1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
IklimOseania

Sekjen PBB Guterres Peringatkan Tenggelamnya Kep. Pasifik

28 Agustus 2024

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengirimkan sinyal "SOS" terkait iklim global pada KTT Forum Kepulauan Pasifik pada Selasa (27/8). Dia mengimbau tambahan dukungan bagi negara yang rentan

https://p.dw.com/p/4jzl9
Sekretaris Jendral PBB Antonio Guterres
Sekretaris Jendral PBB Antonio Guterres Foto: BEN MCKAY/AAP/IMAGO

Dalam Forum Kepulauan Pasifik, Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-bangsa, PBB, Antonio Guterres ikut merilis penelitian yang menunjukkan permukaan laut di selatan Pasifik telah naik jauh lebih cepat daripada rata-rata global.

"Saya berada di Tonga untuk menyampaikan SOS global, Save Our Seas, akibat naiknya permukaan air laut. Bencana global tengah mengancam surga Pasifik ini," katanya.

Dengan populasi yang relatif kecal dan minim industri berat, kepulauan Pasifik secara kolektif menghasilkan kurang dari 0,02 persen emisi gas rumah kaca global setiap tahun.

Namun, kumpulan pulau-pulau vulkanik dan atol karang berelevasi rendah ini juga mendiami koridor tropis yang terancam oleh naiknya permukaan laut.

Organisasi Meteorologi Dunia, WMO, telah memantau pengukur pasang surut air laut di pantai-pantai di Kepulauan Pasifik sejak awal 1990-an.

Sebuah laporan baru yang dirilis oleh badan pemantau iklim PBB menunjukkan permukaan laut telah naik sekitar 15 sentimeter di beberapa bagian Pasifik dalam 30 tahun terakhir.

Rata-rata global adalah 9,4 sentimeter, menurut laporan tersebut.

"Semakin jelas bahwa kita sudah kehabisan waktu untuk membalikkan keadaan," kata pejabat tinggi badan prakiraan cuaca, Celeste Saulo.

Riset di Peru Tegaskan Bukti Efek Pemanasan Global

Kepunahan pulau dataran rendah

Sejumlah lokasi, terutama di Kiribati dan Kepulauan Cook, mencatatkan kenaikan yang sama atau sedikit di bawah rata-rata global. Namun situs lain, seperti ibu kota Samoa dan Fiji, mengalami kenaikan muka air laut hampir tiga kali lipat lebih tinggi.

Di Tuvalu yang berelevasi rendah, lahan sudah sangat langka sehingga anak-anak terpaksa menggunakan landasan pacu di bandara internasional sebagai taman bermain darurat.

Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa, bahkan dalam beberapa skenario moderat, Tuvalu hampir sepenuhnya akan terhapus dari peta dalam 30 tahun ke depan.

"Bencana demi bencana terjadi, dan kami kehilangan kapasitas untuk membangun kembali, untuk menahan topan lain atau banjir lain," Kata Menteri Iklim Tuvalu Maina Talia kepada AFP di sela-sela pertemuan puncak, Senin (26/8).

"Bagi negara-negara kepulauan dataran rendah, ini adalah masalah kelangsungan hidup bagi kami."

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Barometer iklim di Pasifik

Nasib negara Kepulauan Pasifik selama ini cendrung diabaikan, lantaran lokasi yang terpencil dan kurangnya kepentingan ekonomi .

Namun, wilayah tersebut semakin dilihat oleh para ilmuwan sebagai barometer iklim Bumi, yang mengisyaratkan masalah di belahan dunia lain.

"Laporan baru ini mengonfirmasi apa yang telah dikatakan para pemimpin Pasifik selama bertahun-tahun," kata peneliti iklim Australia Wes Morgan kepada AFP.

"Perubahan iklim adalah ancaman keamanan utama bagi mereka. Negara-negara Pasifik tengah berjuang untuk bertahan hidup, dan pengurangan polusi iklim adalah kunci masa depan mereka."

Dikelilingi oleh jutaan mil persegi lautan tropis, Pasifik Selatan secara unik terancam oleh kenaikan permukaan laut. Sebagian besar orang tinggal dalam jarak lima kilometer dari pantai, menurut PBB.

Pola Hidup Raksasa Samudera Berjiwa Lembut

Naiknya permukaan laut menelan lahan yang langka dan mencemari sumber makanan dan air minum.

Suhu air yang lebih hangat juga melazimkan bencana cuaca ekstrem, sementara pengasaman laut perlahan-lahan membunuh terumbu karang yang memelihara rantai makanan. Negara-negara Pasifik mendesak negara-negara pencemar karbon untuk memangkas emisi dan mendanai program ketahanan iklim.

Isu ini diharapkan akan menjadi sorotan utama dalam pembicaraan tingkat tinggi sepanjang minggu.

"Kebutuhan akan pendanaan kerugian dan kerusakan sudah ada saat ini, dan biaya hanya akan meningkat tanpa tindakan iklim yang mendesak sekarang," kata Rosanne Martyr, seorang ilmuwan senior di lembaga kebijakan Climate Analytics.

"Pada tahun 2020, beberapa negara Kepulauan Pasifik termasuk Vanuatu, Papua Nugini, dan Mikronesia melaporkan telah kehilangan lebih dari satu persen PDB mereka akibat naiknya permukaan laut."

rzn/hp (dpa, AFP, AP, Reuters)