1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanIndonesia

Seorang Pemuda Dikabarkan Wafat Usai Divaksin AstraZeneca

11 Mei 2021

Pemuda itu dilaporkan sempat mengeluhkan demam, sakit kepala hebat, dan pegal linu di sekujur tubuh. Meski begitu, temuan awal Komnas KIPI menyebutkan belum ditemukan kaitan antara vaksin dengan penyebab kematian.

https://p.dw.com/p/3tDuv
Vaksin COVID-19 AstraZeneca
Vaksin COVID-19 AstraZenecaFoto: Bildagentur-online/Ohde/picture alliance

Kabar meninggalnya pemuda 21 tahun asal Jakarta Timur mendadak jadi sorotan publik. Pasalnya, ia meninggal tepat beberapa jam sesudah menerima vaksin Corona AstraZeneca.

Berdasarkan hasil temuan awal investigasi Komnas KIPI dan Komda, belum ditemukan kaitan antara vaksin dengan penyebab meninggal yang bersangkutan. Akankah vaksin Corona AstraZeneca sementara dihentikan?

Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi menyebut, vaksinasi Corona akan terus berlanjut. Terlebih, ketersediaan jumlah stok vaksin COVID-19 di Indonesia saat ini terus meningkat.

"Lanjut vaksinasinya sampai ada rekomendasi dari BPOM dan ITAGI," jelas dr Nadia saat dihubungi detikcom, Senin (11/05).

"Jadi terkait keputusan vaksinnya ditunda kita tunggu saja hasil dari Komda dan Komnas KIPI. Tapi vaksinasi tetap jalan, apalagi kan jumlah vaksin terbatas jadi jangan sampai kita menunda vaksinasi," lanjutnya.

Diwawancara terpisah, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof Dr Sri Rezeki Hadinegoro menegaskan, sampai saat ini belum ada rekomendasi soal penghentian vaksin AstraZeneca.

Sementara, pembahasan kasus meninggalnya pemuda usai divaksinasi disebutnya dalam ranah Komnas KIPI, Komda, dan Kementerian Kesehatan RI.

"Maaf ITAGI tidak memberikan rekomendasi, masalahnya masih dibahas di Kemkes dan KOMNAS KIPI," jelasnya kepada detikcom.

Bagaimana kronologi meninggalnya?

Sebelumnya, seorang pemuda di DKI Jakarta Trio Fauqi Firdaus dikabarkan meninggal dunia setelah divaksin Corona AstraZeneca. Pihak keluarga menyampaikan kronologi sebelum Trio meninggal dunia.

Awalnya Trio menjalani vaksin di GBK pada Rabu (05/05). Trio pulang ke rumah dalam rentang waktu pukul 15.30-16.30 WIB. Trio bercerita sudah melakukan suntik vaksin difasilitasi kantornya.

"Dia bercerita ke ibu saya bahwa dia baru saja melaksanakan suntik vaksin di GBK yang bekerja sama dengan RS Pertamina Pusat kalau enggak salah. Setelah pulang dia mengeluh nih kepada ibu saya, dia mengalami kondisi yang tidak enak setelah itu," kata Viki, kakak korban, saat dihubungi, Senin (10/05).

Kepada ibunya, Trio mengaku merasakan demam, sakit kepala hebat, dan pegal linu di sekujur tubuh. Awalnya sempat ditawarkan obat sakit kepala, tapi ditolak karena khawatir usai divaksinasi.

"Bahwa dia mengeluhkan demam tinggi, sakit kepala hebat terus sekujur tubuhnya linu," ujarnya.

Kemudian korban dibawa ke klinik dekat rumahnya, tapi sampai di sana klinik tersebut tutup sehingga tidak jadi diperiksa. Akhirnya pada Kamis (06/05) gejala yang dirasakan Trio semakin berat. Trio sempat mengalami shocked seperti kejang.

"Akhirnya dia shocked sakit kepala yang luar biasa, dia shocked seperti napasnya sudah berat, seperti sesak terengap-engap, termegap-megap, matanya itu seperti orang kejang," ujarnya.

Kemudian keluarga membawa Trio ke RS swasta di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, dekat rumahnya agar mendapat penanganan tercepat. Namun sesampainya di sana, pihak rumah sakit menganjurkan agar korban dibawa ke rumah sakit yang lebih besar usai diceritakan penyebabnya adalah vaksin.

"Akhirnya dibawa ke RS bersalin Asta Nugraha karena biar dilakukan penindakan UGD. Nah sempat terjadi penolakan yang saya dengar dari pihak Asta Nugraha karena ditanya ini apa? Sakit apa ? Bahwa ini habis suntik vaksin. Dianjurkan oleh mereka, bukan ditolak diperiksa kepada rumah sakit yang lebih besar," ujarnya.

Namun akhirnya ada dokter yang memeriksa korban dan dinyatakan meninggal dunia. "Pada akhirnya ada dokter yang memeriksa dia dan menyatakan si Rio ini sudah meninggal dunia," ungkapnya.

Viki menyebut jenazah Trio sudah dimakamkan pada Kamis (06/05) sore usai buka puasa di dekat rumahnya. Sejumlah kerabat kantor tempat adiknya bekerja mendatangi rumah duka.

Data kasus harian COVID-19 per satu juta penduduk di bebeapa negara di dunia
Data kasus harian COVID-19 per satu juta penduduk di bebeapa negara di dunia

Viki menyebut hingga saat ini belum ada pihak Dinkes DKI Jakarta ataupun Kemenkes yang mendatangi rumahnya untuk menyampaikan terkait kejadian tersebut. Meski begitu, dia sempat mendengar ada pihak lain telah menghubungi adiknya terkait vaksin tersebut.

"Kita ingin minta kejelasan dari pihak-pihak terkait. Sampai sekarang saya sendiri belum dapat kelanjutan dari masalah ini seperti apa kejelasannya. Bahkan kalau dokter yang menyuntik pun saya enggak tahu," ungkapnya.

Viki mengatakan, ketika adiknya mengalami gejala demam, pihak keluarga tidak menghubungi nomor telepon yang disarankan karena tidak menemukan dokumen terkait vaksinasi pada saat hari kejadian, tetapi hanya menemukan adanya bukti SMS sertifikat vaksinasi COVID-19.

Pihaknya sempat mendengar ada rekan kantor adiknya yang usai vaksin mengalami gejala demam. Namun tidak terlalu parah seperti adiknya.

"Berdasarkan cerita orang tua saya, ada temannya yang berbarengan dengan dia langsung vaksin waktu itu mengalami hal yang sama, cuma mungkin kondisi fisiknya lebih kuat atau gimana katanya enggak enak badan gejala-gejalanya. Pembedanya si Trio ini sakit kepala yang luar biasa," ungkapnya. (Ed: gtp/rap)

 

Baca artikel selengkapnya di: DetikNews

Pemuda DKI Wafat Usai Disuntik, Kemenkes: Vaksinasi AstraZeneca Tetap Lanjut

Kesaksian Keluarga Pemuda yang Meninggal Usai Divaksin AstraZeneca