malik:

"Para penyidik sedang bekerja keras. Jika anda mengetahui sesuatu, beritahukanlah kepada kami."

Tapi pemerintah tampaknya hendak menunjukan adanya keberhasilan pertama. Hari Minggu kemarin (21/9) di Punjab, sebelah timur laut Pakistan dilancarkan razia mencari tersangka pendukung-pendukung teror. Puluhan tersangka ditangkap dalam aksi tersebut. Namun, pemerintah Pakistan menolak bantuan asing dalam penyidikan. Sebaliknya, pemerintah bahkan menunjukkan adanya keberhasilan dalam upaya memerangi terorisme. Dikatakan bahwa sejak pemerintahan ini berkuasa bulan Maret lalu, jumlah serangan bunuh diri di Pakistan turun 98 persen. Perdana Menteri Yusuf Raza Gilani menyatakan bahwa perang melawan teror adalah prioritasnya yang pertama. Pemerintah asing tidak diinginkan mencampuri soal ini. Sementara pakar politik Pakistan, Jenderal Purnawirawan Talaat Masood meragukan strategi itu:

“Apakah mereka benar-benar mengerti besarnya tantangan teror yang dihadapi negara ini? Saya tidak yakin, apakah jawaban yang akan mereka berikan, mencukupi.”

Pakar dinas rahasia Sharif Khattak mengkritik kebijakan pemerintah Pakistan. Dikatakannya bahwa ada indikasi kecil yang menunjukkan, pihak tertentu sudah mengetahui akan dilancarkannya serangan. Ini seharusnya diteliti lebih jauh. Demikian Sharif Khattak. Dari kalangan partai yang berkuasa PPP tidak ada suara mengkritik pemerintah. Namun beberapa anggota legislatif menunjukkan sikap berseberangan dengan menyatakan, Pakistan setidaknya dalam jangka panjang memerlukan bantuan asing untuk memerangi teror. Seorang anggota parlemen Enver Beg mengatakan:

“Komunitas internasional harus membantu Pakistan. Misalnya, kita perlu pelatihan bagi aparat keamanan agar dapat sedini mungkin mengungkapkannya. Komunitas internasional, saya maksudkan juga Uni Eropa, harus segera membantu Pakistan karena terorisme mengancam kami dan karena hal ini sangat merugikan Pakistan. Kami perlu sekali bantuan di sektor ini." (cs)