1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Teror di Turki

30 Agustus 2006

Terdapat berbagai spekulasi menyangkut rangkaian serangan teror bom di Turki. Hal ini menjadi topik komentar sejumlah harian internasional.

https://p.dw.com/p/CPJD
Cafe di Antalya setelah serangan teror
Cafe di Antalya setelah serangan terorFoto: AP

Mengenai politik Ankara terhadap kaum Kurdi, silang sengketa permohonan keanggotaan Uni Eropa hingga spekulasi berkaitan dengan pengiriman pasukan Turki sebagai anggota UNIFIL di Libanon menjadi tema media cetak internasional.

Harian Inggris The Times berkomentar, rangkaian serangan teror berkaitan dengan permohonan keanggotaan Uni Eropa. Lebih lanjut harian yang terbit di London ini menulis :

"Di Turki, sejak beberapa dasawarsa ini bermain dua kekuatan yang saling mendesak. Di satu sisi tekanan kaum Kurdi untuk pengakuan eksistensi, dan di sisi lainnya keinginan Ankara untuk diakui menjadi anggota Uni Eropa. Bagi banyak warga Kurdi, diterimanya Turki menjadi anggota Uni Eropa, akan berarti pupusnya harapan mereka untuk mendirikan negara sendiri. Juga di kalangan aparat kekuasaan Turki, banyak yang menolak tuntutan Eropa, dan merasa bahagia jika proyek itu gagal."

Sementara harian Italia Corriere della Sera yang terbit di Milan, menulis komentar bernada spekulasi : apakah serangan bom itu berkaitan dengan UNIFIL? Lebih lanjut ditulis :

"Setelah menunda cukup lama, akhirnya Turki menyatakan bersedia mengirimkan kontingen pasukannya ke Libanon. Dengan itu, pasukan helm biru UNIFIL mendapat jaminan, dengan hadirnya militer berkualitas dari negara Muslim. Bersamaan dengan itu, bom meledak di Marmaris, Istanbul dan Antalya. Organisasi Kurdi yang dilarang, PKK menyatakan bertanggung jawab atas serangan teror itu. Tapi terlalu tergesa-gesa, jika menutup kemungkinan, adanya kaitan antara serangan ekstrimis Kurdi itu, dengan kemungkinan misi perdamaian di Libanon."

Sedangkan harian Belgia La Libre Belgique berkomentar : Teroris mengarahkan serangan terhadap turis. Selanjutnya harian yang terbit di Brussel ini menulis :

"Dengan serangan terhadap dua tujuan wisata yang amat populer di kalangan warga barat, teroris bertujuan khusus membunuh turis warga asing. Selain itu juga melumpuhkan ekonomi Turki. Sebab, industri wisata dengan omset sekitar 20 milyar Dolar pada tahun lalu, merupakan sumber devisa terbesar bagi Turki."

Harian Austria Kurier yang terbit di Wina, berkaitan dengan teror bom itu, lebih membidik masalah warga Kurdi. Dalam komentarnya harian ini menulis :

"Turki harus menuntaskan masalah Kurdi. Penolakan atas kenyataan, bahwa dalam tema ini terdapat tuntutan untuk melakukan dialog, amat tidak realistis. Dialog politik dengan minoritas Kurdi dilakukan sangat terlambat. Yang juga penting adalah memperbaiki kondisi ekonomi di kawasan Kurdi. Barangsiapa diundang duduk bersama di meja makan, mereka tidak akan bergerak di bawah tanah."

Dan terakhir harian Jerman General Anzeiger yang terbit di Bonn berkomentar :

"Barangsiapa merasa dipojokkan, mereka akan menyerang membabi buta. Lebih lanjut harian ini menulis : padahal di masa paling gawat saat berlangsungnya perang Kurdi di Turki, serangan terhadap wisatawan maupun penduduk sipil lainnya, amat jarang terjadi. Sekarang aksi kekerasan semacam itu, menjadi rutinitas yang amat mengerikan. Ekstrimis Kurdi, sama halnya dengan militer Turki, lebih mengutamakan aksi kekerasan, untuk memecahkan masalah Kurdi. Kini keduanya terjebak jalan buntu. Sebab harus disadari, dalam peperangan itu, baik PKK maupun pemerintah di Ankara, sama-sama tidak akan dapat memetik kemenangan. "