1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Setelah Gagalnya Teror Di Inggris Menyusul Di Yaman

3 Juli 2007

Setelah berhasil digagalkannya berbagai upaya serangan di London dan Glasgow, pelacakan terhadap pelakunya dilancarkan dengan gencar dan beberapa tersangka sudah ditahan.

https://p.dw.com/p/CPG8

Tetapi pemerintah Inggris mengingatkan bahwa bahaya terus mengintai. Reaksi pemerintah Inggris, ditanggapi harian Belanda DE VOLKSKRANT yang terbit di Den Haag sbb:

"Serangan terjadi beberapa hari setelah Gordon Brown menghuni Downing Street 10. Walaupun itu dapat dikatakan sebagai suatu kebetulan, tetapi sudah merupakan ujicoba bagi kepemimpinan Brown. Hasilnya tidaklah buruk. Sikapnya yang tenang dan mantap, menutupi kurangnya kecemerlangan bicara dan gaya seperti Blair. Mungkin inilah yang diperlukan Inggris sekarang. Selain itu ia tidak segera mengeluarkan UU antiteror baru, karena yang sudah ada, sudah cukup luas jangkauannya."

Harian FRANKFURTER ALLGEMEINE mengingatkan:

"Adalah fatal, bila upaya serangan akhir pekan lalu dianggap hanya ditujukan bagi Inggris, –terkait keterlibatan Inggris dalam Perang Irak dan sebagai 'ujicoba' bagi PM baru. Karena sikap itu hanya memperkuat kecenderungan untuk menyepelekan bahaya yang datang dari para teroris. Pihak keamanan Jerman belum lama berselang mengingatkan masyarakat Jerman agar waspada. Tetapi beberapa pihak menganggap hal itu sebagai kekhawatiran berlebihan dan hanya ingin menimbulkan kepanikan. Sikap ini tidak pada tempatnya dan tolol."

Berhasil digagalkannya serangan teror di Inggris ditanggapi harian Denmark INFORMATION yang terbit di Kopenhagen dengan judul "teroris amatir sulit dilacak":

"Untungnya ketiga upaya pembunuhan massal di Inggris gagal. Tetapi masalahnya, apakah orang boleh merasa lega dengan ketidak-piawaian para pelakunya. Atau apakah itu merupakan indikasi bahwa hasrat untuk melakukan teror di dunia barat sudah merebak ke kalangan yang tidak terlatih untuk membunuh dan bukan anggota jaringan manapun. Oleh sebab itu mereka pun lebih sulit untuk dilacak, diawasi atau disergap daripada teroris terorganisasi."

Setelah gagalnya upaya serangan di Inggris, terjadi serangan di Yaman yang merenggut nyawa sejumlah korban. Harian Italia LA REPUBBLICA di Roma menulis:

"Setelah London, kemudian Glasgow. Lalu kawasan padang pasir Marib, di Yaman. Pada hari ketiga, upaya teror secara global, berhasil menumpahkan darah. Membunuh orang-orang tak bersalah dengan bom. Pemerintah Yaman menganggap serangan itu dilakukan oleh Al Qaida. Tetapi perkiraan bahwa kegiatan-kegiatan itu direkayasa secara terpusat yang setiap kali menentukan sel mana yang harus aktif, kemungkinan besar keliru. Nampaknya ini merupakan serangan ikut-ikutan, dimana kelompok-kelompok yang tidak saling berhubungan, merasa harus memulihkan citra teror setelah kegagalan di Inggris."

Harian Italia lainnya IL MESSAGGERO menanggapi serangan teror di Yaman sbb:

"Sebelumnya di Yaman berulang kali terjadi penculikan, yang biasanya berakhir beberapa minggu kemudian, setelah pemerintah di Sanaa bersedia berkompromi. Fakta, bahwa peristiwa berdarah itu justru terjadi di tempat kunjungan wisata, tidak sampai 90 km dari ibukota Sanaa yang selama ini dianggap aman, menunjukkan bahwa ancaman bahaya meningkat pesat. Serangan bunuh diri dan kematian wisatawan Spanyol merupakan bukti memuncaknya serangan teror, yang nampaknya bukan hanya berniat memperuncing konflik dengan dunia barat melainkan juga memperluas kesenjangan antara kedua dunia dan budaya."