1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pilkada Jatim 2018: Sengit sampai Last Minute

26 Juni 2018

Dua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur saling sikut berebut suara di Jawa Timur. Kedua pasangan. Khofifah dan Emil serta Gus Ipul dan Puti berharap besar pada dukungan warga Nahdlatul Ulama

https://p.dw.com/p/30HhF
Nahdlatul Ulama Kongress Meeting 2015
Foto: picture alliance/Zuma Press/D. Husni

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur tahun 2018 mempertemukan dua pasangan calon. Mulai survei hingga debat berlangsung seru.

Mereka yang berkompetisi adalah Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak untuk nomor urut 1 dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno untuk nomor urut 2. Kedua pasangan bersaing sengit di tangga survei dan terlibat silang pendapat seru saat debat.

Debat pertama berlangsung pada 10 April 2018. Saat itu para calon saling serang soal data kemiskinan di wilayah Jawa Timur.

Puti kala itu bertanya kepada rivalnya, Emil Dardak, yang juga merupakan Bupati Trenggalek. Puti mengutip data BPS yang menyebut angka kemiskinan di Trenggalek meningkat.

"Data BPS (Badan Pusat Statistik) 2016, tingkat kemiskinan naik 0,17 persen," kata Puti dalam debat yang digelar di Dyandra Convention Center, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (10/4/2018)

Emil langsung menyanggah data yang disebut Puti. Menurut Emil, data tersebut salah.

"Angka kemiskinan malah lebih baik dari Provinsi. Malah angkanya sudah angka 12. Cek BPS saja, nggak usah teriak," jawab Emil.

"Jangan lihat secara statis," lanjut dia.

Pasangan Emil, Khofifah, pun menyerang Gus Ipul soal data kemiskinan di Jawa Timur. Gus Ipul merupakan Wakil Gubernur Jatim yang menjabat dua periode.

"Jantung republik ini ada di Jawa Timur, tidak boleh ketimpangan tidak cepat diatasi. Kemiskinan di Jatim menggelembung, di pedesaan 15,58 persen, di perkotaan 7,7 persen. Jadi apa yang sudah dilakukan Gus Ipul selama 9 tahun ini?" kata Khofifah.

Menanggapi pertanyaan itu, Gus Ipul menyinggung sosok Gubernur Jatim Soekarwo alias Pakdhe Karwo. Meski berpasangan selama dua periode, kali ini Gus Ipul berseberangan kubu dengan Pakdhe Karwo.

"Tentu agenda utama kita bagaimana mengatasi kemiskinan dan ketimpangan, itu agenda kami. Kalau saya ditanya, tim penanganan ketimpangan Jawa Timur tidak mandiri, ini tergantung juga dengan Gubernur. Wakil Gubernur tidak bisa menentukan sendiri, anggaran tetap ditentukan Gubernur. Dan saya mendampingi Pak Gubernur ketika menanggulangi masalah kemiskinan. Saya di samping Pak Gubernur," papar Gus Ipul.

Pada debat kedua yang berlangsung 8 Mei 2018, isu tentang ketimpangan sosial masih jadi perdebatan. Kali ini data pengangguran yang diperdebatkan.

Semua berawal saat Khofifah mempertanyakan salah satu program Gus Ipul-Puti, yakni Pak Kardiman (Peluang Kerja di Mana-mana). Dalam program itu disebut bahwa paslon nomor 2 akan menyerap tenaga kerja hingga 750 ribu orang per tahun.

"Bagaimana caranya? Pengangguran saat ini saja sekitar 827 ribu orang. Dengan program itu saja satu tahun bisa, la ini dalam 5 tahun," tanya Khofifah dalam debat kedua cagub Jatim di Dyandra Center, Jalan Basuki Rahmat, Surabaya, Selasa (8/5/2018).

Gus Ipul mengatakan, pada 2017 ada investasi sebesar Rp 120 triliun yang menyerap tenaga kerja lebih dari 598 ribu. Itu belum lagi investasi nonfasilitas sebesar Rp 85 triliun yang menyerap tenaga kerja hingga 51 ribu.

"Itu data dari Dinas Penanaman Modal Jatim. Itu belum 1.000 desa wisata yang akan kami ciptakan. Kami dorong anak-anak muda tak mencari, tapi menciptakan lapangan kerja melalui beberapa program yang kami buat. Itu bukan sesuatu yang sulit. Sudah kami hitung," kata Gus Ipul.

Debat pamungkas untuk Pilkada Jawa Timur berlangsung pada Sabtu (23/6). Ada yang menarik dalam acara tersebut, yakni saat kedua cagub diminta berdebat dengan bahasa Jawa.

Gus ipul mendapatkan pertanyaan tentang bagaimana sikapnya dalam melakukan penanganan pascabencana. "Kulo bersyukur Jawa Timur niki gadah kathah pihak swasta ingkang kerso ndamel pelayanan bencana kalih Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Swasta-swasta ini punya hubungan sing cedek kalih pemerintah. Tiap tiga bulan ngumpul mbahas macem-macem yang bisa di...yang saget damel antisipasi lek wonten bencana," jawab Gus Ipul dengan bahasa campuran Jawa dan Indonesia.

Sementara itu, Khofifah Indar Parawansa mendapatkan pertanyaan tentang pusat data di pemerintahan yang berbeda-beda yang membuat pemerintah sulit untuk mencocokkan data yang baik. "Kala wau pertanyaan niku sami dilontarkan panelis. Bahwa dinten meniko sesungguhnya banyak negoro-negoro lintu sampun milai industri sekawan titik nol. Lah meniko sedadosipun datanipun intergasikan," jawab Khofifah.

Lalu bagaimana hasil survei di Pilkada Jawa Timur? Ternyata pertarungan keduanya dalam survei pun tampak sengit. Begini datanya berdasarkan 3 survei terbaru:

Populi Center

Periode: 22-28 April 2018
Responden: 800 responden
Metode: multistage random sampling
Margin of error: 3,39%

Hasil:

  • Khofifah-Emil Dardak: 44%
  • Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno: 38,8%
  • Tidak tahu/tidak jawab: 17,3%

Charta Politika

Periode: 23-29 Mei 2018
Responden: 1.200 orang
Metode: wawancara tatap muka
Margin of error: 2,83%

Hasil:

  • Khofifah-Emil Dardak: 44,6%
  • Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno: 43,8%


Semesta Alam Media dan Research

Periode: Juni 2018
Responden: 5.760 orang
Metode: wawancara tatap muka
Margin of error: 1,32 persen

Hasil:

  • Saifullah Yusuf -Puti Guntur Soekarno: 52,2%
  • Khofifah-Emil Dardak: 47,8%

Sumber: Detik.com