1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Teror Terbaru Guncang Irlandia Utara

as9 Maret 2009

Serangan terror itu tidak akan membahayakan proses perdamaian. Syaratnya, para tokoh politik kedua kubu yakni Protestan dan Katholik jangan bereaksi histeris.

https://p.dw.com/p/H8bP


Serangan pembunuhan yang menewaskan dua serdadu Inggris di sebuah tangsi militer di Irlandia Utara menjadi tema komentar sejumlah harian Eropa.

Harian Inggris The Guardian yang terbit di London dalam tajuknya berkomentar :

Serangan pembunuhan di sebuah tangsi militer di Irlandia Utara itu memicu ketakutan akan kembalinya masa-masa yang mengerikan. Akan tetapi proses perdamaian cukup kokoh, untuk bertahan dari upaya brutal semacam itu, yang bertujuan meruntuhkannya. Kenyataan, bahwa terdapat kelompok ekstrimis yang siap melakukan aksi kekerasan untuk menentang proses politik, tidak berarti bahwa perdamaian akan bubar. Tidak ada dukungan dari rakyat untuk kembali ke aksi kekerasan. Irlandia Utara sekarang ini bukan tempatnya untuk aksi semacam itu.

Harian liberal kiri Italia La Repubblica yang terbit di Roma berkomentar :

Terdapat segelintir anggota separatis Republik, yang menilai pemimpinnya Gerry Adams dan Martin McGuinnes mengkhianati kepercayaannya serta rakyatnya. Kelompok separatis memiliki uang dan senjata, kemungkinan besar dari bekas persenjataan IRA, dan mereka memulai lagi aksi pembangkangan dengan melancarkan pembunuhan, untuk dapat melumpuhkan hukum dan aturan. Kelompok teroris IRA masih mendapat dukungan dari rakyat hingga tahun 1990, setelah itu rakyat mulai bosan dengan terorisme. Sekarang ini, tidak ada pertanda bahwa rakyat akan mengubah sikapnya.

Harian Jerman Frankfurter Allgemeine yang terbit di Frankfurt am Main berkomentar :

Kerjasama sehari-hari antara para tokoh politik Katholik kelompok Sinn Fein dan tokoh politik Protestan dari kelompok Uni-Ulster, belakangan ini memang memicu ketegangan. Pemerintahan bersama juga akan semakin banyak hambatannya, jika semakin lama dilaksanakan. Selain itu, seberapa besar peningkatan ancaman serangan dari kelompok sempalan pembangkang bekas milisi ekstrimis Katholik, masih dipersengketakan. Hal itu menyuburkan angan-angan para penyerang, bahwa mereka dapat menembak hingga cerai berai kelompok pencari perdamaian, yang dewasa ini mampu menjaga persatuan kedua kubu. Serangan pengecut itu tidak membuktikan kegagalan, melainkan paksaan untuk tetap tahan uji.

Harian Jerman Braunschweiger Zeitung yang terebit di Braunschweig berkomentar:

Dengan serangan yang menewaskan dua serdadu Inggris itu, masa lalu tidak akan kembali, karena sejarah tidak akan berulang. Akan tetapi, ketakutan kembali muncul. Ketakutan bahwa kelompok sempalan dan orang-orang sinting, yang menilai proses perdamaian tidak cocok untuk mereka, akan kembali mencari korban. Bukan hanya di kalangan serdadu Inggris, melainkan juga musuh dari kubu masing-masing. Kedua pihak, baik kelompok Katholik maupun kelompok Protestan, masih memiliki perhitungan yang belum tuntas. Hanya jika para penanggung jawab politik, tidak menunjukan reaksi histeris akibat perbuatan segelintir ekstrimis, maka perdamaian akan dapat bertahan.

Terakhir harian Jerman Märkische Oderzeitung yang terbit di Frankfurt an der Oder berkomentar :

Proses perdamaian di Irlandia Utara, memang diuji melalui serangan pembunuhan semacam itu. Akan tetapi perdamaian tidak akan bubar. Kemajuan yang tercapai sejak kesepakatan perdamaian tahun 1998, tidak akan dapat dimundurkan kembali. Sekarang, hal ini harus semakin kuat ditegaskan lagi secara lintas agama, oleh para tokoh politik maupun partai-partai di Irlandia Utara.