1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Setahun Obama, Demokrat Kehilangan Kursi Senat

21 Januari 2010

Obama berhasil memperbaiki citra AS di mata dunia. Tapi di AS pamornya makin anjlok.

https://p.dw.com/p/Lce9
Scott Brown dari kubu Republik merebut kursi Senat untuk MassachusettsFoto: AP

Harian Spanyol El Mundo mengomentari satu tahun masa pemerintahan Presiden AS Barack Obama.

"Tahun pertama masa kepemimpinan Barack Obama menunjukkan lebih banyak terang daripada kegelapan. Presiden AS harus mengatasi dampak krisis keuangan, ia memghentikan praktek penyiksaan dan berjanji menutup kamp tahanan Guantanamo, ia mengirim 30.000 pasukan tambahan ke Afghanistan dan menunjukkan ketegasan dalam perang menghadapi teror. Obama juga berhasil memoles citra AS di mata dunia. Andai orang lain menjabat presiden, catatan seperti ini akan membawa dukungan rakyatnya. Tapi pamor Obama justru menurun. Di satu pihak ini disebabkan karena harapan yang digantungkan pada Obama begitu tinggi. Di pihak lain, Obama juga melakukan beberapa kesalahan. Ia berusaha memenuhi semua tuntutan sekaligus. Selain itu, retorika Obama cenderung menyimpang dari realita."

Harian Perancis Le Figaro berpendapat Presiden AS semakin dirundung masalah:

"Kehilangan kursi Ted Kennedy di kawasan yang biasa didominasi kubu demokrat tentu merupakan tamparan hebat. Terlepas dari makna simbolisnya, kekalahan ini mengancam program pemerintahan Gedung Putih. Kini, kubu Republik cukup kuat di Senat untuk mencegah diloloskannya rancangan undang-undang. Pemenang pemilihan tingkat lokal mengubah pemilu regional menjadi referendum anti-Obama. Kemenangannya menunjukkan secara jelas betapa Obama kehilangan popularitasnya di Massachusetts, di mana ia meraih 62 persen suara di tahun 2008."

Harian Austria Neue Zürcher Zeitung berkomentar:

"Presiden Barack Obama tidak bisa membayangkan hadiah yang lebih pahit bagi satu tahun masa jabatannya. Vonis yang dijatuhkan para pemilih tidak dapat diganggu gugat - kekalahan ini tidak disebabkan kesalahan kandidat kubu Demokrat atau debat mengenai isu-isu lokal. Apa yang terjadi di Boston adalah pemberontakan terhadap pemerintah di Washington. Ketidakpuasan rakyat Amerika Serikat sudah terlihat dalam pemilu regional November lalu, saat kubu Demokrat kalah di dua negara bagian lainnya. Kini kemarahan rakyat menuntut satu lagi korban."

Harian liberal kiri Italia La Repubblica yang terbit di Roma menulis:

"Kekalahan di Boston adalah pertanda buruk bagi pemilu Kongres November mendatang, apalagi kubu Demokrat kalah di daerah yang bisa dimenangkannya dengan mudah. Yang ikut menjadi korban akibat kekalahan ini adalah impian akan haluan yang baru, gambaran bahwa Barack Obama bisa menjadi Franklin D. Roosevelt yang baru. Tahun 1933, Roosevelt berhasil mengubah konstelasi kekuatan antara kubu kanan dan kiri. Selama puluhan tahun kepemimpinan Roosevelt diwarnai hegemoni Partai Demokrat dan reformasi-reformasi radikal. Di masa ini, hampir 30 persen warga Amerika adalah pemilih independen tanpa ikatan pada partai tertentu - di Massachusetts jumlahnya bahkan 50 persen dan kecondongan mereka untuk memilih kanan terbukti patal bagi kubu Demokrat dalam pemilu kali ini."

Harian Polandia Rzeczpospolita yang terbit di Warsawa menulis:

"Apa yang sebenarnya yang diinginkan masyarakat Amerika Serikat yang makin tidak puas dengan kepemimpinan Obama? Mungkin mayoritas warga Amerika sebenarnya lebih mendukung kubu Republik daripada Demokrat, tapi mereka ingin menghukum Partai Republik sehingga dalam pemilu lalu mereka memberikan suaranya kepada partai yang politiknya sebenarnya tidak sejalan dengan keinginan mereka? Atau kebanyakan warga Amerika sama sekali tidak mendengarkan pidato Obama saat kampanye pemilu dan hanya terbuai oleh karisma pribadinya. Tapi mungkin juga warga Amerika sendiri tidak paham apa sebenarnya yang mereka inginkan."

(ZER/HP/dpa/afp)