1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

170908 NATO Georgien Opposition

17 September 2008

NATO mengingatkan perlunya kelanjutan perubahan demokrasi demi mendorong negeri itu semakin dekat dengan NATO. Namun, Sekjen NATO menolak pertemuan dengan kubu oposisi - yang termasuk komponen demokrasi.

https://p.dw.com/p/FJk6
Sekjen NATO Jaap de Hoop Scheffer (ka) dan juru bicara Parlemen Georgia David Bakradze (tngh), memasuki gedung parlemen sebelum pertemuan di Tbilisi, Georgia, Selasa (16/09).Foto: AP

Presiden Georgia Michail Saakashvili tampil dengan senyum puas di depan kamera. Baginya, pertemuan Dewan NATO di Tblisi merupakan keberhasilan.

Komisi Georgia-NATO dibentuk untuk mendorong negara Kaukasus itu selangkah lebih dekat dengan Aliansi Pertahanan Atlantik Utara. Banyak pujian ditujukan kepada pemerintah Georgia dan kritik tajam ke arah Rusia.

Pada pidato penutupannya, Saakashvili kembali menuntut penarikan mundur tentara Rusia. Situasi harus kembali seperti sebelum perang terjadi, karena hanya dengan begitu rencana Presiden Perancis Nicolas Sarkozy yang saat ini mengetuai Dewan Eropa bisa dipenuhi.

"Dan itu artinya, di Ossetia Selatan tidak boleh ada tentara Rusia lebih dari 500 orang. Tentara Rusia harus keluar dari Gori, dari ngarai Abkhasia yang berada dalam pengawasan Georgia, juga dari lembah Kodori", kata Saakashvili.

Ia menerangkan, jalan bagi Georgia menuju NATO tidak bisa dibalikkan lagi.

Sekjen NATO Jaap de Hoop Scheffer menekankan dari pihaknya bahwa tidak ada veto dari pihak ketiga. Maksudnya, Rusia tak punya pengaruh terhadap keputusan NATO menyangkut Georgia.

Di depan para mahasiswa di Universitas Tblisi Scheffer menyatakan, hampir seperti resmi, bahwa pintu aliansi terbuka lebar bagi Georgia. NATO tetap berada di pihak Georgia.

Namun, seperti juga para utusan negara anggota NATO lain yang hadir di Tblisi, Sekjen Jaap de hoop Scheffer menghindari untuk menyebut kepastian waktunya. Georgia sekarang harus melanjutkan reformasi, terutama dalam soal demokratisasi.

Scheffer mengatakan, "Akan ada hal-hal kritis dalam pencalonan Georgia sebagai Anggota NATO. Para Menlu NATO akan membahasnya bulan Desember."

Rintangan terbesar menuju reformasi yang berhasil, kata oposisi Georgia, adalah Presiden Saakashvili sendiri.

Oposisi menuduhnya melakukan kecurangan dalam pemilu. Di bawah pemerintahan Saakashvili , kebebasan pers dan berpendapat dibatasi, sementara pengadilan tidak independen.

Bukti-bukti atas tuduhan mereka ingin disampaikan pemimpin oposisi dalam pembicaraan pribadi dengan Sekjen NATO. Tapi Jaap de Hoop Scheffer menolak.

Pemimpin oposisi yang juga mantan Menlu Salome Surabishvili dengan marah meninggalkan ruang pertemuan dimana hanya tersisa beberapa utusan NATO.

"Ini untuk kedua kalinya Tuan Scheffer tidak punya waktu untuk menemui oposisi, sekalipun baru saja ditandatangani dokumen bisa membantu mengembangkan lebih lanjut demokrasi di negeri ini. Pertemuan dengan oposisi ini sangat penting, agar Georgia punya peluang untuk masuk program aksi keanggotaan NATO. Kami hanya radikal dalam satu hal, kami ingin membela Georgia", kata Suribashvili.

Konflik antara pemerintah dan oposisi kembali membara. Sengketa yang menyoroti instabilitas politik dalam negeri Georgia. (rp)